Kemampuan Menjadi Media dalam Penyelesaian Konflik

c. Ketegasan Sikap dan Komitmen dalam Pengambilan Keputusan

Hasil penelitian tentang ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan masih lemah, karena 70.0 kepala ruangan tidak baik dalam membuat aturan yang tegas tentang sanksi bagi perawat pelaksana yang melakukan kesalahan tindakan dalam pelayanan asuhan keperawatan, sedangkan aspek yang positif dalam sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan adalah 14 dinyatakan responden kepala bersikap tegas kepada setiap perawat supaya mematuhi peraturan dalam bekarja. Sesuai dengan pendapat Thoha 2006 yang menyatakan bahwa ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan sebagai prilaku kepemimpinan relevan dengan fungsi kepemimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Pemimpin yang membuat keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.

d. Kemampuan Menjadi Media dalam Penyelesaian Konflik

Hasil penelitian tentang menjadi media dalam penyelesaian konflik masih kurang dan menempati peringkat teratas dari kurangnya kinerja kepemimpinan kepala ruangan karena 70.0 kepala ruangan tidak baik dalam membantu perawat yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan asuhan keperawatan, sedangkan aspek yang positif dalam sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan adalah 10 89 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA dinyatakan responden kepala bersikap memperlakukan seluruh perawat pelaksana secara sama tidak membeda-bedakan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai mediator yang handal khususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik Thoha, 2006. Sesuai dengan pengertian konflik menurut Deutsch 1969 adalah suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perlaku seseorang yang terancam. Dalam Model Praktek Keperawatan Profesional MPKP disebutkan bahwa konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Dalam rumah sakit terdiri dari sekumpulan orang dengan latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi. Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin. Cara mengatasi konflik ada beberapa macam, meliputi: bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi, dengan uraian sebagai berikut Yulia, 2006: a. Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lain lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini. 90 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA b. Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama. Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan. Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solusion. c. Menghindar adalah cara penyelesaian konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut seakan-akan tidak ada konflik atau masalah. Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adala penyelesaian semu. d. Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflik dengan cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflik mengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solusion. Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan telalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang. e. Kompromi dalah cara penyelesain konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan 91 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solusion dimana masing- masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis. Upaya mengatasi konflik yang diterapkan di MPKP adalah upaya yang win- win solusion suatu upaya berkolaborasi. Untuk itu pembudayaankolaborasi antar staf menjadi prioritas utama dalam menyelenggarakan pengelolaan ruangan MPKP. Pendekatan penyelesaian konflik yang ditempuh adalah dengan pendekatan penyelesaian masalah problem solving yang meliputi: a mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan melakukan klarifikasi pada pihak yang berkonflik, b mengidentifikasi penyebab timbulnya konflik, c mengidentifikasi alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan, d memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan, e menerapkan solusi pilihan dan f mengevaluasi peredaan konflik. Bila pendekatan internal yang telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi belum berhasil maka kepala ruangan dapat berkonsultasi dengan kepala seksi perawatan atau konsultasi.

e. Keterampilan dalam Komunikasi dan Advokasi