Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

Susno Duaji berdasarkan UU No.13 tahun 2006 tentang perlindungan Saksi dan Korban.

F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional

1. Kerangka Teori Berdasarkan hal tersebut maka teori yang akan di gunakan dalam penulisan tesis ini adalah : A. Teori Tujuan Hukum Pada umumnya hukum ditujukan untuk mendapatkan keadilan, menjamin adanya kepastian hukum di masyarakat dan mendapatkan kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut. Tiga unsur tujuan hukum tersebut yaitu keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan. 1. Keadilan Definisi keadilan menurut para ahli adalah : a. Keadilan menurut Aristoteles sebagai pendukung teori etis, bahwa tujuan hukum utama adalah keadilan yang meliputi 14 1. Distributif, yaitu keadilan yang diberikan pada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya prestasi atau pembagian menurut haknya masing-masing. : 2. Komutatif justitia comuutativa yaitu suatu keadilan yang diterima oleh masing-masing anggota tanpa memperdulikan jasa masing-masing. Keadilan ini berdasrkan transaksi baik yang sukarela atau tidak. 14 Ojte Salman, catatan kuliah filsafat hukum, http:wonkdermayu.wordpress.comkuliah- hukumfilsafat-hukum diakses pada tgl 27 Nopember 2012. Universitas Sumatera Utara b. Keadilan menurut Thomas Aquinas filsuf hukum alam, membedakan keadilan dalam dua kelompok 15 1. Keadilan umum justitia generalis, adalah keadilan menurut kehendak undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum. : 2. Keadilan khusus, keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas. Keadilan ini dibedakan menjadi tiga macam yaitu: a. Keadilan distributif, keadilan yang secara proporsional yang diterapkan dalam lapangan hukum public secara umum. b. Keadilan komutatif, keadilan dengan mempersamakan antara prestasi dengan kontraprestasi. c. Keadilan Vindikatif, bahwa kejahatan harus setimpal dengan hukumannya. Seseorang dianggap adil apabila dipidana badan atau denda sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindakan pidana yang dilakukan. c. Keadilan menurut Notohamidjojo dibagi dua yaitu 16 1. Keadilan Kreatif, bahwa harus ada perlindungan kepada orang yang kreatif, yaitu setiap orang bebas bebas menciptkan sesuai dengan daya kreativitasnya. : 2. Keadilan Protektif, keadilan yang memberikan pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam masyarakat. 15 Ibid., 16 Ibid,. Universitas Sumatera Utara 2. Kepastian. Kepastian menurut Hans Kelsen dengan konsepnya Rule of Law atau Penegakan Hukum dalam hal ini mengandung arti: a. Hukum itu ditegakan demi kepastian hukum. b. Hukum itu dijadikan sumber utama bagi hakim dalam memutus perkara. c. Hukum itu tidak didasarkan pada kebijaksanaan dalam pelaksanaannya. d. Hukum itu bersifat dogmatic. 3. Kegunaan. Teori kemanfaatan atau kegunaan Menurut Jeremy Bentham, sebagai pendukung teori kegunaan, bahwa tujuan hukum harus berguna bagi masyarakat untuk mencapai kebahagiaan sebesar-besarnya. Senada dengan Jeremy Bentham, John Stuart berpendapat bahwa tujuan hukum hendaknya untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia. B. Teori Sistem Hukum Legal Theory Teori sistem hukum dari Lawrence M.Friedman menyatakan bahwa sebagai suatu sistem hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu 17 1. Substansi hukum legal substance ; merupakan aturan-aturan, norma- norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang : 17 Teori sistem hukum dari Lawrence M.Friedman, Http.www.sribd.com diakses pada 20 Okteber 2012. Universitas Sumatera Utara dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang mereka susun. 2. Struktur hukum legal structure ; merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi-instansi penegak hukum. Di Indonesia yang merupakan struktur dari sistem hukum antara lain; institusi atau penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim. 3. Budaya hukum legal culture ; merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalahgunakan oleh masyarakat. Ketiga komponen di atas sangat memegang peranan penting dalam pelaksanaan penegakan hukum termasuk dalam memberikan perlindungan terhadap whistleblower dan justice collaborator. Perlindungan hukum yang diberikan harus memunyai dasar aturan yang harus dipahami oleh semua aparat penegak hukum sehingga kehadiran whistleblower dapat berkembang dan memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Belum adanya aturan hukum yang spesifik mengatur tentang perlindungan hukum bagi whistleblower membuat para penegak hukum masih ragu-ragu menyatakan bahwa seseorang yang melaporkan suatu tindak pidana korupsi baik dilingkungan kerjanya atau yang dia ketahui adalah whistleblower dan perlu mendapatkan perlindungan. Universitas Sumatera Utara Komponen pertama tersebut yaitu substansi hukum sangat diperlukan untuk menjamin adanya suatu kepastian. Aturan-aturan tentang whistleblower harus dapat menjamin perlindungan terhadap dirinya sehingga sangat diperlukan peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur tentang perlindungan whistleblower. Dengan adanya paraturan secara spesifik yang mengatur perlindungan terhadap whistleblower sebagai komponen kedua maka aparat penegak hukum secara praktis tidak akan ragu-ragu untuk memberikan perlindungan kepada whistleblower. Selanjutnya komponen ketiga yang merupakan budaya hukum dapat mengikuti dengan sendirinya jika aturan perundang-undangan dan aparat penegak hukum dapat menjamin perlindungan hukum whistleblower. Dengan adanya perlindungan tersebut akan bermunculan para whistleblower yang akan memberikan informasi kepada aparat penegak hukum terutama kasus tindak pidana korupsi dan para pelaku korupsi merasa selalu diawasi oleh orang disekitarnya. C. Teori Perlindungan Hukum Teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles murid Plato, dan Zeno pendiri aliran Stoic. Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Menurut Von Thomas Aquinas mengatakan bahwa hukum alam adalah cerminan dari undang-undang abadi lex naturalis. Jauh sebelum lahirnya aliran sejarah hukum, ternyata aliran hukum alam tidak hanya disajikan sebagai ilmu pengetahuan, tetapi juga diterima sebagai prinsip-prinsip dasar dalam perundang- undangan. Keseriusan umat manusia akan kerinduan terhadap keadilan, merupakan hal yang esensi yang berharap adanya suatu hukum yang lebih tinggi dari hukum positif. Hukum alam telah menunjukkan, bahwa sesungguhnya hakikat kebenaran dan keadilan merupakan suatu konsep yang mencakup banyak teori. Berbagai anggapan dan pendapat para filosof hukum bermunculan dari masa ke masa. Pada abad ke-17, substansi hukum alam telah menempatkan suatu asas yang berisfat universal yang bisa disebut HAM. 18 Menurut Fitzgerald, dia menjelaskan teori pelindungn hukum Salmond bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak . 19 Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. 20 18 Marwan Mas, “Pengantar Ilmu Hukum” Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, 116 19 Satijipto Raharjo, “Ilmu Hukum’, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000, 53. 20 Ibid., 69. Universitas Sumatera Utara Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat. Kesepakatan tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia HAM yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak- hak yang diberikan oleh hukum. 21 Menurut lili rasjidi dan I.B Wysa Putra berpendapat bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, melainkan juga prediktif dan antisipatif. 22 Pendapat Sunaryati Hartono mengatakan bahwa hukum dibutuhkan untuk mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan sosial. 23 Menurut pendapat Pjillipus M. Hadjon bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif. 24 21 Ibid., 54 22 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, “Hukum Sebagai Suatu Sistem”, Bandung, Remaja Rusdakarya, 1993, 118. 23 Sunaryati Hartono, “Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional”, Bandung: Alumni, 1991, 55. 24 Phillipus M. Hadjon, “Perlindungan hukum Bagi Rakyat Indonesia”, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987, hal.2 . Universitas Sumatera Utara Perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan yang represif bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan. 25 2. Landasan Konsepsional Agar alur penelitian terarah dan konsisten diperlukan suatu definisi operasional untuk mempertegas ruang lingkup penelitian ini, yaitu sebagai berikut: a. Dalam penelitian ini yang disebut Pengungkap Fakta Whistleblower adalah istilah bagi karyawan, mantan karyawan atau pekerja, anggota dari suatu institusi atau organisasi yang melaporkan suatu tindakan yang dianggap melanggar ketentuan kepada pihak yang berwenang. Secara umum segala tindakan yang melanggar ketentuan berarti melanggar hukum, aturan dan persyaratan yang menjadi ancaman pihak publik atau kepentingan publik. Termasuk di dalamnya korupsi dan pelanggaran atas keselamatan kerja. Whistleblower merupakan saksi pengungkap fakta yang terlibat langsung sebagai pelaku kejahatan tindak pidana korupsi. 26 25 Maria Alfons, “Implementasi Perlindungan Indikasi Geografis Atas Produk-produk Masyarakat Lokal Dalam Perspektif Hak Kekayaan Intelektual”, Ringkasan Disertasi Doktor, Malang: Universitas Brawijaya, 2010, 18. Umumnya dalam istilah bahasa Inggris, orang yang mengungkapkan fakta kepada publik mengenai sebuah skandal, bahaya, malapraktik atau korupsi disebut sebagai whistleblower . Orang yang bersiul, berceloteh, membocorkan atau 26 Anis Fauzan, Koordinator Forum Muda Indonesia, Opini, “WON Perempuan Muda yang Berani” 12 Desember 2011 pada WWW.Hukum.kompasiana.com Universitas Sumatera Utara mengungkapkan fakta terjadinya kejahatan, kekerasan atau pelanggaran disebut sebagai whistleblower atau seorang pengungkap fakta. 27 b. Saksi Pelaku yang bekerjasama Justice Collaborator adalah pelaku tindak pidana tertentu, tetapi bukan pelaku utama, yang mengakui perbuatannya dan bersedia bekerjasama menjadi saksi dalam proses peradilan dan mau menyebutkan bahwa yang bersangkutan telah memberikan keterangan dan bukti-bukti kuat yang sangat signifikan untuk mengungkap tindak pidana korupsi yang terjadi. 