BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK, terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai
penyakit infeksi, sehingga berhasil menurunkan angka kematian bayi dan anak, dan memperlambat kematian, perbaikan gizi dan sanitasi menyebabkan kualitas lansia
dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya, jumlah penduduk lanjut usia semakin bertambah banyak Nugroho, 2008.
Seringkali keberadaan lanjut usia dipersepsikan secara negatif, dianggap sebagai beban keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kenyataan ini mendorong
semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin banyaknya masalah kesehatan yang dialami oleh lanjut usia. Lanjut usia cenderung
dipandang masyarakat tidak lebih dari sekelompok orang yang sakit-sakitan. Persepsi negatif seperti ini tentu saja tidak semuanya benar. Banyak lanjut usia yang justru
berperan aktif, tidak saja dalam keluarganya, tetapi juga dalam masyarakat Nugroho, 2008.
Ketika seseorang sudah mencapai usia tua dimana tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani
aktivitas kehidupannya. Kualitas hidup lansia terus menurun seiring dengan semakin bertambahnya usia. Penurunan kapasitas mental, perubahan peran sosial, dementia
kepikunan, juga depresi yang sering diderita oleh lansia ikut memperburuk kondisi
Universitas Sumatera Utara
mereka. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang disekelilingnya. Merawat
lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja namun juga pada faktor psikologis dan sosiologis Raudhah, 2012.
World Population Data Sheet yang dilansir Population Reference Bureau PRB memperkirakan bahwa penduduk lansia di dunia yang berusia 65 tahun ke atas
pada tahun 2012 mencapai 8 dari 7 milyar penduduk dunia atau berjumlah sekitar 564 juta jiwa. Sebanyak 53 dari seluruh penduduk lansia dunia itu berada di Asia
BkkbN, 2012. Di Indonesia berdasarkan data statistik Survei Penduduk Antar Sensus tahun
2005 jumlah pendduduk sebanyak 213.375.287 orang dengan penduduk lansianya sebanyak 15.537.710 orang. Sementara pada tahun 2010 berdasarkan data sensus
penduduk yang diselenggarakan BPS penduduk diseluruh wilayah Indonesia sebanyak 237.641.326 orang dengan jumlah lansia sebanyak 18.118.699 orang BPS,
2010. Pada tahun 2010 berdasarkan data Sensus Penduduk oleh BPS jumlah
penduduk di Sumatera Utara sebanyak 11.688.987 dan jumlah lansia sebanyak 631.604 orang. Usia harapan hidup meningkat dari tahun ke tahun di Provinsi
Sumatera Utara dari 67,15 tahun pada tahun 2002 meningkat menjadi 68,38 tahun pada tahun 2009 Dinas Kesehatan Sumut, 2009.
Di Kabupaten Tapanuli Selatan tercatat jumlah penduduk sebanyak 266.282 orang dengan jumlah lansia sebanyak 16.291 orang dimana laki-laki sebanyak 6.461
orang dan perempuan sebanyak 9.830 orang BPS, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Batang Angkola salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki luas 473,03 km
2
terdapat 6 kelurahan terdiri dari 7.737 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 32.395 orang, laki-
laki sebanyak 15.779 orang dan perempuan sebanyak 16.616 orang Tapanuli Selatan Dalam Angka, 2012. Di kecamatan ini ada lansia yang tinggal bersama keluarga di
komunitas desakelurahan dan ada juga lansia yang tinggal di panti jompo. Menurut Elvinia 2006, terdapat perbedaan yang bermakna pada domain fisik,
psikologis, dan lingkungan pada lansia yang tinggal di rumah bersama keluarga dengan yang tinggal di panti jompo. Hal ini dikarenakan, jika lansia harus pindah ke
tempat tinggal yang baru seperti panti jompo, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi sehingga mereka stres, kehilangan kontrol atas hidupnya dan
kehilangan identitas diri yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Tetapi tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada domain
hubungan sosial, hal ini dikarenakan masing-masing tempat tinggal memberikan dukungan yang cukup bagi lansia. Lansia yang tinggal dipanti memiliki teman-teman
sebaya sebagai pemberi dukungan sosial. Selain itu, mereka juga mendapat kunjungan dari keluarganya.
