harus merupakan pelanggaran pidana, karena awalnya orang tidak mengenal whistleblower
tetapi etichal resistor yaitu orang yang mempertahankan etika.
3. Lembaga Yang Berwenang.
Whistleblower dalam mengungkapkan fakta harus diajukan kepada lembaga
yang tepat. Tiap lembaga publik adalah lembaga yang tepat untuk menerima suatu pengungkapan demi kepentingan umum. Media massa merupakan pelabuhan
terkahir bagi pengungkap fakta.
168
Di Indonesia, pengungkapan sebuah skandal dapat dilakukan dengan melapor kepada lembaga-lembaga yang berdasarkan UU memiliki kewenangan untuk
menangani kasus-kasus whistleblowing, seperti LPSK, Komisi Pemberantasan Korupsi, Ombudsman Republik Indonesia, Komisi Yudisial, PPATK, Komisi
Kepolisian Nasional, dan Komisi Kejaksaan.
169
Namun lembaga yang tepat jika cermati adalah Lembaga Kepolisian, Kejaksaan, dan KPK, kemudian lembaga ini ketika menerima laporan tersebut melakukan
investigasi meneliti laporan yang diungkapkan dan melakukan wawancara terhadap pengungkap fakta dan apabila pengungkap fakta tersebut diyakini masuk pada kriteria
whistleblower Pimpinan Lembaga tersebut menetapkan pelapor sebagai whistleblower
selanjutnya lembaga tersebut membuat surat permohonan kepada Lembaga perlindungan saksi dan korban LPSK untuk dimasukan pada program perlindungan.
168
Quentin Dempster, Op.Cit,hal. 247
169
Ibid.,hal.83
Universitas Sumatera Utara
Mengapa hanya beberapa lembaga tersebut merupakan yang paling tepat, karena lembaga seperti ombudsman, komisi yudisial dan PPATK akhirnya juga akan
melimpahkan kepada salah satu dari tiga lembaga tersebut, sehingga untuk lebih mempersingkat administrasi dan mempercepat penanganan perkara lebih efektif
ketiga lembaga tersebut. Sedangkan untuk LPSK, jelas bukan kewenangnannya untuk menerima laporan telah terjadinya suatu tindak pidana tetapi pada akhirnya LPSK
merupakan lembaga yang akan menjamin perlindungan saksi dan korban serta whistleblower
dan justice collaborator. Keuntungan system seperti adalah ini untuk pengembalian apa yang dinamakan
Integrity of the system of institutionslized trust , dalam kerangka perspketif komunal.
Whistleblower akan merasa dijamin kembali kepentingannya dalam suasana tertib
social yang adil. Sistem ini dapat menghemat biaya sebab dengan bantuan pedoman yang baku, peradilan pidana dapat mempertimbangkan kompensasi kepada
whistleblower dan justice collaborator.
170
Untuk menghindari pembebanan kepada penyidik, perlu adanya pembagian tugas aparat penegak hukum dimana secara professional penyidik dapat menginvestigasi
keterangan yang diterima dan perlindungan hukum terhadap whistleblower dilakukan oleh LPSK sementara kompensasi yang diberikan dijamin pengadilan sesuai dengan
UU whistleblower dan justice collaborator.
170
Muhadar et al., Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Sistem Peradilan Pidana, hal 176., Model Pelayanan the Service Model untuk perlindungan korban kejahatan, menurut penulis dapat
diterapkan terhadap whistleblower dan justice collaborator.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa hak saksi dan korban dalam Pasal 5 ayat 1 UU Perlindungan Saksi dan Korban dapat juga diterapkan terhadap Whistleblower. Pasal 5 ayat 1
menyebutkan : a.
Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
akan, sedang, telah diberikannya; b.
Ikut serta dalam proses memilih dan menetukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan;
c. Memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. Mendapat penerjemah;
e. Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. Mendapatkan informasi mengenai perkembembangan kasus;
g. Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
h. Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
i. Mendapatkan identitas baru;
j. Mendapatkan kediaman baru;
k. Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
l. Mendapatkan nasehat hukum; dan atau
m. Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
perlindungan berakhir. Dalam Pasal 5 ayat 2 disebutkan bahwa hak sebagaimana dimaksud pada ayat
1 diberikan kepada saksi danatau korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan keputusan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK.
Penjelasan pasal 5 ayat 2 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kasus-kasus tertentu antara lain tindak pidana korupsi, tindak pidana narkotikapsikotropika, tindak
pidana terorisme, dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi saksi dan korban dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya.
171
171
Ibid.,hal 178
Universitas Sumatera Utara
4. Praktik Whistleblowing System