berdasarkan mudharabah. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah
penyimpan dengan bank. Deposito merupakan produk bank yang memang di tujukan untuk kepentingan investasi dalam surat-surat berharga, sehingga dalam
perbankan Syariah akan memakai prinsip mudharabah.
2.2. Bank Syariah 2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip – prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Syariah Soemitra, 2009:61. Sedangkan menurut
Sudarsono,2004:27 mendefenisikan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lantas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip- prinsip Syariah. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-hadist, maka bank
syariah diharapkan dapat menghindari kegiatan- kegiatan yang mengandung unsur – unsur riba dan bertentangan dengan syariat Islam.
2.2.2 Karakteristik Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian keseahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa
karakteristik bank syariah Soemitra: 2009; 67 sebagai berikut: 1.
Penghapusan riba
Universitas Sumatera Utara
2. Pelayanan kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi
Islam 3.
Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersil dan bank investasi
4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati- hati terhadap
permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena bank komersil syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi,
ventura, bisnis atau industri 5.
Bagi hasil cendrung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha 6.
Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen bank pasar uang antar bank
syariah dan instrumen bank syariah berbasis syariah.
2.2.3 Ciri-Ciri Bank Syariah
Bank Islam sangat berbeda dengan bank konvensional pada bank umumnya. Perbedaaan ini dapat di lihat dari ciri-cirinya. Perbedaan tersebut di
lihat dari beberapa hal, yaitu: Beban biaya, beban biaya yang disepakati diantara para pihak untuk transaksi pembiayaan, disebut dengan istilah biaya administrasi.
Tidak mengunakan persentase, dalam hal pembebanan kewajiban membayar dalam semua kontrak dalam bank Islam selalu dihindarkan
penggunaan persentase. Sebab penggunaan persentase mempunyai potensi yang besar untuk melipat gandakan secara otomatis beban biaya dan pokok pinjaman
yang karena sesuatu hal terlambat dibayar.
Universitas Sumatera Utara
Tidak ada keuntungan yang pasti, pada dasarnya yang dilarang dalam kegiatan syariah adalah mencantumkan keuntungan yang pasti, yang ditetapkan
pada waktu pengikatan kontrak pembiayaan. Sedangkan yang diperkenankan dalam sistem muamalah islami adalah kontrak yang di lakukan baik dalam bentuk
pembiayaan al-mudharabah maupun al-musyarakah yang pada hakikatnya merupakan sistem yang didasarkan pada penyertaan dengan sistem bagi hasil.
Yang mana pembiyaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank Islam dan nasabah di mana bank Islam menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. Sedangkan pembiyaan musyarakah adalah
penyertaan bank Islam sebagai pemilik modal dalam usaha yang mana antara resiko dan keuntungan ditanggung bersama secara berimbang dengan porsi
penyertaan. Dalam simpanan digunakan prinsip al-wadi’ah, yaitu kegiatan
penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan oleh penabung dianggap sebagai titipan. Jual beli uang yag sama dilarang, pada dasarnya
kegiatan transaksi yang dilarang dalam operasionalisasi bank Islam adalah seolah- olah melakukan jual beli atau sewa menyewa uang dari bentuk mata uang yang
sama dengan memperoleh keuntungan darinya. Jual beli yang dilarang ini seperti jual beli rupiah dengan rupiah.
Jaminan kebendaan terhadap utang, bank Islam pada dasarnya tidak mengutamakan jaminan kebendaan dari peminjam, sebab barang yang dijamin
Universitas Sumatera Utara
pembelianya oleh bank masih menjadi milik bank sepenuhnya selama utang peminjam belum lunas.
Pendapatan non halal, sebagaimana kehidupan masyarakat di Indonesia yang cukup heterogen ini, bank islam tidak dapat lepas dari kondisi tersebut. Bisa
jadi bank Islam tidak dapat mengindarkan diri sama sekali dengan transaksi bunga yang telah mengakar sekian tahun lamanya. Oleh karena itu pendapatan non halal
ini diperuntukkan bagi muslim yang terkena musibah atau yang bersifat sosial. Bank Islam sebagai bank yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
syariah menurut ketentuan al-Quran dan Hadist, memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank-bank yang ada bank konvensional. Adapun Ciri-ciri bank syariah
Sudarsono, 2004:41 adalah sebagai berikut: 1.
Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnya tidak kaku tidak rigit dan
dapat dilakukan dengan kebebasan untuk tawar menawar dalam batas wajar. Beban biaya tersebut hanya dikenakan sampai batas waktu sesuai dengan
kesepakatan dalam kontrak. 2.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang
meskipun batas waktu perjanjian telah berakhir. Sistem persentase memungkinkan beban bunga semakin tinggi, yang apabila nasabah terlambat
membayar beban bunga menjadi berlipat ganda. Lebih-lebih apabila nasabah tidak mampu mengendalikan pinjaman itu karena sesuatu hal, secara terus-
Universitas Sumatera Utara
menerus nasabah terbebani bunga yang pada akhirnya bisa terjadi jumlah bunga jauh lebih besar dari pada jumlah pokok pinjaman.
3. Di dalam kontarak-kontrak pembiayaan proyek, bank islam tidak menerapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti fixed return yang ditetapkan dimuka, karena pada hakikatnya yang mengetahui tentang ruginya
suatu proyek yang dibiayai bank hanyalah allah semata, manusia sama sekali tidak mampu meramalnya.
4. Pengerahan dana masyarakat dalam bentuk deposito tabungan, oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan al-wadiah sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai penyertaan dana pada
proyek-proyek yang dibiayai bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah islam sehingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti
fixed return. 5.
Bank islam ini menerapakan jual-beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang sama, misalnya rupiah dengan rupiah atau dolar dengan dolar,
yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang yang sama tidak dapat dipakai barang komoditi. Oleh karena itu dalam
memberikan pinjaman pada umumnya Bank islam tidak memberikan pinjaman dalam bentuk uang tunai, tetapi dalam bentuk pembiayaan
pengadaan barang . 6.
Adanya pos pendapatan berupa “Rekening Pendapatan Non Halal” sebagai hasil dari transaksi dengan bank konvensional yang tentunya menerapkan
sistem bunga. Pos ini biasanya dipergunakan untuk menyantuni masyarakat
Universitas Sumatera Utara
miskin yang terkena musibah dan untuk kepentingan kaum muslimin yang bersifat sosial.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Bank Syariah