32
3. Pengaruh Penggunaan Accelerator Admixture yaitu SikaSet
Accelerator pada beton ringan, tanpa kapur, tanpa perawatan. Perbandingan
Jumlah aditif per 1 kg
semen L
Jenis Benda Uji
Banyak Sampel
Semen Pasir
1 2
- Kubus
5 1
2 0.11
Kubus 5
1 2
0.15 Kubus
5 • Foaming agent yang digunakan 8.5 cc per kg semen
Total benda uji : Kubus sebanyak 70 tujuh puluh buah.
1.5 Mekanisme Pengujian Benda Uji
1. Pengujian mekanika properties material di Laboratorium Rekayasa Teknik
Sipil Universitas Sumatera Utara 2.
Pembuatan bata beton ringan di pabrikan bata beton ringan. 3.
Pengujian bata beton ringan di Laboratorium Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara untuk pengujian :
a. Kuat tekan bata beton ringan.
b. Absorpsi bata beton ringan.
Universitas sumatera Utara
33
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Beton merupakan ikatan dari material-material pembentuk beton, yaitu terdiri dari
campuran agregat kasar dan halus semen, air dengan perbandingan tertentu dan dapat pula ditambah dengan bahan campuran tertentu apabila dianggap perlu.
Bahan air dan semen disatukan akan membentuk pasta semen yang berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat halus dan agregat kasar sebagai bahan
pengisi. Campuran tersebut bila dituang dalam cetakan kemudian dibiarkan, maka akan mengeras seperti batuan. Pengerasan itu terjadi akibat hasil hidratasi yaitu
reaksi kimia antara air dan semen dan akibatnya campuran itu selalu bertambah keras setara dengan umurnya dengan rongga-rongga antara butiran yang besar
agregat kasar, kerikil atau batu pecah diisi oleh butiran yang lebih kecil agregat halus, pasir dan pori-pori antara agregat halus ini diisi oleh semen dan air pasta
semen.
Kekuatan, keawetan dan sifat beton yang lain tergantung pada sifat bahan- bahan dasar, nilai perbandingan bahan-bahannya, cara pengadukan maupun cara
pengerjaan selama penuangan adukan beton, cara pemadatan, dan cara perawatan selama proses pengerasan.
Jika ingin membuat beton berkualitas baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang lebih tinggi, maka harus
Universitas sumatera Utara
34
diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton beton segarfresh concrete yang baik dan beton beton keras hardened
concrete yang dihasilkan juga baik. Beton yang baik ialah beton yang kuat, tahan lamaawet, kedap air, tahan aus, dan sedikit mengalami perubahan volume
kembang susutnya kecil. sumber : www.google.com
Menurut Tri Mulyono , 2005 Sebagai bahan konstruksi beton mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan beton antara lain :
1. Harganya relatif murah.
2. Mampu memikul beban yang berat.
3. Mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
4. Biaya pemeliharaanperawatannya kecil.
Kekurangan beton antara lain : 1.
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa meshes.
2. Beton sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton. 3.
Bentuk yang telah dibuat sulit diubah.
2.1.1 Beton Segar Fresh Concrete
Beton segar yang baik ialah beton segar yang dapat diaduk, diangkut, dituang, dipadatkan, tidak ada kecendrungan untuk terjadi segregasi pemisahan
kerikil dari adukan maupun bleeding pemisahan air dan semen dari adukan. Hal ini karena segregasi maupun bleeding mengakibatkan beton yang diperoleh akan
jelek. sumber : www.google.com
Universitas sumatera Utara
35
2.2 Pengertian Bata Beton Ringan
Perkembangan konstruksi di Indonesia tidak terlepas dari penggunaan beton sebagai material perkuatan struktur. Akan tetapi, teknologi beton selalu
mengalami perkembangan sehingga beton ringan telah digunakan sebagai material struktur baik sebagai bahan pendukung seperti bata beton ringan maupun sebagai
bahan struktural bangunan tersebut. Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menciptakan jenis
material yang nantinya akan dipakai dalam pekerjaan konstuksi, salah satunya adalah penelitian material beton ringan.
Bata beton ringan adalah bata yang memiliki berat jenis density lebih ringan dari bata merah pada umumnya. Bata beton ringan dapat dibuat dengan
menggunakan agregat ringan seperti fly ash, batu apung, ataupun expanded polystyrene serta campuran dengan semen, pasir, kapur, dan foaming agent
sebagai penghasil gelembung udara atau yang dikenal dengan nama aerated concrete atau foamed concrete.
