4. Konsep Membentuk UU Perlindungan Whistleblower dan Justice collaborator.
Seorang Whistleblower seharusnya secara yuridis normatif mendapat
perlindungan. Karena hal ini, telah diatur secara tegas dalam Pasal 33 United Nations Cnvention Againt Corruption
UNCAC. Konvensi ini telah diratifikasi Indonesia melalui UU No.7 Tahun 2006. berdasar Pasal 15 butir a UU No. 30
tahun 2002, KPK berkewajiban untuk memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor.
154
Meskipun saat ini telah ada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK yang mejalankan tugas memberi perlindungan bagi saksi dan korban,
namun lingkup LPSK sayangnya belum menjangkau Whistleblower. UU No. 13 Tahun 2006 tidak menetapkan Whistleblower sebagai pihak yang diberikan
perlindungan. Hanya saksi dan korban yang diatur dalam UU ini. Untuk itu, perlu dipertimbangkan rumusan Pasal 33 UNCAC dimasukkan dalam Peraturan
Perundang-undangan melalui revisi UU No.13 Tahun 2006.
155
UU yang komprehensif mengenai whistleblowing pada umumnya memiliki de
finisi yang luas mengenai “kesalahan”. Jenis kesalahan yang umumnya diatur dalam UU meliputi maladministrasi, tindak pidana, bahaya terhadap kesehatan
atau keselamatan dan penyalahgunaan kekuasaan.
156
dan takut bila sekalian unsure penegakan hukum sudah bersatu padu menghadapi mereka. Gagasan perubahan ini adalah skema besar dan yang baru menyentuh ranah ide. Keberantakan member peluang
dan kesempatan untuk memikirkan langkah progresif yang tidak normalini. Apabila ia diterima, masih dibutuhkan elaborasi dan perincian lebih lanjut guna diterjemahkan ke program dan aksi-aksi konkret.
154
Anwar Usman dan Mujahidin, loc cit
155
Ibid,.
156
Abdul Haris Semendawai, Op. cit.,hal.84.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang akan dianggap dan diakui sebagai whistleblower apabila dengan itikad baik menyerahkan laporan mengenai adanya ‘kesalahan’. Setelah itu
lembaga yang berwenang menetapkan dia sebagai whistleblower yang akan dilindungi dari ancaman dan bahaya pembalasan.
157
Di beberapa negara dengan UU yang komprehensif, mensyaratkan pengungkapan atau whistleblowing dalam suatu organisasi. Laporan dapat
disampaikan kepada atasan, badan atau lembaga pengawasan, atau organisasi yang ditugaskan oleh pemberi kerja berdasarkan peraturan organisasi mengenai
prosedur pengungkapan.
158
Terdapat beberapa peraturan yang secara eksplisit mengatur perlindungan terhadap whistleblower, seperti UU Perlindungan Saksi dan Korban yang sering
dianggap melindungi whistleblower, juga UU Tindak Pidana Pencucian Uang, dan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hanya saja peraturan-peraturan
tersebut tidak secara jelas mengatur mengenai apa dan bagaimana pengungkapan itu dapat dilakukan. Serta bagaimana cara dan mekanisme perlindungan terhadap
whistleblower .
159
Oleh karenanya, saat ini diperlukan adanya sebuah UU yang secara khusus mengatur mengenai whistleblower. UU ini diproyeksikan untuk memastikan
mekanisme pengungkapan dan perlindungan terhadap whistleblower untuk
157
Ibid.,
158
Ibid.,
159
Ibid .,hal.86
Universitas Sumatera Utara
mengungkap suatu ‘kesalahan’ atau penyalahgunaan wewenang yang membahayakan kepentingan publik.
160
Orang cenderung tak berani mengungkap kejahatan karena takut akan adanya pembalasan, pemecatan, atau pemaksaan untuk mengundurkan diri dari
suatu jabatan tertentu atas tindakan pengungkapannya. Oleh karenanya, penting bagi Indonesia untuk segera membentuk dan memiliki UU khusus yang mengatur
mengenai cara dan mekanisme perlindungan bagi whistleblower.
161
UU yang khusus mengatur tentang whistleblower dan justice collaborator bercermin dari negara lain minimal harus mengatur secara tegas tentang
perlindungannya yaitu : a.
Whistleblower tidak dapat dituntut secara perdata, pidana atau secara administratif karena melakukan pengungkapan demi kepentingan umum baik
whistleblower bagian dari pelaku maupun yang tidak.
b. Merugikan atau mencoba atau bersekutu untuk merugikan whistleblower
dinyatakan sebagai suatu balas dendam dan melanggar hukum menurut hukum perdata maupun hukum pidana.
c. Lembaga-lembaga publik harus membuat prosedur yang wajar untuk
melindungi pejabatnya dari balas dendam; d.
Pejabat publik dengan hak-hak yang sudah ada untuk mengajukan keberatan terhadap, atau mengajukan peninjauan atas sanksi administratif, menunjukkan,
160
Ibid.,
161
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
pemindahan atau atas perlakuan sewenang-wenang diperbolehkan menggunakan hak-hak ini terhadap tindakan balas dendam; dan
e. Aparat Penegak hukum harus terintegral mulai dari polisi, jaksa, hakim harus
satu persepsi dalam melindungi keberadaan whistle blower. f.
Untuk justice collabotaor atas kerjasamanya membantu penyidik, penuntut umum dan hakim dalam menuntaskan kasus tindak pidana yang terjadi harus
ditegaskan berapa keringanan hukuman yang diberikan misalnya maksimal setengah dari hukuman pelaku lainnya dan dapat dapat juga dibebaskan dari
tuntutan dengan pertimbangan kasus yang diungkap atas kerjasama tersebut cukup besar dalam pengembalian uang negara.
g. Perlindungan whistleblower juga mencakup perlindungan terhadap
keluarganya baik dari ancaman phisik maupun psikologis atau juga dari mutasi, pemecatan dan lain-lain yang sifatnya merugikan seperti contoh jika
istrinya atau anaknya bekerja pada satu institusi yang sama seperti di satu departemen atau pemerintahan daerah harus diberikan perlindungan dari
pemecatan, mutasi dan upaya pendeskreditan dari atasannya.
162
162
Ibid. , hal 62., Perlindungan Whistleblower di Negara Bagian Queensland, UU
Whistleblower di Negara Bagian Queensland diundangkan pada tahun 1994. UU ini menyediakan suatu skema yang, demi kepentingan umum, memberi perlindungan khusus jika ada pengungkapan-
pengungkapan tentang suatu perbuatan di sektor publik yang melanggar hukum, termasuk kelalaian, dan tidak pantas, atau suatu bahaya terhadap kesehatan atau keselamatan umum, atau bahaya terhadap
lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
F. Sistem dan Mekanisme Pelaporan Whistleblower
Dalam UU Whistleblower dan justice collaborator harus jelas mengatur mekanisme pengungkapan dan perlindungan.
Artinya, dalam prosedur pengungkapan, penting adanya saluran dan prosedur yang dapat diakses setiap
orang untuk mengungkap informasi kejahatan publik, termasuk lembaga yang bertugas untuk menindaklanjutinya. Selain itu, keberadaan lembaga yang otoritatif
tersebut juga untuk memastikan bahwa orang tahu di mana untuk melaporkan dan memahami saluran dan prosedur yang tersedia.
Permasalahan yang paling mendasar dalam sistem dan mekanisme perlindungan peniup peluitpengungkap fakta adalah dengan memberikan gambaran mengenai
bagaimana seharusnya pengungkapan dilakukan, informasi yang dapat diungkap, dan lembaga yang berwenang untuk menangani pengungkapan dan selanjutnya lembaga
mana yang berwenang memberikan perlindungan.
163
1. Prosedur Pengungkapan.