Elaborasi Tema DESKRIPSI TEMA

2.2 Elaborasi Tema

Pada dasarnya semua objek itu netral, sebab objek adalah objek. Arti atau makna diberikan kepada objek oleh subjek, sesuai dengan cara pandang subjek. Untuk dapat membuat interpretasi, lebih dahulu harus memahami atau mengerti. Mengerti dan interpretasi menimbulkan lingkaran hermeneutik. Mengerti secara sungguh-sungguh hanya akan dapat berkembang bila didasarkan atas pengetahuan yang benar. Hukum Betti tentang interpretasi ”Sensus non est inferendus sed efferendus” makna bukan diambil dari kesimpulan tetapi harus diturunkan. Penafsir tidak boleh bersifat pasif tetapi merekonstruksi makna. Alatnya adalah cakrawala intelektual penafsir. Pengalaman masa lalu, hidupnya saat ini, latar belakang kebudayaan dan sejarah yang dimiliki. 2.2.1 Relevansi Hermeneutika dan arsitektur Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moh.Ali Topan, seorang peneliti dari Universitas Trisakti, dalam judul jurnalnya, Memahami Metode Hermeneutika dalam Studi Arsitektur, Relevansi Hermeneutika dan Arsitektur terdiri dari 6 poin, sebagai berikut: 1. Mengakui adanya pengaruh faktor-faktor non-fisik, selain faktor-faktor fisik didalam penciptaan arsitekturkota. 2. Memberi peluang pemahaman terhadap karya-karya arsitektur kota, khususnya terhadap karya-karya tradisional, dengan demikian memperkaya pemahaman atas makna arsitektur atau kota dalam hubungan dengan masyarakat penghuninya. 3. Menciptakan dan mendorong terbentuknya arsitektur dan kota yang bermakna yang terkait dengan warisan budaya masyarakat. 4. Memberi peluang arsitekturkota tidak bermakna tunggal, sehingga keunikan lokal tetap dapat tergali. 5. Meningkatkan kesadaran atau sensitifitas akan perbedaan-perbedaan dalam karya arsitektur dan kota. 6. Mengakui keberadaan arsitektur atau kota tradisional dengan unsur-unsur metaforis, simbolik maupun unsur mistiknya. Arsitektur bukan hanya tentang proporsi, komposisi, teknis konstruksi tetapi juga tentang menemukan diri. Budaya membantu manusia menemukan dan memiliki integritas. Dalam dunia saat ini, manusia dituntut berjalan makin cepat, bertindak cepat, berpikir cepat. Tidak ada cukup ruang dan waktu bagi perenungan. Mungkin juga bagi budaya. Perlahan-lahan tapi pasti, kita sedang menyaksikan evolusi pemusnahan budaya yang beragam. Keseragaman arsitektur terjadi dari Aceh sampai Papua. Arsitektur tradisional hanya masa lalu yang layak dilestarikan saja tanpa dikembangkan sesuai konteks masa kini, seolah-olah seperti itulah yang terjadi.

2.3 Studi Banding