Menurut Suhartini 2004 yang mengutip pendapat Setiati 2002 kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Aktivitas Kehidupan Sehari-hari AKS ada 2 yaitu AKS standar dan AKS instrumental. AKS standar meliputi kemampuan merawat diri seperti makan,
berpakaian, buang air besarkecil,dan mandi. Sedangkan AKS instrumental meliputi
Universitas Sumatera Utara
aktivitas yang komplek seperti memasak, mencuci, menggunakan telepon, dan menggunakan uang.
Menurut teori aktivitas activity theory, semakin orang–orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin
besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Ketika individu terus hidup secara aktif, energik dan produktif sebagai orang dewasa lanjut, kepuasan
hidup mereka tidak menurun tetapi sering kali meningkat. Kepuasan hidup yang tinggi dapat tercapai jika individu tetap melakukan aktifitas – aktifitas yang
dianggapnya bermakna dan dapat memberikan kontribusi pada masyarakat Berlina, 2009.
Menurut penelitian Sulandari 2009, lansia memiliki hak untuk menentukan pilihannya menjalani masa lanjut dengan tinggal bersama keluarga atau tinggal di
panti jompo. Lansia memiliki beberapa alasan untuk tinggal di panti jompo, diantaranya yaitu tidak punya sanak saudara, miskin, terlantar dan saran dari saudara
atau orang terdekat. Tinggal di panti bukan berarti hidup sendirian dan kesepian. Lansia yang tinggal di panti dapat ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan
oleh panti tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan di panti wredha adalah perawatan kesehatan, kegiatan keagamaan dan senam.
Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi adalah panti jompo yang ada di Kecamatan Batang Angkola. Lokasinya cukup mudah dijangkau dan tidak sulit dicari
karena terletak di pinggir jalan lintas Sumatera, tepatnya di Jln. Mandailing Natal Km. 13 Desa Huta Holbung Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli
Selatan. Jumlah lansia yang ada di Panti Jompo Warga Mas Titian Ridho Ilahi
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 38 orang, terdiri dari 36 orang lansia wanita dan 2 orang lansia laki-laki. Di Panti Jompo ini pengurus menerima lanjut usia dengan usia 60 tahun ke atas, dengan
kondisi fisik yang baik, tidak dalam kondisi sakit berat misalnya penyakit jantung. Meskipun pada kenyataannya, ada lansia yang tinggal di panti jompo itu yang
memiliki penyakit seperti diabetes, asam urat. Pengakuan lansia pada saat survei awal menuturkan banyak perubahan yang terjadi pada mereka setelah tinggal di panti
jompo, seperti status kesehatannya secara fisik, interaksi social dan lingkungannya, psikologisnya dan status keagamaannya. Usia termuda adalah 60 tahun dan usia
tertua adalah 88 tahun Wawancara dengan bagian Administrasi tanggal 21 Juni 2012.
Di wilayah Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan masih menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan. Lansia dapat tenang dan tenteram, lebih
bebas, lebih puas, lebih enak, dapat mengatur dan mengontrol rumahnya karena tempat tersebut milik lansia sendiri. Mereka merasa senang dapat menjaga rumahnya
dan bahkan diantara mereka ada yang masih memiliki suatu jenis usaha seperti berjualan di rumahnya sendiri. Mereka merasa bangga dan nyaman pada masa
tuanya, mereka dapat hidup dekat dan berkumpul dengan anak dan cucunya karena memang di wilayah ini kebanyakan anak mereka lansia yang sudah menikah
memilih tinggal dekat orangtuanya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
judul perbandingan kualitas hidup lansia yang tinggal di panti jompo dengan yang tinggal di rumah di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2013.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah