3. Pak Puspo
Pak Puspo adalah tetangga Dini. Mereka sahabat yang baik apalagi Ayah Dini yang selalu berjuang dengan Pak Puspo dan warga dalam
kemajuan mengusir Tentara Sekutu. Mereka sejalan dan mau berkorban demi warga dan tanah air kecintaan mereka. Pak Puspo dan Ayah Dini
berjiwa kepemimpinan mengusir penjajah dari kota mereka. “Pada esok harinya, orang tua Dini dan Pak Puspo membicarakan tentang
kemajuan tanah airnya. Dini dan kakaknya mendengar pembicaraan orangtuanya dan menjelaskan kepada anak-anaknya. Mereka membagun
kembali Republik Indonesia dan tidak ada kekhawatiran lagi. Pemerintah kota akan segera pindah dan serdadu-serdadu segera angkat kaki dari
Republik Indonesia. Sehingga keadaan semua pulih kembali, bendera kembali dikibarkan dan sanak saudara yang pergi mengungsi beberapa lama
sekarang kembali ke kampung halamannya” Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128-129.
Para serdadu Belanda angkat kaki dari tanah mereka, dan semua warga
kembali berbahagia karena tanah republik kecintaan mereka kembali tangan warga. Dan warga kembali bahagia atas kembalinya saudara-saudara dari tempat
pengungsian. Dari hari ke hari kami mendengar kenalan dan tetangga yang kembali dari
pengungsian. Di sekolah banyak yang bermunculan murid-murid baru, Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128.
Tokoh ini merupakan tokoh yang protagonis yang sangat berhubungan
dengan jalan cerita, sehingga tokoh ini dinamakan tokoh sentral yang memiliki keterlibatan dalam membangun sebuah cerita. Tokoh ini memiliki watak
sederhana atau datar dan statis yang menunjukkan satu segi sisi saja, yaitu watak kepemimpinan yang baik. Dalam perkembangan cerita, watak ini tidak berubah
hingga akhir cerita.
4. Ibu Dini
Ibu Dini adalah `seorang Ibu yang sayang terhadap keluarganya, Ia bersifat dermawan terhadap warga. Pada saat masyarakat mengalami kekurangan dalam
segala hal, Ibu dan Ayah suka membantu warga karena mereka memiliki bahan makanan yang disembunyikan Ayah waktu Tentara Sekutu menguasai kota
mereka, sehingga mereka masih bisa membantu warga.
“Ketika pertempuran itu tiba, masyarakat kekurangan dalam segala-galanya bahkan semua penduduk menderita kelaparan, tetapi keluarga Dini tidak mengalami
demikian karena mereka telah menyimpan banyak bahan makanan, melainkan mereka dapat membantu satu sampai tiga kelurga yang paling miskin pada saat itu”
Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 35-36. Ibu juga sering membantu warga mulai dari hal kecil hingga besar, Ia sangat
dermawan terhadap warga yang benar-benar membutuhkan bantuan. Ibu tidak hanya memikirkan keluarganya saja tetapi Ia juga memiliki nasib warga yang
sangat membutuhkan bantuan orang lain. Pada saat Ibu panen di kebun Waten Dalem ia selalu memberi pada tetangga dan warga.
Seperti biasa pada waktu-waktu memetik buah, Ibu membagi hasil kepada tetangga-tetangga yang berdekatan, Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami
2009: 74. Selain berbagi pada warga Ibu juga dermawan terhadap bumi yang selalu
diinjak dan tidak dipelihara oleh manusia tetapi ia selalu memberi kehidupan pada manusia. Begitulah sifat kedermawanan yang dimiliki oleh Ibu yang sangat mulia
tidak hanya pada sesama manusia tetapi juga bumi yang memberi kita kehidupan. Dan Ibu sekali lagi menunjukkan betapa luas serta tawakal hatinya. Seperti
katanya yang sering diulang-ulanginya kepada kami, “Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kau injak, kau ludahi. Namun, tak hentinya
memberimu makanan dan minuman.” Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009:15.
