3. Jabu Lepar Bena Kayu, nama ini mungkin diakibatkan karena Jabu ini berada di seberang Jabu Bena Kayu. Jabu ini ditempati oleh anak dari
penghuni rumah yang termasuk juga bangsa tanah. Jabu ini sering juga disebut ‘Jabu Sungkun Berita’. Hal ini tidak terlepas dari
kewajiban penghuni tempat ini yaitu mencari dan mendengarkan berita ataupun kabar yang berkembang di luar. Misalnya kalau ada orang lain
yang hendak mengadakan perang, ia harus terlebih dahulu mengetahuinya.
66
4. Jabu Lepar Ujung Kayu, merupakan tempat bagi pihak Kalimbubu pihak dari klan ibu dari Jabu Bena Kayu. Penghuni Jabu ini sangat
dihormati dan disegani karena kedudukannya sebagai Kalimbubu. Kalimbubu dalam masyarakat Karo merupakan derajat tertinggi dalam
struktur adat. Jabu Lepar Ujung Kayu disebut juga sebagai Jabu Simangan Minem pihak yang makan dan minum. Jika Jabu Bena
Kayu mengadakan pesta adat maka Jabu Lepar Ujung Kayu akan menduduki posisi yang terhormat, dia tidak ikut bekerja hanya hadir
untuk makan dan minum.
5. Jabu Sedapuren Bena Kayu, merupakan tempat bagi anak beru menteri
dari Jabu Bena Kayu. Jabu Sedapuren Bena Kayu juga disebut Jabu Peninggel-ninggel pihak yang mendengarkan. Perannya adalah
66
Tantabangun 2010, Menilik Nilai-Nilai dalam Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu, www.tantabangun.wordpress.com
untuk mendengarkan segala pembicaraan di dalam suatu runggu musyawarah para anggota Rumah Adat. Selain sebagai pihak
pendengar, Jabu Sedapuren Bena Kayu juga berperan sebagai saksi untuk berbagai kepentingan setiap anggota rumah adat, baik di lingkup
rumah maupun di lingkup kota. 6. Jabu Sedapuren Ujung Kayu, merupakan tempat anak atau saudara
dari dari penghuni Jabu Bena Kayu. Jabu ini disebut juga sebagai Jabu Arinteneng yang memberi ketenangan. Posisinya diharapkan
dapat menjadi penengah setiap permasalahan, memberikan ketenangan dan ketentraman bagi seluruh Jabu di rumah adat. Jabu Arinteneng
sering juga ditempati oleh Penggual atau Penarune pemain musik tradisional, yang terkadang menghibur seisi rumah dengan alunan
musiknya yang menentramkan. 7. Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu, merupakan tempat bagi anak atau
saudara penghuni Jabu Ujung Kayu. Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu juga disebut Jabu Singkapuri Belo penyuguh sirih. Jabu
Sedapuren Lepar Bena Kayu berperan dalam membantu Jabu Bena Kayu dalam menerima dan menjamu tamunya. Jabu Singkapuri Belo
secara umum berperan sebagai penerima tamu keluarga di dalam sebuah rumah adat dan bertugas menyuguhkan sirih bagi setiap tamu
keluarga yang menghuni rumah adat.
8. Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu, merupakan kedudukan bagi Guru dukun tabib. Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu juga disebut Jabu
Bicara Guru yang mampu mengobati. Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu berperan sebagai penasehat spiritual bagi penghuni Jabu Bena
Kayu, mengumpulkan ramuan-ramuan dari alam untuk pembuatan obat-obatan bagi seisi rumah, menilik hari baik dan buruk,
menyiapkan pagar tolak bala bagi seisi rumah, selain itu dia juga berperan dalam pelaksanaan upacara terhadap leluhur kiniteken
pemena dan upacara-upacara yang menyangkut dengan kepercayaan pada masyarakat Karo jaman dahulu. Jadi Jabu Sedapuren Lepar
Ujung Kayu atau Jabu Bicara Guru berperan dalam hal pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Karo
pada jaman dahulu.
f. Studi Simbol dan Ragam Rias Rumah Adat Karo.
67
Rumah adat Karo merupakan bangunan tradisional yang ditandai ornamen yang keseluruhan ornamen memiliki hal-hal yang berhubungan dengan
lambang yang bermakna adat istiadat. Dalam pembuatan ornamen rumah adat Karo akan melewati berbagai proses perencanaan yang matang dan
tidak terlepas dari adat istiadat yang telah ditetapkan sebagai sumber hukum
67
Tri Utami Br. Sembiring 2010, Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya, Reprository USU
yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, melalui sidang adat raja, yang kemudian dikirim kepada ahli kesenian penggerga yang mendapat perintah
dari penghulu tanah. Setiap lembar papan yang dihiasi ornamen pada masyarakat Karo ada yang bermakna keindahan, kekeluargaan dan yang
mengandung unsur mistik untuk menjaga pemilik rumah dan sebagai pengerat sistem kekeluargaan pada masyarakat Karo. Berikut merupakan
ornamen-ornamen yang terdapat pada rumah adat Karo. 1.
Ornamen Lumut-lumut Lawit. a.
Bentuk. Kotak-kotak tersebut terdiri dari empat bagian. Antara bagian yang
pertama, kedua, ketiga dan keempat memiliki sisi yang sama. Adapun panjang, lebar dan luas dari masing-masing kotak berukuran
sama.
Kotak-kotak pada bagian tengah tersebut berwarna putih, sedangkan sisi yang menutupi kotak-kotak tersebut berwarna hitam, seperti
Gambar 3.34 Ornamen Lumut-lumut Lawit Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di
Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
terlihat pada Gambar 3.34. Ornamen Lumut-lumut lawit bermotif geometris karena merupakan gambaran tumbuh-tumbuhan yang ada
di alam laut. Adapun ornamen ini diambil dari gambaran rumput laut dengan lumut-lumut yang bertebaran di laut pada batu karang.
Rumput laut yang licin akan menjaga batu karang yang merupakan kekuatan untuk menjaga kelangsungan hidupnya di alam laut dari
segala macam gangguan yang di timbulkan oleh alam dan manusia untuk merusak laut. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi
masyarakat Karo membentuk ornamen Lumut-lumut lawit yang mereka percaya dapat menggelincirkan segala niat jahat yang
berusaha mengganggu ketentraman pemilik rumah. Ornamen ini terbuat dari bambu yang dibelah dan dianyam sedemikian rupa
membentuk segi empat yang diletakkan pada ayo-ayo depan rumah adat Karo. Adapun bambu yang dianyam itu diberikan warna hitam
dan putih yang merupakan tiruan dari batu karang dan Lumut yang mana lumut berwarna hitam sedangkan batu karang berwarna putih.
b. Fungsi.
Ornamen Lumut-lumut Lawit diatas diletakkan pada ayo-ayo rumah
adat Karo yang berfungsi yakni:
1. Penolakan kepada segala niat jahat Penolakan berarti menepis
segala hal-hal yang tidak baik karena masyarakat Karo pada zaman dahulu masih percaya akan adanya roh-roh jahat yang
hendak mengganggu ketentraman rumah. Roh-roh jahat itu dikirim melalui bantuan dukun yang gunanya untuk merusak dan
membinasakan orang yang tinggal di rumah, sehingga mereka mempercayai ornamen Lumut-lumut Lawit dapat dijadikan
penangkal untuk menggagalkan segala niat jahat orang tersebut. 2.
Sebagai ventilasi udara Ornamen Lumut-lumut Lawit di letakkan pada ayo-ayo depan rumah adat Karo memiliki fungsi sebagai
ventilasi udara. Ornamen ini akan memberikan cahaya matahari karena ornamen ini diletakkan pada ayo-ayo rumah adat yang
dibuat dengan cara dianyam sehingga udara segar masuk melalui ornamen tersebut.
