71
Berat jenis SSD : 2.62 tonm
3
.
Berat jenis kering : 2.54 tonm
3
.
Berat jenis semu : 2.76 tonm
3
.
Absorbsi : 3.20
c. Pedoman : Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan
SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated Surface Dry dimana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan
dalamnya kering, keadaan pasir kering dimana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu
dimana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat
pasir kering dimana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering. Hasil pengujian harus memenuhi :
Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.3 Kapur Limestone
Pada Kapur Limestone mengandung senyawa portlandite CaOH
2
, calcium silicate hydate Ca1,5SiO
3
,5.xH
2
O. Kapur yang digunakan pada campuran beton ringan terlebih dahulu harus dihaluskan, kemudian diayak dengan
saringan No. 200. Secara reaksi kimia, apabila kapur bereaksi dengan foaming agent maka akan dihasilkan gelembung-gelembung H
2
sehingga dapat mengurangi berat bata beton yang dihasilkan.
2 CaO + 3 H
2
O
2
2 CaOH
2
+ H
2
+ 2O
2
Universitas sumatera Utara
72
Gambar 3.2 Kapur Limestone 3.2.4 Air
Air merupakan salah satu bahan yang dibutuhkan untuk campuran beton untuk mendukung reaksi kimia dengan semen. Air yang mengandung senyawa
garam, minyak, bahan-bahan kimia lainnya dapat mengubah sifat semen. Dalam pembuatan bata beton ringan, air berfungsi untuk melunakkan campuran agar
bersifat plastis, air yang terlalu banyak akan menyebabakan banyaknya gelembung udara setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan tidak selesainya proses hidrasi sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan bata beton tersebut. Dalam penelitian ini air yang dipakai
adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di PT. Solid House Indonesia.
3.2.5 Foaming Agent
Foaming Agent pada saaat dicampur dengan kalsium hidroksida yang ada di dalam pasir dan air akan beraksi sehingga membentuk hidrogen. Gas hidrogen
ini membentuk gelembung-gelembung udara di dalam campuran beton tadi. Gelembung-gelembung udara ini menjadikan volumenya menjadi dua kali lebih
besar dari volume semula. Di akhir proses pengembangan atau pembusaan,
Universitas sumatera Utara
73
hidrogen akan terlepas ke atmosfir dan langsung digantikan oleh udara. Rongga- rongga tersebutlah yang membuat bata beton menjadi ringan.
Gambar 3.3 Foaming Agent 3.3 Perencanaan Campuran Bata Beton Ringan
Sampai saat ini, tidak ada pengaturan mix design yang baku untuk proses pembuatan bata beton ringan. Hal ini disebabkan densitas dari bata beton yang
dihasilkan sangat bergantung kepada foaming agent untuk menghasilkan pori-pori pada bata beton ringan tersebut. Pada eksperimen ini, penulis membuat
eksperimen dengan mengacu kepada hasil eksperimen Kausal Kishore. Menurut Kausal Kishore , 2007, seorang material engineers yang berasal dari Jepang.
Berikut adalah hasil penelitiannya :
Required density kgm
3
Required Compressive Strength
at 28-day Nmm
2
WC ratio OPC 53 grade
kg Fine sand
passing 4 mm IS sieve kg
Water kg
1200 6.5
0.55 350
657 193
1400 12.0
0.50 400
800 200
1600 17.5
0.45 450
947 203
1800 25.0
0.40 500
1100 200
Universitas sumatera Utara
74
Perbandingan Semen : Pasir yang digunakan berkisar 1 : 1.9 hingga 1 : 2.2 dengan FAS bervariasi dari 0.40, 0.45, 0.50, dan 0.55. Pada eksperimen ini, perbandingan
semen : pasir yang digunakan adalah 1 : 2 dengan FAS sebesar 0.55 dan densitas bata beton ringan yang dihasilkan berkisar antara 800 – 900 kgm
3
serta mempunyai kekuatan tekan minimal sebesar 2.5 Mpa. Selain itu pada eksperimen
ini, akan diteliti hubungan antara penggunaan kapur pada bata beton ringan dengan kuat tekan bata beton ringan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kapur
dapat membentuk senyawa gas hidrogen sehingga akan menurukan densitas bata beton ringan.
3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Bata Beton Ringan