Berdasarkan fungsi tokoh, tokoh ini tergolong tokoh bawahan tambahan, yang kemunculannya dalam cerita ini hanya beberapa bagian saja.
Keterlibatannya dalam peristiwa yang membangun cerita juga hanya sedikit, sedangkan berdasarkan cara penampilan tokoh, tokoh ini tergolong tokoh datar
yang tidak menunjukkan perubahan watak dan sikapnya dari awal hingga akhir cerita.
4.3 Alur
Alur merupakan unsur karya sastra fiksi yang sangat penting, karena melalui alur akan didapat gambaran tentang hubungan peristiwa-peristiwa yang terjadi
dalam sebuah cerita. Alur cerita yang jelas dan sederhana akan mempermudah pemahaman pembaca atas cerita yang dibacanya. Namun, apabila alur yang
ditampilkan kompleks, maka hubungan antara peristiwa yang terjadi dalam cerita sulit dipahami oleh pembacanya.
Aminuddin 2000: 83 mengatakan “Alur dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa-peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh pelaku dalam suatu cerita.”
Stanton 2007: 26 menyatakan “Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada
peristiwa-peristiwa yang terhubung.” Selanjutnya Stanton menyatakan:
“Alur merupakan tulang punggung cerita. Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri meskipun jarang diulas
panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak akan pernah dimengerti seutuhnya tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-
peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kualitas, dan
keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen lain, alur memiliki hokum-hukum tersendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah dan
akhir, yang nyata, meyakinkan, logis dapat menciptakan bermacam kejutan, dan memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan.”
Abram dalam Nurgiyantoro, 1995: 113 mengemukakan “Plot sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yang sebagaimana yang terlihat
dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efefk artistik tertentu.”
Dari beberapa pengertian yang tersebut di atas, semakin jelas bahwa alur sebuah cerita sangat penting dalam sebuah karya sastra atau fiksi, karena alur
menjelaskan rentetan peristiwa demi peristiwa yang saling bertautan dalam cerita sehingga pembaca dapat memahami cerita yang ditampilkan dalam karya fiksi
tersebut.
Aminuddin 2000: 84 menyatakan urutan peristiwa dalam plot atau alur adalah sebagai berikut:
Tahapan exposition, yaitu tahap awal yang berisi penjelasan tentang tempat terjadinya serta pengenalan dari setiap pelaku yang mendukung cerita. Tahap
incting force, yakni tahap ketika timbul kekuatan, kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku, rising action, yaitu situasi panas, karena pelaku-
pelaku dalam cerita mulai berkonflik, crisis, yaitu situasi mulai panas dan para pelaku sudah diberi gambaran nasib oleh pengarangnya. Tahapan climax, yakni
situasi puncak ketika konflik berada pada kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar nasibnya sendiri-sendiri, falling action, yaitu kadar
konflik sudah menurun sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda
sampai menuju conclusion atau penyelesaian cerita. Dari keterangan di atas peneliti mendapat gambaran mengenai urutan peristiwa yang terjadi dalam alur
atau plot yang terdapat dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Tahap Exposition
Pada tahap exposition ini, pengarang menceritakan dan memaparkan mengenai bagaimana keadaan tempat serta pelaku cerita. Tempat ini adalah di
sebuah Desa tidak jauh dari kota, tempat terjadinya suatu pertempuran yaitu masuk tentara sekutu.
“Cerita dimulai dengan penceritaan kembali oleh tokoh si aku yang bernama Dini, tentang keadaan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda.
Keluarga dan masyarakat dinama si aku tinggal yaitu sebuah Desa. Pada saat itu mengalami kekurangan dalam segala hal sehingga masyarakat
memperebutkan bahan makanan menir yang berulat. Para serdadu asing sering mengunjungi rumah-rumah di kampung dan membawa barang-
barang berharga seperti perhiasan rumah, kain batik bahkan ayam dan itik” Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 9-11.
Di sebuah desa pengarang menggambarkan bagaimana keadaan pada masa
penjajahan Belanda. Di sebuah desalah tempat tinggal tokoh pelaku utama dalam cerita ini dan, di desa inilah terjadi konflik antara warga dengan Belanda.
Demikian pula dalam cara hidup. Pada zaman perang itulah aku mulai mendapat pengertian apa arti keabadian. Keluarga kami tidak pernah
mengalami hidup mewah yang berlebih-lebihan. Ketika pertempuran tiba, kekurangn dalam segala-galanya menimpa semua penduduk, Cerita Langit
dan Bumi Sahabat Kami 2009:33.
Kemudian pada tahap ini pengarang menceritakan mengenai beberapa pelaku yang mendukung peristiwa dalam cerita ini yaitu Nh. Dini sebagai pelaku
utama selaku pengarang dari novel atau tokoh akuan dalam cerita.
Dini adalah seorang perempuan kecil, yaitu putri bungsu dari keluarganya. Ia berumur kurang lebih dari 10 tahun. Ia sangat berkelakuan baik dan suka
membantu orang lain sama seperti Ibu dan Ayahnya yang sangat menyayangi warga.
Pada bagian awal cerita juga diceritakan mengenai pelaku lain yaitu orang tua dari pada Dini yang berani dan rela berkorban mempertahankan kota kecintaan
warga yaitu mengusir tentara Sekutu dari Kota. Tetapi Bapak tidak ada di tempat Pak Puspo. Dia memang ke sana tadi
ketika serdadu-serdadu datang. Bersama orang-orang lelaki kampung kami, Bapak masuk ke jaring penangkapan. Demikian pula Pak Puspo. Polisi
tentara pendudukan mengetahui dengan rumah-rumah mana yang harus digeledah , dan membawa penghuninya, Cerita Langit dan Bumi Sahabat
Kami 2009:107. Demikian tahap exposition yang tergambar dalam novel Langit dan Bumi
Sahabat Kami karya Nh. Dini. Pengarang membuat perkenalan pada awal cerita yang berupa informasi mengenai pelaku cerita yang sangat mendukung jalannya
peristiwa demi peristiwa dalam cerita sehingga pembaca tertarik membaca kelanjutan ceritanya. Kemudian cerita berlanjut pada pertentangan yang terjadi
akibat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
c. Tahap Inciting Force
Tahap Inciting Force berlangsung dalam cerita ini ketika warga tidak mau terus menerus dijajah oleh Belanda sehingga terjadi perlawanan antara warga
dengan Belanda. Kejahatan yang dilakukakn oleh Belanda menyebabkan penduduk menderita yaitu terjadinya kemiskinan.
Pada zaman penjajahan Belanda, keluarga Dini dan masyarakat pada saat itu mengalami kekurangan dalam segala hal sehingga masyarakat
memperebutkan bahan makanan menir yang berulat. Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 9-10.
Peristiwa kejahatan Belanda terjadi pada masyarakat sehingga warga mengalami kemiskinan. Kota yang awalnya ramai kini menjadi sepi karena
penduduk banyak yang mengungsi dan meninggalkan kota. Setelah warga mengalami hal demikian warga melakukan perlawanan dalam memperjuangkan
tanah air kecintaan mereka.
“Pada esok harinya, orang tua Dini dan Pak Puspo bersama temannya yang datang kerumah membicarakan tentang kemajuan tanah airnya. Mereka
membagun kembali Republik Indonesia dan tidak ada kekhawatiran lagi. Pemerintah kota akan segera pindah dan serdadu-serdadu segera angkat kaki
dari Republik Indonesia.”
Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 128-129.
Semua warga menanti kebahgiaan dengan kepulangan sanak saudara yang dari negeri jauh yang telah mengungsi beberapa lama karena penjajahan Belanda
yang telah memisahkan mereka dari keluarga. Keluarga Dini yang telah lama merindukan kehadiran Heratih dan Maryam sekarang kembali setelah
pertempuran selesai. Tiba-tiba dari rumah terdengar suara ramai, seruan Ibu yang bercampur-
aduk. Kata-kata “anakku ngger” dan sebutan Tuhan yangt Maha Pengasih berkali-kali sampai ke tempat kami,
Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 130.
g. Tahapan Conclusion
Tahapan Conclusion atau penyelesaian masalah dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini tergambar setelah kota kembali pulih seperti
semula, tentara sekutu angkat kaki dari tanah jajahan mereka, sehingga para warga merasakan kebahagian dengan kepulangan sanak saudara dari pengungsian.
“Lalu Teguh bercerita, bahwa truk-truuk berisi serdadu Belanda sering kelihatan beriringan menuju keluar kota. Katanya pemerintahan kota akan
berpindah ke pihak lain. Kata-kata Republik Indonesia lebih sering diucapakan tanpa ketakutan maupun kekwatiran, Cerita Langit dan Bumi
Sahabat Kami 2009: 128.” Kekuatan dalam mempertahankan kejahatan yang dilakukan Belanda
merupakan tantangan yang paling sulit dihadapi oleh warga walaupun akhirnya Belanda angkat kaki dari kota pertempurannya dengan perlawanan yang dilakukan
oleh warga. “Sehingga keadaan semua pulih kembali, bendera kembali dikibarkan dan
sanak saudara yang pergi mengungsi beberapa lama sekarang kembali ke kampung halamannya. Keluarga Dini sangat bahagia kepulangan
saudaranya Heratih dan Maryam, begitu juga dengan warga.” Cerita Langit dan Bumi Sahabat Kami 2009: 200.
4.4 Latar
Latar atau setting merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam karya fiksi. Peristiwa dalam cerita terjadi dalam penggambaran latar yaitu tempat,
waktu dan bagaimana keadaan atau situasi ketika peristiwa itu berlangsung. Suatu peristiwa tidak mungkin terjadi bila tidak ada latar. Dengan kata lain, semua karya
fiksi mempunyai latar atau setting. Latar dapat mewarnai cerita karena merupakan pijakan yang jelas mengenai cerita. Latar menggambarkan realitas berupa tempat
kejadian sehingga tempat atau suasana itu seperti benar dan nyata. Aminuddin 2000: 67 mengatakan “Setting adalah latar peristiwa dalam
karya fiksi, baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal.” Kemudian Nurgiyantoro 1995: 216 mengatakan “ Latar atau setting
yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,
hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.”
Satanton 2007: 35 mengatakan : “Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung. Latar dapat berwujud dekor seperti sebuah café di Paris,
pegunungan di California, sebuah jalan buntu di sudut kota Dublin dan sebagainya. Latar juga dapat berwujud waktu tertentu hari, bulan, dan
tahun, cuaca, atau periode sejarah. Biasanya latar diketengahkan lewat baris-baris kalimat deskriptif.”
Sudjiman 1987: 44 mengatakan “Latar segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam suatu karya sastra.” Selanjutnya Hudson dalam Sudjiman 1987: 44 membedakan latar sosial
dan latar fisikmaterial. “ Latar sosial mencakup keadaan masyarakat, kelompok- kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa, dan lain-lain
yang melatari peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar dan fisik adalah tempat dalam wujud fisiknya, yaitu bagunan, daerah, dan sebagainya.
Dengan mengetahui latar, pembaca lebih mudah memahami cerita dengan persepsi yang dimilikinya mengenai cerita yang sedang dibacanya. Pembaca dapat
merasakan kebenaran yang diceritakan melalui penggambaran tempat, waktu dan, keadaan suatu kelompok atau masyarakat tertentu yang diciptakan pengarang
sehingga cerita dapat dipahami secara lebih mendalam. Dalam novel Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nh. Dini terdapat latar
fisik, yang berupa tempat, dan latar sosial yaitu penggambaran masyarakat yang dijajah oleh Belanda. Latar tempat dalam cerita ini adalah sebagai berikut.
1. Sebuah Kota