c. Makna
Lumut-lumut Lawit dalam masyarakat Karo memiliki makna berupa keamanan. Ornamen Lumut-lumut Lawit akan menjaga keamanan
dari setiap anggota keluarga dari segala niat jahat orang. Niat jahat tersebut bentuknya tidak terlihat karena dibuat untuk
menghancurkan dan membinasakan orang yang ada dalam rumah adat. Roh-roh jahat tersebut dikirim dengan bantuan dukun yang
berusaha untuk merusak keharmonisan para anggota keluarga yang tinggal dalam rumah adat. Niat jahat orang tersebut akan menjadikan
pertengkaran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya yang tinggal di rumah adat. Kekuatan jahat tersebut juga dapat
membinasakan orang yang ada di rumah adat. Dengan datangnya penyakit yang secara tiba-tiba, sehingga sebelum terjadi hal-hal
tersebut harus dicegah. Ornamen Lumut-lumut Lawit di percaya dapat menghancurkan niat jahat tersebut dan menjaga ketentraman
anggota keluarga yang ada dalam rumah adat. Ornamen Lumut- lumut Lawit dipercaya dapat menghalau dan menggelincirkan segala
niat jahat orang tersebut sehingga ketentraman rumah akan terjaga.
2. Ornamen Bindu Matagah.
a. Bentuk.
Bentuk ornamen ini berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi yang melambangkan pesilah simehuli
menyingkirkan yang tidak baik. Penyingkiran yang tidak baik itu merupakan kekuatan ornamen Bindu Matagah untuk menjaga
lingkungan dan manusia dari roh-roh alam semesta yang ditimbulkan oleh manusia sendiri ataupun alam yang berusaha
mengganggu dan merusak ketentraman desa dan pemilik rumah adat. Ornamen ini bermotif geometris seperti pada Gambar 3.35.
Bahan dasar ornamen ini adalah kayu yang tehnik pembuatannya di ukir dan dibuat garis menyilang membentuk persegi.
b. Fungsi .
Ornamen ini memiliki fungsi sebagai penyingkir yang tidak baik dalam masyarakat Karo yang memiliki arti apabila seorang tamu
hendak memasuki kampung atau rumah maka ornamen Bindu Matagah akan dilukiskan di tanah dan tamu tersebut harus memijak
ornamen Bindu Matagah. Ada anggapan masyarakat bahwa tidak semua orang mempunyai sifat baik apalagi kalau ada orang asing
yang datang ke kampung atau ke rumah, maka orang tersebut harus memijak ornamen Bindu Matagah dengan kaki kanan agar supaya
Gambar 3.35 Ornamen Bindu Matagah Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah
Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
segala niat jahat yang mungkin di bawa orang tersebut hilang, dan tidak masuk ke rumah atau kampung, sehingga ketentraman tetap
terjaga. Ornamen ini juga berfungsi untuk menjaga pemilik rumah atau orang kampung yang sedang berburu kehutan. Apabila
penghuni kampung di hutan memiliki ketakutan, akibat adanya gangguan dari binatang buas seperti ular, harimau dan hewan-hewan
liar yang berusaha mengganggu dan mengancam jiwa mereka, maka ornament ini dilukiskan ditanah dan dipijakkan dengan kaki kanan,
maka hal-hal buruk tidak akan terjadi.
c. Makna.
Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekuatan dan makna kepercayaan. Makna kekuatan ornamen Bindu Matagah
mempunyai kekuatan untuk menjaga orang kampung dari niat jahat orang ketika mereka kedatangan tamu dari luar desa yang tidak
dikenal. Masyarakat Karo menganggap setiap orang yang tidak dikenal belum tentu mempunyai niat baik maka ornamen Bindu
Matagah akan memiliki kekuatan untuk menjaga orang kampung dan pemilik rumah dari segala ancaman dan gangguan yang
datangnya terlihat maupun tidak terlihat. Gangguan yang terlihat seperti merusak hubungan persaudaraan masyarakat yang menghuni
kampung dan gangguan yang tidak terlihat berupa gangguan yang dikirim lewat udara dengan bantuan dukun. Makna kepercayaan
terlihat dari kepercayaan masyarakat Karo pada ornamen Bindu Matagah saat kedatangan tamu, tamu tersebut harus memijak
ornament Bindu Matagah dengan kaki kanan agar niat jahat tidak masuk ke kampung atau kerumah. Ornamen ini juga dipercaya akan
memperkuat roh orang yang akan berburu kehutan ketika mereka berjumpa dengan hewan binatang buas di hutan dengan melukisan
ornamen ini di tanah dan memijaknya dengan kaki kanan.
3.
Ornamen Embun Sikawiten.
a. Bentuk.
Ornamen ini bermotif alam yang merupakan tiruan dari awan akan tetapi ornamen ini dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar
membentuk segitiga. Ornamen ini merupakan gambar awan yang beriring dilangit yang memiliki gumpalan tebal yang ketika lapisan
awan atas bergerak maka bayangan awan dibawahnya akan ikut. Terjemahan secara bebas ornamen ini adalah awan yang berkaitan
atau rangkaian awan yang beriringan yang berarti rakut sitelu dalam masyarakat Karo. Lapisan awan atas menunjukkan
Kalimbubu dan lapisan awan bawah sebagai pengikut
menunjukkan anak beru. Ornamen ini tergambar pada Gambar 3.36.
Bahan dasar ornamen ini adalah kayu yang teknik pembuatannya di ukir dan dipahat sesuai gambar awan yang beriringan. Warna
dasar ornamen diambil dari warna bunga yang merah yang berarti kekuatan kalimbubu dalam acara adat Karo yang menjaga
keharmonisan kekeluargaannya dengan anak beru.
b. Fungsi.
Ornamen Embun Sikawiten merupakan gambar alam yang berupa segitiga yang memiliki bayangan yang berfungsi menunjukkan
hubungan kalimbubu dan anak beru yang posisinya berbeda yaitu kalimbubu di atas dan anak beru di bawah sesuai dengan gambar
awan yang beriringan. Dalam masyarakat Karo, kalimbubu memegang peranan yang penting, orang yang sangat dihormati dan
Gambar 3.36 Ornamen embun Sikawiten Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah
Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
disegani. Masyarakat Karo percaya menghormati kalimbubu akan mendapatkan usaha dan rejeki yang baik. Oleh karena itu
kalimbubu disebut juga Dibata Idah yang maksudnya kalimbubu merupakan wakil Dibata di dunia ini. Anak Beru ialah pihak
keluarga laki-laki yang kawin atau mengambil anak perempuan suatu keluarga dan kalimbubu-nya ialah pihak keluarga perempuan
yang dikawininya. Dan anak beru harus menghormati kalimbubu dan kalimbubu akan memberikan perlindungan kepada anak beru.
Ornamen ini juga berfungsi untuk menolak segala niat jahat orang yang berusaha untuk mengganggu ketentraman satu keluarga anak
berru yang memiliki konflik. Posisi kalimbubu sebagai pelindung anak beru akan terlihat dan kalimbubu akan membuat keputusan
yang baik sesuai dengan warna merah yang berarti pemberi semangat pada ornamen Embun Sikawiten.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornamen embun sikawiten ialah makna kekeluargaan. Makna kekeluargaan itu terlihat dari hubungan
antara kalimbubu dan anak beru. Ornamen Embun Sikawiten berarti rakut sitellu dalam masyarakat Karo Kalimbubu, Senina,
Anak Beru yang tidak terpisahkan dalam masyarakat Karo.
Sebagai contoh perkawinan antara marga dan sub-marga dalam masyarakat Karo. Perkawinan tersebut menghasilkan keturunan
baru disamping ada keluarga lama, maka terjadilah pertukaran kedudukan dan fungsi pihak keluarga laki-laki dinamakan anak
berru pihak keluarga perempuan. Dan selanjutnya kelurga pihak perempuan disebut kalimbubu oleh pihak keluarga laki-laki. Dan
hal ini yang menimbulkan kekelurgaan yang di sebut rakut sitellu. Rakut artinya suatu ikatan dan sitellu artinya kelengkapan dari tiga
unsur. Selain itu ornamen ini juga mempunyai makna keindahan yang memberikan kesan indah pada dapur-dapur rumah adat Karo.
Unsur mistik dalam ornamen ini tidak ada, akan tetapi ornament ini menunjukkan rakut sitellu dalam masyarakat Karo.
4. Ornamen Cimba Lau Tutup Dadu.
a. Bentuk.
Ornamen ini bermotif geometris alam yang membentuk persegi panjang dengan garis-garis melintang membentuk tutup stoples
pada bagian dalamnya. Bahan dasar ornamen ini adalah papan ayo-ayo yang di ukir dan dipahat membentuk tutup toples
melintang. Warna dasar ornamen ini ialah hitam dan putih yang mana ornamen ini menunjukkan awan hitam yang berarak di langit
yang akan segera menunjukkan datangnya hujan. Ornamen ini terdapat pada bagian atas dan bawah papan dapur-dapur rumah
adat Karo seperti pada Gambar 3.37.
Ornamen yang merupakan bentuk awan yang berarak di langit menunjukkan doa masyarakat Karo kepada sang pencipta yang
memberikan kecerahan pada hidup mereka.
b. Fungsi.
Ornamen Cimba Lau Tutup Dadu diletakkan pada dapur-dapur rumah adat Karo yang berfungsi sebagai:
1. Doa masyarakat Karo kepada penciptanya. Masyarakat Karo
pada zaman dahulu percaya pada kekuatan gaib dan roh-roh halus sebagai suatu bentuk kekuatan yang dapat
membahagiakan dan menghancurkan. Oleh karena itu kepercayaan animisme merupakan sistem religius yang mereka
Gambar 3.37 Ornamen Cimba Lau Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah
Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
anut. Kepercayaan kepada Dibata atas, Dibata tengah dan Dibata bawah dibagi lagi atas beberapa bagian seperti
kepercayaan akan adanya pembagian sibiak atau Dewa yang mereka yakini sudah mempunyai peranan masing-masing. Doa
masyarakat Karo pada langit menunjukkan permohonan mereka pada Dewa hujan agar ketika mereka bertanam
diturunkan hujan yang memberikan kecerahan pada hidup mereka.
2. Ornamen ini berfungsi sebagai hiasan yang memperindah
rumah adat Karo. Ornamen Cimba Lau tidak mengandung unsur mistik akan tetapi hanya merupakan sebagai keindahan
dan doa masyarakat Karo pada penciptanya.
c. Makna.
Makna yang terdapat pada ornamen Cimba Lau ini tidak jauh dari fungsinya yaitu sebagai makna keindahan dan makna kepercayaan.
1. Makna keindahan. Makna keindahan itu terlihat pada ornamen
Cimba Lau yang memberikan kesan keindahan pada dapur- dapur sepanjang rumah adat Karo.
2. Makna kepercayaan. Makna Kepercayaan terlihat pada
upacara-upacara ritual masyarakat Karo seperti dalam meminta
hujan akibat terjadinya kekeringan pada suatu kampung. Kekeringan tersebut akan mengganggu pertumbuhan tanaman
yang akan menguning. Air yang ada di sungaipun sudah mulai surut sehingga orang kampung membuat inisiatif untuk
meminta Dewa hujan, agar hujan turun dengan acara ritual.
5.
Ornamen Pengret-ret Pengerat.
a. Bentuk.
Bentuk Ornamen yang terdapat pada gambar ini bila di perhatikan secara seksama akan hampir mirip dengan rupa hewan yang
menyerupai gambar cecak. Ornamen ini memiliki lambang yang berupa kekuatan, seperti pada Gambar 3.38.
Ornamen ini dalam masyarakat Karo diartikan sebagai lambang untuk memperkuat rumah adat Karo. Dalam pembuatan ornamen Pengret-ret
sebenarnya derpih sudah dilobangi membentuk cecak dan Pengret-ret dihubungkan ke lubang yang sudah dilubangi yang membentuk cecak.
Ornamen ini juga yang menghubungkan tiap lembar papan dalam Gambar 3.38 Ornamen Pengret-ret
Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
pembuatan rumah adat Karo. Ornamen pengeret-ret sebagai paku yang mempunyai kekuatan untuk memperkuat tiap lembar papan yang
terdapat pada rumah adat Karo. Ketahanan rumah adat juga berkisar empat ratus tahun di tempat penulis mengadakan penelitian. Bahan
dasar ornamen ini adalah sejenis tali ijuk yang dibentuk membentuk cecak dan lengket pada derpih rumah adat Karo.
b. Fungsi.
Pengret-ret ini dalam masyarakat Karo diletakan pada derpih depan rumah adat Karo yang berfungsi sebagai:
1. Tolak bala. Merupakan penolakan masyarakat Karo terhadap
segala bahaya yang datangnya dari roh-roh jahat di udara yang dapat mengganggu ketentraman orang yang berada dalam rumah
adat. Didalam rumah adat Karo terdiri dari delapan rumah tangga yang semuanya diikat oleh rasa kesatuan yang merasa senasib
sepenanggugan, sehingga untuk menghindari hal-hal yang merusak keharmonisan yang datangnya dari luar mereka percaya bahwa
ornamen Pengret-ret akan menjaga mereka. 2.
Pagar rumah. Ornamen ini merupakan pagar rumah yang berfungsi menjaga pemilik rumah dari orang yang berusaha untuk
mengganggu ketentraman dari pemilik rumah. Mereka percaya
bahwa kekuatan jahat yang ada di sekitar mereka dapat merusak keharmonisan yang ada dalam rumah adat. Untuk menghalau
kekuatan jahat itu mereka percaya bahwa ornamen pengeret-ret sebagai penolak kekuatan jahat pelindung yang melindungi seisi
rumah orang tersebut agar terhindar dari perbuatan jahat orang lain yang memiliki niat yang akan mengganggu ketentraman orang
yang ada dalam rumah adat.
c. Makna
Makna dalam ornamen Pengret-ret ini tidak jauh dari fungsinya yaitu sebagai makna kekuatan dan kepercayaan:
1. Makna kekuatan ini ditunjukkan pada saat pembangunan rumah
yang tidak memakai paku sebagai bahan dalam bangunan akan tetapi mempergunakan Pengret-ret sebagai paku yang merupakan
tali yang mengikat setiap lembar papan yang ada dalam rumah adat. Masyarakat Karo memiliki keyakinan Pengret-ret lebih kuat
untuk menjaga ketahanan rumah dari gangguan alam seperti gempa, karena setiap lembar yang di ikat oleh Pengret-ret lebih
kuat dan lebih tahan lama.
2. Makna Kepercayaan, dimana mereka percaya bahwa ornamen
Pengret-ret memberikan perlindungan yang menolak segala niat
jahat orang dan sebagai pagar rumah yang melindungi orang yang
ada dalam rumah.
6.
Ornamen Bendi-bendi.
a. Bentuk.
Ornamen ini berbentuk satu garis panjang dengan tiga lubang yang berukuran setengah lingkaran. Setengah lingkaran tersebut
merupakan pegangan apabila memasuki rumah adat. Ornamen
tersebut dipahat dari bahan kayu. Adapun bahan kayu yang membentuk ornamen ini disebut kempawa. Kempawa memiliki arti
kayu yang sudah tua. Kayu yang sudah tua itu dipahat hingga membentuk setengah lingkaran. Ornamen ini dapat dilihat pada
Gambar 3.39.
Ornamen ini berwarna hitam dan pada bagian kiri dan kanan pintu rumah adat Karo. Ornamen ini ditempatkan pada bagian kiri dan
kanan pintu rumah adat Karo agar menjadi pegangan ketika masuk Gambar 3.39 Ornamen Bendi bendi
Sumbe: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
ke rumah. Ornamen tersebut juga sebagai pegangan ibu-ibu hamil saat proses persalinan.
b. Fungsi.
Ornamen Bendi-bendi diletakkan pada pintu sebelah kiri dan kanan rumah adat Karo disebabkan karena Bendi-bendi sebagai pegangan
saat akan memasuki rumah. Pertama sekali sebelum kita memasuki rumah adat, kita memegang Bendi-bendi sebagai pegangan dan
penyambut kedatangan kita untuk masuk dan melangkahkan kaki untuk masuk kerumah. Ornamen Bendi-bendi juga merupakan
pegangan Ibu-ibu hamil saat proses persalinan. Saat akan melakukan proses persalinan, ibu-ibu hamil akan didudukkan di
atas danggulen pijakan waktu akan memasuki rumah dan tangan ibu tersebut akan di ikatkan pada ornamen Bendi-bendi yang
berfungsi sebagai pegangan, dan dukun beranak akan memulai proses persalinan.
c. Makna
Makna yang terdapat pada ornament Bendi-bendi ialah makna kekuatan dan makna komunikasi:
1. Makna kekuatan. Makna kekuatan ini ditunjukkan pada
kekuatan seorang ibu ketika akan melahirkan anaknya dimana pada saat proses persalinan ibu yang akan melahirkan tersebut
hanya memegang Bendi-bendi sebagai pegangan. Pada saat itu dunia kedokteran belum mereka kenal, jadi ibu tersebut hanya
di temani sibaso dukun beranak dalam proses persalinan. 2.
