4. Praktik Whistleblowing System
Meskipun Whistleblower belum diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan, sistem whistleblowing telah banyak diterapkan oleh lembaga
publik dan perusahan-perusahan besar baik BUMN maupun swasta. Hal ini merupakan budaya hukum legal culture yang sangat posistif yang telah tumbuh
atas kesadaran masyarakat. Di sini hukum menyadari kekuarangannya sehingga menyediakan berbagai
mekanisme untuk menyelamatkan eksistensinya. Terkait permasalahan luar biasa yang sedang dihadapi hukum di Indonesia, disarankan untuk tidak ragu-ragu
mengambil langkah-langkah progresif. Hukum progresif adalah hukum yang membebaskan kita dari belenggu kerangkeng hukum. Kita memang membutuhkan
hukum, tetapi jangan sampai terjadi hukum itu justru membelenggu kita.
172
Untuk mempraktikan whistleblowing system diperlukan adanya pernyataan komitmen kesediaan dari seluruh karyawan untuk melaksanakan sistem pelaporan
pelanggaran. Karyawan juga dituntut untuk berpartisipasi aktif untuk ikut melaporkan bila menemukan adanya pelanggaran. Secara teknis, pernyataan ini dapat dibuat
tersendiri, atau d ij adikan dari bagian perjanjian kerja bersama, atau bagian dari
pernyataan ketaatan terhadap pedoman etika perusahaan.
173
Sementara itu, perusahaan juga harus memiliki komitmen untuk membuat keb
ijakan untuk melindungi pelapor. Kebijakan ini harus dinyatakan secara tegas,
172
Satjipto Rajardjo, Op.Cit., hal 140.
173
Abdul harsi semendawai et al, Op.Cit.hal.72.
Universitas Sumatera Utara
sehingga para karyawan atau pelapor dari luar dapat melaporkan tanpa dihantui rasa takut dipecat atau diberi sanksi tertentu. Selain itu keb
ij akan ini juga dapat
menjelaskan maksud dari perlindungan tersebut adalah untuk mendorong terjadinya pelaporan pelanggaran dan menjamin keamanan si pelapor maupun keluarganya.
174
Dalam keb ijakan ini harus dijelaskan secara tegas saluran pelaporan mana yang
tersedia untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi. Selain itu juga ada pernyataan bahwa semua laporan pelanggaran akan d
ij amin kerahasiaan dan keamanannya oleh perusahaan. Bila pelapor menyertakan identitasnya secara jelas ia juga d
ijamin haknya untuk memperoleh informasi mengenai tindak lanjut atas laporannya.
175
Keb ijakan ini juga menjelaskan bagaimana seorang pelapor dapat mengadukan
bila mendapatkan balasan berupa tekanan atau ancaman atau tindakan pembalasan lain yang dialaminya. Saluran pelaporan pengaduan ini harus jelas dan kepada siapa harus
mengajukan pengaduan, misalnya, Komite Integritas, Komite Pemantau Sistem Pelaporan Pelanggaran, Komite Audit atau yang lainnya. Dalam hal masalah ini tidak
dapat dipecahkan secara internal, pelapor d ijamin haknya untuk membawa ke lembaga
independen di luar perusahaan, seperti misalnya mediator atau arbitrase atas biaya perusahaan.
176
Lembaga Kebijakan Pengadaan BarangJasa Pemerintah LKPP meluncurkan whistleblower
174
Ibid.,
sistem Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Peluncuran ini, ditandai
175
Ibid.,
176
Ibid.,
Universitas Sumatera Utara
dengan beroperasinya website resmi whistleblower sistem Pengadaan BarangJasa pemerintah melalui www.wbs.lkpp.go.id.
177
Jumlah surat pengaduan yang masuk ke LKPP pun cukup signifikan. Pada triwulan-I 2011 jumlah surat pengaduan yang masuk ke LKPP sebanyak 57 surat,
jumlah ini meningkat pada triwulan-II, III, IV masing-masing sebesar 153, 177, dan 197 surat pengaduan sehingga total surat pengaduan di 2011 sebanyak 584 surat.
178
Tujuan pengembangan whistleblower
system di LKPP adalah untuk memperbaiki sistem pengawasan dan pencegahan administrasi, kerugian perdata dan
tindak pidana korupsi dalam pengadaan barangjasa pemerintah.
179
Pada peluncuran whistleblower
sistem pengadaan barangjasa pemerintah tahap awal, whistleblower sistem masih terpusat di LKPP. Ke depan, whistleblower sistem diharapkan dapat
terpasang di setiap Kementerianlembaga, pemerintah daerah provinsi, dan kabupatenkota.
180
5. Whistleblowing System menurut Komite Nasional Kebijakan Governance