28 c. Perlindungan hukum Besil Protection, Rechtsbercherming adalah suatu perlindungan yang diberikan oleh undang-undang kepada subyek hukum mengenai hak dan kewajiban substantif termasuk perlindungan phisik dan mental yang bersifat preventif maupun yang bersifat refresif. 29 d. Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental kepada korban dan saksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan sidang di pengadilan. 30 G. Metode Penelitian 27 Mengadili Whistleblower, Uli Parlian Sihombing, Fulthoni AM, et Al Catatan Hukum terhadap Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Terdakwa Vincentius Amin Sutanto, hal.,33. 28 Tempo.Com tentang Justice Colaborator. 30 April 2012 oleh Syailendra. 29 Tan Kamello, Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, Pendapat Tan Kamello disampaikan saat bimbingan tesis ini tanggal 15 Desember 2012 di Pasca Ilmu Hukum USU Medan. 30 Nur Wahyuni, makalah Pengertian Perlindungan hukum diterbitkan juni 08 2011 di id.shvoong.com. di askes pada 20 Oktober 2012. Universitas Sumatera Utara Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. 31 1. Jenis, Pendekatan dan Sifat Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan peraturan perundang-undangan statute approach. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yuridis normatif, dilakukan dengan pendekatan peraturan perundang-undangan statute approach. Pendekatan peraturan perundang-undangan yaitu penelitian dengan menelaah berbagai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan terhadap whistleblower atau saksi pengukap fakta dan Justice Collaborator. Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yang ditujukan untuk menggambarkan dan menguraikan secara sistematis perlindungan bagi whistleblower dan Justice collaborator dihubungkan dengan teori-teori hukum dan peraturan perundang- undangan yang ada. 2. Sumber Data Sumber data terdiri dari dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama yaitu seperti prilaku masyarakat melalui penelitian. Data sekunder antara lain mencakup 31 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum hal.22, Kencana Prenada Group Cetakan Ke-5 Maret tahun 2009. Universitas Sumatera Utara dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, makalah, journal, catatan-catatan hukum dan lain sebagainya 32 Penelitian ilmu hukum normatif adalah pengkajian terhadap bahan-bahan hukum, yang bersumber dari data sekunder . Sumber data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. . 33 1 Bahan hukum primer bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari paraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang dan putusan-putusan hakim, antara lain : a. Undang-Undang No.13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban b. SEMA No.4 Tahun 2011 Tentang Perlakuan Bagi Pelapor tindak Pidana Whistleblower dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama Justice collaborator . c. Peraturan Perlindungan Hukum Whistleblower di berbagai negara. 2 Bahan hukum sekunder digunakan untuk membantu memahami berbagai konsep hukum dalam bahan hukum primer, analisis bahan hukum primer dibantu oleh bahan hukum sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber jurnal, buku-buku, makalah serta karya ilmiah mengenai perlindungan terhadap whistleblower dan justice collaborator. 32 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Hal.12., UI-Press 2006. 33 Peter Mahmud Marzuki Op.Cit., hal.97 Universitas Sumatera Utara 3 Bahan hukum tertier diperlukan untuk berbgai hal dalam hal menjelaskan makna-makna kata dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, khususnya kamus-kamus hukum. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan library Research. Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data skunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan pakar hukum dan studi dokumen serta putusan-putusan pengadilan yang ada hubungan dengan kajian dalam penelitian ini. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dilakukan wawancara kepada pejabat atau pakar hukum yang berkompeten yang dapat dijadikan bahan hukum sekunder. 34 4. Analisis Data Analisis terhadap data-data tersebut di atas menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dan argumentative. Deskripsi berupa gambaran bahan-bahan hukum sebagaimana adanya kemudian dilanjutkan dengan evaluasi berupa penilaian terhadap bahan-bahan hukum tersebut. Bahan-bahan hukum tersebut diinterpretasikan dengan metode intepretasi hukum baik intepretasi gramatikal, intepretasi sistematik, intepretasi otentik, yang selanjutnya dianalisis berdasarkan teori-teori dan doktrin hukum yang relevan dikaitkan dengan permasalahan. 35 34 Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit. hal.165 35 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung Mandar Maju 2008. Universitas Sumatera Utara

BAB II BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP