Whistelblower dan Justice collaborator adalah Agen Of Change

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

WISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA KE DEPAN D. Peranan Whistle Blower dan Justice Collaborator di Indonesia Dalam PemberantasanTindak Pidana Korupsi. Perilaku whistleblowing berkembang atas beberapa alasan. Pertama, pergerakan dalam perekonomian yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pendidikan, keahlian, dan kepedualian sosial dari para pekerja. Kedua, keadaan ekonomi sekarang telah memberi informasi yang intensif dan menjadi penggerak informasi. Ketiga, akses informasi dan kemudahan berpublikasi menuntun whistle blowing sebagai fenomena yang tidak bisa dicegah atas pergeseran perekonomian ini. 118

1. Whistelblower dan Justice collaborator adalah Agen Of Change

Upaya untuk memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia memang agak sulit dilakukan oleh aparat penegak hukum terutama sangat sulit proses pembuktiannya. Jika dilihat dan diamati kasus-kasus korupsi yang diadili di pengadilan hanya pelaku kacangan saja yang dihukum karena secara fakta hukum yang dapat dibuktikan hanya bawahannya saja sementara otak pelaku atau pelaku utamanya dan pimpinan atas yang paling banyak menikmati hasil korupsi justru tidak tersentuh. 118 Rothschild Miethe 1999, dikutif oleh Asep Tri wahyudi et al, Makalah Perlindungan terhadap Whistle Blower., www.terbangkelangit.multiply.com diakses pada bulan 10 September 2012. Universitas Sumatera Utara Korupsi layaknya lingkaran setan yang saling menghubungkan satu pejabat dengan pejabat lain. Korupsi merupakan kejahatan yang terorganisir, sehingga perlu seseorang yang ada dalam sistem tersebut yang memutus rantai korupsi yaitu dengan membongkar tindakan korupsi dan yang bersangkutan harus menyandang predikat sebagai whistleblower. 119 Stagnannya upaya pemberantasan korupsi dewasa ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya kurangnya peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi. Harus ada sebuah upaya yang dilakukan agar masyarakat bersedia berperan aktif dalam pemberantasan korupsi. Salah satu awalan yang baik adalah dengan memberikan protection and achievement terhadap whistleblower. Dengan adanya jaminan pemberian protection and achievement tersebut maka peran serta masyarakat, khususnya individu yang terlibat dalam tindak pidana korupsi tersebut, dalam upaya pemberantasan korupsi dapat ditingkatkan. 120 Peranan whistleblower sangat penting dan diperlukan dalam rangka proses pemberantasan tidak pidana korupsi. 121 119 Ahmad Fikry mubarok, Pemberlakuan restorative justice bagi whistle blower dalam tindak Pidana Korupsi, sebuah ringkasan Begawan Hukum Indonesia, Untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi antara lain dengan cara memberikan perlindungan hukum serta perlakuan khusus kepada setiap orang yang mengetahui, melaporkan dan atau menemukan suatu hal yang dapat 120 Ibid., 121 Anwar Usman dan Mujahidin, loc cit Universitas Sumatera Utara membantu aparat penegak hukum untuk mengungkap dan menangani kasus tindak pidana korupsi tersebut. 122 Munculnya pemberitaan tentang whistleblower dan justice collaborator menjadi suatu kegembiraan tersendiri bagi upaya penegakan hukum, secara khusus bagi pemberantasan korupsi. Nilai kejujuran seseorang whistleblower perlu dicontoh dan tetap dijunjung tinggi, mengingat kemauan berkata jujur sangat susah didapat saat ini. Semangat seperti ini sebenarnnya harus dipacu pertumbuhannya sehingga dapat dijadikan awal untuk menghabisi para koruptor. 123 Whistleblower sebenarnya adalah tindakan yang mulia. Whistleblower bisa saja disebut seseorang yang hanya sok-sokan, mencari sensasi, maling teriak maling, tetapi pelaku koruptor tidak terlalu senang atas keberadaan seorang whistleblower , karena keberadaannya akan menjadi duri dalam daging, yang sewaktu-waktu dapat menusuk baik dari depan maupun dari belakang. 124 Whistleblower dan justice collaborator merupakan alat penting dalam melawan kejahatan terorganisir. Metode kerja dalam system hukum pidana yang ada menunjukkan kelemahan karena sering kali belum mampu mengungkap, melawan, dan memberantas kejahatan terorganisir khususnya pelaku tindak pidana korupsi. Di dalam praktek peradilan aparat penegak hukum seringkali 122 Ketua MA Harifin Tumpa dalam surat edaran 10 Agustus 2011 yang didapatkan detikcom, mengenai SEMA No.4 Tahun 2011 tentang perlindungan terhadap whistle blower dan justice collaborator . MA mengeluarkan surat edaran terkait perlindungan bagi whistle blower atau peniup peluit dalam kasus kejahatan serius termasuk korupsi dan terorisme. Hakim diminta memberikan perlindungan hukum kepada terdakwa yang menjadi whistle blower dan justice collaborator. 123 Syahrin Lumbantoruan, Menyemangati Peran Whistle Blower, Wacana, Medan Bisnis 27 Juni 2011, terakhir diakses 20 Oktober 2012. Penulis adalah alumni Fakultas Hukum Universitas HKBP Nommensen, peminat hukum, aktif di Buletin N-Sid Medan. 124 Ibid ., Universitas Sumatera Utara menemukan berbagai kendala yuridis maupun nonyuridis untuk mengungkap tuntas dan menemukan kejelasan suatu tindak pidana, terutama menghadirkan saksi-saksi kunci dalam proses hukum sejak penyidikan sampai proses pengadilan. 125 Untuk menjadi seorang whistleblower dan justice collaborator bukanlah pilihan yang mudah dan mampu dilakukan setiap orang. Oleh karena itu seseorang yang mau mengungkap kejahatan tentulah orang yang mampu mengendalikan rasa takut dan berani mengambil resiko sebagai pembocorpembongkar rahasia. Dalam praktek banyak saksi dan korban tindak pidana rentan terhadap teror dan intimidasi. 126 Beberapa saksi dan korban memilih tidak hadir dari proses hukum karena jiwanya sangat terancam, baik teror maupun intimidasi dari pelaku kejahatan. Begitu juga bagi whistleblower dan justice collaborator resiko yang ditempuh sangat tinggi yaitu 127 1. Resiko Internal : a. Whistleblower dan justice collaborator akan dimusuhi oleh rekan-rekannya sendiri karena dianggap pembuka aib. b. Whistelblower dan justice collaborator serta keluarganya akan terancam baik secara phisik maupun secara psikologis. c. Para whistleblower dan justice collaborator akan dihabisi kariernya dan mata pencahariannya, pemecatan dari jabatan, mutasi, atau penurunan pangkat dll 125 Firman Wijaya, Op.Cit hal.19 126 Ibid ., hal 14 127 Ibid.,hal 15, Universitas Sumatera Utara 2. Resiko Eksternal a. Whistleblower dan justice collaborator akan berhadapan dengan kerumitan dan berbelit-belitnya rententan prose hukum yang harus dilewati. b. Whistleblower dan justice collaborator akan mendapat resiko hukum ditetapkan status hukumnya sebagai tersangka, terdakwa, bahkan dilakukan upaya paksa penangkapan dan penahanan, dituntut dan diadili serta divonis hukuman berikut ganti rugi dan denda yang beratnya sama dengan pelaku lainnya. c. Whistleblower dan justice collaborator akan mendapat ancaman gugatan pencemaran nama baik dari tersangka dilaporkan balik. Whsitleblower juga akan mendapatkan pembalasan oleh pelaku dengan melaporkan kasus lainnya yang mungkin pernah dilakukan oleh whistleblower, seperti contoh kasus Susno Duadji yang dilaporkan dalam kasus pilkada Jawa Barat. Whistleblower dan justice collaborator merupakan bentuk peran serta masyarakat yang tumbuh dari suatu kesadaran membantu aparat penegak hukum mengungkap kejahatan atau tindak pidana yang tidak banyak diketahui orang dan melaporkan hal tersebut kepada pihak aparat penegak hukum dengan menanggung beban resiko yang cukup tinggi. 128 Atas dasar dan fakta tersebut dalam kondisi korupsi yang merajalela disemua sektor dan suasana pemberantasan korupsi dihadapkan pada suatu jaringan terorgainsir yang begitu sulit dijangkau dan semakin canggih serta 128 Ibid ., hal 16 Universitas Sumatera Utara sulit untuk dibuktikan, kehadiran whistle blower dan justice collaborator merupakan Agen of Change dalam upaya pembrantasan tindak pidana korupsi di Indoensia.

2. Whistleblower dan Justice Collaborator adalah Social of control.