51
c. Type C, Accelerator admixture yang digunakan untuk mempercepat proses
hidrasi atau proses pengurangan air dalam beton untuk meningkatkan kekuatan beton.
d. Type D, Water Reducer dan Retarder Admixture yang digunakan untuk
mengurangi kuantitas dari mencampur air yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan nilai slump yang ditentukan dan
memperlambat reaksi hidrasi pada beton. e.
Type E, High Range Water Reducer admixture yang digunakan untuk mengurangi kuantitas dari mencampur air yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan nilai slump 12 persen atau lebih besar. f.
Type F, High Range Water Reducer dan Retarder admixture yang digunakan untuk mengurangi kuantitas dari mencampur air yang
diperlukan untuk menghasilkan beton dengan nilai slump 12 persen atau lebih besar dan memperlambat reaksi hidrasi pada beton.
Pada eksperimen kali ini, bahan pencampur yang digunakan adalah Tipe C yaitu accelerator admixture dengan merek dagang SikaSet Accelerator
Admixture.
2.3.6.1 Perhatian Penting dalam Penggunaan Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambah di lapangan sering menimbulkan masalah- masalah tidak terduga yang tidak mengguntungkan, karena kurangnya
pengetahuan tentang interaksi antara bahan tambahan dengan beton. Untuk mengurangi dan mencegah hal yang tidak terduga dalam penggunaan bahan
tambah tersebut, maka penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku dan yang terpenting adalah
Universitas sumatera Utara
52
memperhatikan dan mengikuti petunjuk dalam manualnya jika menggunakan bahan “paten” yang diperdagangkan.
a. Mempergunakan bahan tambahan sesuai dengan spesifikasi ASTM
American Society for Testing and Materials dan ACI American Concrete International.
Parameter yang ditinjau adalah :
Pengaruh pentingnya bahan tambahan pada penampilan beton.
Pengaruh samping side effect yang diakibatkan oleh bahan tambahan. Banyak bahan tambahan mengubah lebih dari satu sifat beton,
sehingga kadang-kadang merugikan.
Sifat-sifat fisik bahan tambahan.
Konsentrasi dari komposisi bahan yang aktif, yaitu ada tidaknya komposisi bahan yang merusak seperti klorida, sulfat, sulfide,
phosfat, juga nitrat dan amoniak dalam bahan tambahan.
Bahaya yang terjadi terhadap pemakai bahan tambahan.
Kondisi penyimpanan dan batas umur kelayakan bahan tambahan.
Persiapan dan prosedur pencampuran bahan tambahan pada beton segar.
Jumlah dosis bahan tambahan yang dianjurkan tergantung dari kondisi
struktural dan akibatnya bila dosis berlebihan.
Efek bahan tambah sangat nyata untuk mengubah karakteristik beton misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.
b. Mengikuti petunjuk yang berhubungan dengan dosis pada brosur dan
melakukan pengujian untuk mengontrol pengaruh yang didapat.
Universitas sumatera Utara
53
Biasanya percampuran bahan tambahan dilakukan pada saat percampuran beton. Karena kompleksnya sifat bahan tambahan beton terhadap beton,
maka interaksi pengaruh bahan tambahan pada beton, khususnya interaksi pengaruh bahan tambahan pada semen sulit diprediksi. Sehingga
diperlukan percobaan pendahuluan untuk menentukan pengaruhnya terhadap beton secara keseluruhan.
2.4 Jenis-Jenis Beton Ringan
Di dalam ilmu teknologi beton dikenal adanya istilah istilah beton ringan light weight concrete. Pembuatan beton ringan dengan pemakaian agregat ringan
dimulai sejak munculnya agregat ringan yang terbuat dari proses pembakaran shale dan clays pada tahun 1917 oleh S.J. Hayde. Pemakaian beton ringan pertama
kali diperkenalkan Amerika Serikat pada perang dunia I oleh perusahaan Emergency Fleet Building dengan memakai agregat expanded shale dan dipakai
pada konstruksi kapal serta perahu. Beton ringan bertulang tersebut mempunyai kekuatan 34,47 Mpa dan berat isi 1760 kgm
3
. Sejak tahun 1950-an beton ringan telah dipakai pada struktur bertingkat ,
lantai kendaraan pada jembatan dan beton precast dan lain-lain. Ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi ini semua bergantung pada adanya
rongga udara dalam agregat , pembuatan rongga udara dalam beton , di antaranya cara pembuatannya, yaitu dapat dilakukan dengan beberapa cara pembuatan yaitu
1. Beton ringan dengan bahan batuan yang berongga atau agregat ringan
buatan yang digunakan juga sebagai pengganti agregat kasarkerikil.
Universitas sumatera Utara
54
Beton ini memakai agregat ringan yang mempunyai berat jenis yang rendah berkisar 1400 – 2000 kgm
3
akibat agregat kasar yang bersifat porous. Agregat yang dipakai berasal dari alam, proses pembakaran, hasil
produksi industri serta bahan-bahan organik. Campuran beton yang memakai agregat ringan butiran halus maupun
kasar menghasilkan beton yang dikenal dengan nama “All Light-weight Concrete” . Untuk mmperoleh hasil yang lebih baik, agregat halus dapat
diganti dengan pasir alam yang dikenal dengan nama “ Sanded Lightweight Concrete” . Selain itu pemakaian pasir alam dengan gradasi
yang baik dapat memperbaiki workability beton. Akan tetapi untuk menjaga kepadatan beton ringan tetap rendah, pemakaian pasir alam
dibatasi 15 sampai 30 . Beton ringan dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
tingkat kepadatan dan kekuatan beton yang dihasilkan dan berdasarkan jenis agregat ringan yang dipakai , beton ringan dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu : a.
Beton Insulasi Insulating Concrete Beton ringan dengan berat jenis berkisar antara 300 – 800 kgm
3
serta berkekuatan tekan sebesar 0,69 – 6,89 Mpa yang biasanya dipakai sebagai
beton penahan panas insulasi panas. Jenis beton ini banyak digunakan untuk keperluan insulasi karena mempunyai konduktivitas panas yang
rendah serta untuk peredam suara.
Universitas sumatera Utara
55
b. Beton Ringan dengan Kekuatan Sedang Moderate Strength Concrete
Beton dengan berat jenis berkisar antara 800 – 1440 kgm
3
serta mempunyai kuat tekan sebesar 6,89 – 17,24 Mpa. Jenis beton ini banyak
digunakan untuk struktur ringan atau sebagai pengisi fill concrete. c.
Beton Struktural Structural Concrete Beton dengan berat jenis berkisar antara 1440 – 1850 kgm
3
, dan dapat dipakai sebagai beton struktural jika mempunyai kuat tekan 17,24 Mpa
pada saat berumur 28 hari. 2.
Beton Ringan Tanpa Pasir No Fines Concrete Beton jenis ini tidak menggunakan agregat halus pasir pada
pencampuran pastanya sehinga mempunyai sebagian besar pori-pori. Dengan berat jenis berkisar 880 – 1200 kgm
3
. Kekuatan beton ini berkisar 7 – 14 Mpa yang dipengaruhi oleh berat isi beton dan kadar semen.
Pemakaian beton ini sangat baik untuk kemampuan insulasi dari struktur , meskipun keberadaan rongga udara cenderung banyak dan seragam
sehingga dapat mengurangi kuat tekan beton tersebut. 3.
Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara dalam adukan beton atau mortar beton aerasi
Beton ini memiliki berat jenis berkisar 200 – 1440 kgm
3
dan biasanya digunakan untuk keperluan insulasi serta beton tahan api.
Ada dua cara utama dalam pembentukan beton jenis ini, yaitu : 1.
Penambahan bubuk alumunium atau seng yang dikombinasikan dengan kapur dalam semen untuk membangkitkan gas hidogen.
Universitas sumatera Utara
56
Dalam proses ini alumunium atau bubuk yang ditambahkan pada bubur semen selama pencampurannya, kuantitas logam yang dihaluskan sekitar
0,1 sampai 0,2 dari berat semen. Dalam beberapa menit gas hidrogen mulai terjadi secara perlahan dan bubur semen akan naik. Proses
pengembangan bubur ini terjadi selama sekitar satu jam. Bubur kemudian mengeras membentuk suatu bahan yang terdiri dari sejumlah besar
gelembung yang tertutup lubangnya dan dikelilingi oleh adukan semen yang mengeras. Berat jenis dari beton yang dihasilkan tergantung pada
kuantitas bubuk metal yang digunakan, suhu dan waktu pabrikasinya. Berat jenis dari beton jenis ini adalah 550 – 950 kg m3.
2. Mempergunakan bahan yang menimbulkan busa seperti ”resin soap”atau damar sabun.
Bahan untuk membuat busa ini dicampur dengan semen,pasir, dan air, serta proses pemasukan udaranya dicapai dengan cara memutarnya dalam
alat campur yang berkecepatan tinggi, atau diputar sehingga keluar busanya dengan mempergunakan udara yang
bertekanan mempergunakan alat penghasil buih. Kemudian buih ini dicampurkan
kedalam bubur semen dengan mesin pencampur beton pan mixer . Cara ini menghasilkan beton ringan dengan berat jenisyang lebih rata jika
pembentukan buihnya dikontrol dengan hati – hati. Berat jenis dari beton ringan jenis ini dapat dibuat serendah mungkin misalnya 320 kg m3,
tetapi tidak memiliki kekuatan yang bagus dan hanya akan dipergunakan sebagai isolator dalam keadaan kering. Beton ringan jenis ini memiliki
penyusutan kering yang tinggi
Universitas sumatera Utara
57
4. Beton Ringan dengan ”Clinker” dan ”Breeze”
Agregat yang dikenal dengan nama ” clinker ” dan ” Breeze” telah digunakan selama bertahun – tahun dalam memproduksi blok dan plat
untuk partisi dalam dan tembok interior lainnya. Clinker adalah bahan yang dibakar sempurna dan massanya mengeras dan berinti serta terisi
sedikit bahan yang mudah terbakar, sedang breeze adalah bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, dan oleh karenanya
berisi bahan yang mudah terbakar. Sumber utama dari agregat clinker adalah stasiun pembangkit listrik.
Menurut Tri Mulyono , 2005, berdasarkan letak di mana beton tersebut digunakan, beton dapat dibagi berdasarkan spesifikasi sebagai berikut :
1. Kelas A 1 Batasan kandungan bahan yang mudah terbakar tidak lebih dari 10 .
Tujuan umum : beton tak bertulang. Agregat clinker dan breeze sangat tidak cocok untuk beton bertulang karena sifat porositas dan penyerapannya, sehingga
keadaannya selalu lebih basah daripadakeadaan sekitarnya. Kandungan belerangnya juga merupakan faktor yang mempercepat terjadinya korosi pada
tulangan yang tertanam di beton. 2. Kelas A 2
Batasan kandungan bahan yang mudah terbakar tidak lebih dari 20 . Tujuan umum : pekerjaan interior yang tidak mengalami keadaan basah dan dicor
di tempat.
Universitas sumatera Utara
58
3. Kelas B Batasan kandungan bahan yang mudah terbakar tidak lebih dari 25 .
Tujuan umum : blok pracetak
2.5 Proses Pembuatan Bata Beton Ringan
Adapun proses pembuatan bata beton ringan adalah sebagai berikut : 1.
Campurlah semen portland dengan pasir sesuai dengan yang telah direncanakan terlebih dahulu.
2. Tuanglah air sesuai dengan perencanaan ke dalam campuran semen dan
pasir tersebut. 3.
Aduklah hingga membentuk adonan yang merata dengan menggunakan mixer.
4. Hidupkan kompresor dan semprotkan foaming agent ke dalam adonan
yang telah merata tersebut. 5.
Aduklah dengan mixer hingga merata dan tidak ada foaming agent yang tersisa.
6. Tuanglah adonan yang tersebut ke dalam cetakan bata beton ringan.
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Bata Beton Ringan Dibandingkan Batu Bata Merah
Kelebihan Bata Beton Ringan dibandingkan dengan batu bata merah adalah : 1.
Ringan sehingga dapat mengurangi beban struktur. 2.
Dapat menahan kuat tekan sebesar 2,5 Mpa. 3.
Tidak dibutuhkan plesteran yang tebal. 4.
Proses pembuatan bata beton ringan dapat dilakukan di lokasi proyek sehingga menghemat biaya pengangkutan dan lebih efisien.
Universitas sumatera Utara
59
5. Proses pembuatannya tidak menggunakan tanah liat sehingga mengurangi
dampak kerusakan lingkungan. Kekurangan Bata Beton Ringan dibandingkan batu bata merah adalah :
1. Perekat yang digunakan biasanya merupakan semen instan sehingga
kurang ekonomis. 2.
Biaya investasi awal untuk pengadaan mesin pembuatan bata beton ringan yang relatif mahal.
3. Dibutuhkan gergaji khusus untuk memotong bata beton ringan agar dapat
dihasilkan potongan kecil
2.7 Karakteristik Bata Beton Ringan
Ditinjau dari material penyusunnya, bata beton ringan dapat dikategorikan sebagai mortar campuran semen, pasir dan air .Pada bata beton ringan, buih-buih
hidrogen yang dihasilkan akan mereduksi berat jenis bata tersebut secara signifikan. Selain itu, proporsi beton ringan dan metode curing yang digunakan
dapat mempengaruhi mikrostruktur sekaligus sifat fisik dan mekanis dari bata beton tersebut.
2.7.1 Absorpsi