Bata berpori dapat dibuat dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan agregat ringan fly ash, batu apung, expanded polystyreneEPS dan
lain – lain , campuran antara semen, silika, pozzolan dan lain – lain yang dikenal dengan nama aerated concrete atau semen dengan cairan kimia penghasil
gelembung udara dikenal dengan nama foamed concrete atau cellular concrete . Tidak seperti bata biasa, berat bata ringan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Pada umumnya berat bata ringan berkisar antara 600-1600 kgm3. Karena itu keunggulan bata ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan
Universitas sumatera Utara
36
pada proyek bangunan tinggi high rise building akan dapat secara signifikan mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada
perhitungan pondasi. Bata berpori ringan atau beton ringan AAC Autoclaved Aerated
Concrete ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923 sebagai alternatif material bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Bata ringan
AAC ini kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943. Hasilnya bata berpori ringan atau beton ringan aerasi ini dianggap
sempurna, termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah
dibentuk, efisien, dan berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri bata berpori beton ringan mulai dikenal sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel
Indonesia di Kerawang Timur, Jawa Barat. Dalam kontruksi, bata adalah sebuah bahan bangunan komposit yang
terbuat dari kombinasi agregat dan pengikat semen. Biasanya dipercayai bahwa bata mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, bata tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk
material seperti batu. Bata beton normal diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu bata
normal dan bata ringan. Bata normal tergolong bata yang memiliki densitas sekitar 2,2 – 2,4 grcm3 dan kekuatannya tergantung pada komposisi campuran
bata mix design . Sedangkan untuk bata ringan atau beton ringan memiliki densitas 1,8 grcm3, begitu juga dengan kekuatannya sangat bervariasi dan
Universitas sumatera Utara
37
sesuai dengan penggunaan dan pencampuran bahan bakunya. Jenis dari bata ringan beton ringan ada dua, yaitu bata ringan berpori aerated concrete dan
bata ringan tidak berpori non aerated concrete . Bata ringan berpori beton ringan berpori adalah bata yang dibuat agar strukturnya terdapat banyak pori.
Bata semacam ini diproduksi dengan menggunakan agregat ringan, misalnya : batu apung pumice, diatomite, scoria, volcanic cinders, dan dicampur dengan
bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum, CaCO
3
dan katalis aluminium. Dengan adanya katalis Al selama terjadi reaksi hidrasi semen akan menimbulkan
panas sehingga timbul gelembung-gelembung gas H
2
O, CO
2
dari reaksi tersebut. Akhirnya gelembung tersebut akan menimbulkan jejak pori dalam bata yang
sudah mengeras. Semakin banyak gas yang dihasilkan akan semakin banyak pori yang terbentuk dan bata akan semakin ringan.
Berbeda dengan bata non aerated, pada bata ini ditambahkan agregat ringan dalam pembuatannya seperti, serat sintesis dan alami, slag baja, perlite, dan
lain-lain. Pembuatan bata ringan berpori jauh lebih mahal karena
menggunakan bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan yang cukup sulit.sumber
: www.wikipedia.com
Sampai saat ini, tidak ada pengaturan mix design yang baku untuk proses pembuatan bata beton ringan. Hal ini disebabkan densitas dari bata beton yang
dihasilkan sangat bergantung kepada foaming agent untuk menghasilkan pori-pori pada bata beton ringan tersebut. Pada eksperimen ini, penulis membuat
eksperimen dengan mengacu kepada hasil eksperimen Kausal Kishore. Menurut Kausal Kishore , 2007 seorang material engineers yang berasal dari Jepang.
Universitas sumatera Utara
38
Berikut adalah hasil penelitiannya :
Required density kgm
3
Required Compressive Strength
at 28-day Nmm
2
WC ratio OPC 53 grade
kg Fine sand
passing 4 mm IS sieve kg
Water kg
1200 6.5
0.55 350
657 193
1400 12.0
0.50 400
800 200
1600 17.5
0.45 450
947 203
1800 25.0
0.40 500
1100 200
Perbandingan Semen : Pasir yang digunakan berkisar 1 : 1.9 hingga 1 : 2.2 dengan FAS bervariasi dari 0.40, 0.45, 0.50, dan 0.55. Pada eksperimen ini, perbandingan
semen : pasir yang digunakan adalah 1 : 2 dengan FAS sebesar 0.55 dan densitas bata beton ringan yang dihasilkan berkisar antara 800 – 900 kgm
3
serta mempunyai kekuatan tekan minimal sebesar 2.5 Mpa. Selain itu pada eksperimen
ini, akan diteliti hubungan antara penggunaan kapur pada bata beton ringan dengan kuat tekan bata beton ringan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan kapur
dapat membentuk senyawa gas hidrogen sehingga akan menurukan densitas bata beton ringan.
2.3 Komposisi Bata Ringan 2.3.1 Semen Portland