Makna Komunikasi. Ornamen ini bermakna komunikasi yang menunjukkan hubungan komunikasi antara penghuni rumah
dengan lingkungan tempat mereka tinggal. Bendi-bendi yang berada didekat pintu masuk merupakan penyambut tamu yang
menunjukkan sikap keterbukaan masyarakat Karo dengan dunia luar. Namun keterbukaan itu ada batasnya sesuai dengan
etika. Apabila tergantung seutas benang pada ornamen Bendi- bendi tamu tersebut harus masuk melalui pintu yang lain.
7. Ornamen Bunga Gundur Sitelinen.
a. Bentuk.
Ornamen ini memiliki bentuk persegi dengan dihiasi kotak-kotak. Ornamen ini dibentuk dari gambaran alam yang merupakan tiruan
dari bunga. Bunga tersebut merupakan bunga labu yang saling menelan. Setiap kotak yang di gambarkan pada ornamen memiliki
sisi, lebar, dan luas yang sama. Ornamen ini dapat kita lihat pada bagian depan ayo-ayo rumah adat Karo, dengan warna dasar
hitam dan putih, di katakan ayo-ayo karena memiliki arti bahwa benda yang dipergunakan dalam pembuatan ornamen tersebut
terbuat dari bambu yang di iris tipis-tipis lalu dianyam membentuk rupa bunga labu yang saling, seperti pada Gambar 3.40.
Bentuk yang melatar belakangi pembuatan pada ornamen ini di latar belakangi oleh masyarakat Karo yang melihat bunga labu
yang saling menelan menunjukkan kelemahan dari bunga yang merupakan sebagai suatu bentuk perlawanan masyarakat Karo
terhadap musuh. Gambar 3.40 Ornamen Bunga Gundur Sitelinen
Sumber: Bentuk dan Fungsi Ornamen Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga sebagai Daya Tarik Wisata Budaya
b. Fungsi.
Ornamen ini diletakkan pada ayo-ayo rumah adat Karo yang memiliki fungsi:
1. Mengetahui kelemahan lawan. Bunga yang merupakan
gambaran dari bunga labu menunjukkan bagaimana bunga labu tersebut akan memakan bunga yang ada di dekatnya. Bunga
tersebut yang melatar belakangi masyarakat Karo untuk melihat segala kelemahan dari pada lawan yang berusaha untuk
mengganggu ketentraman rumah dan kampung yang ada pada masyarakat Karo.
2. Sebagai ventilasi udara Ornamen ini diletakkan pada ayo-ayo
rumah adat Karo berfungsi sebagai ventilasi udara yang memberikan kesegaran pada rumah adat karena ornament ini di
tempatkan di atas bagian depan yang berbentuk segitiga dari rumah adat Karo.
c. Makna
Ornamen bunga Gundur Sitelinen merupakan gambaran bunga labu yang saling menelan. Ornamen ini mempunyai makna sebagai
keamanan. Keamanan yang ditunjukkan pada ornamen bunga Gundur Sitelinen dimana ornamen ini sebagai pelindung yang
melindungi anggota keluarga yang ada dalam rumah adat dengan mempelajari setiap kelemahan dari lawan. Gambaran bunga Labu
yang memakan bunga yang ada di dalamnya sebagai bentuk pertahanan bunga tersebut dari lingkungannya itulah yang
melatarbelakangi pembuatan ornamen ini pada ayo-ayo rumah adat Karo. Perlindungan tersebut berupa kekuatan dari lawan yang
ingin merusak kampung atau anggota keluarga dengan mengetahui maksud jahat orang tersebut sehingga bisa dibuat penangkal dan
kampung atau orang yang berada dalam rumah adat terlindungi.
9. Ornamen Ser-ser Sigembel.