Motivasi Ekstrinsik Indikator Prosedur kerja Kerja

yang penting bagi perawat dalam melaksanakan tindakannya, maka menyadari bahwa adanya hubungan kerja yang kurang harmonis antar sesama pegawai maupun atasan dan pihak manajemen rumah sakit merupakan salah satu penyebab rendahnya motivasi perawat. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthans 2003, untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh suasana atau hubungan kerja yang harmonis antara sesama pegawai maupun atasan dan bawahan. Robbins 2006, menyatakan hubungan antara atasan dan bawahan serta hubungan antar sesama pegawai merupakan salah satu unsur yang sangat penting. Pemahaman mengenai hubungan tergantung beberapa aspek individu yang mampu bekerja sama dan mempengaruhi kinerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efktif dan efesien. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siboro 2011 yang mengungkapkan bahwa secara eksterinsik, hubungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan di RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun.

d. Motivasi Ekstrinsik Indikator Prosedur kerja Kerja

Hasil penelitian tentang motivasi ekstrinsik prosedur kerja, diketahui bahwa sebagian besar menyatakan jarang. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur kerja di rumah sakit tidak menentukan dan tidak ada aturan yang jelas tentang implementasi asuhan keperawatan kepada pasien, sehingga kurang termotivasi bekerja dengan baik. 103 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat bahwa aturan tentang pemberian asuhan keperawatan sampai dengan pendokumentasian belum ada yang baku dan kurang ketegasan dan kepedulian manajemen rumah sakit, sehingga perawat menganggap bahwa hal tersebut hanya sebatas himbauan tapi bukan keharusan. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg dalam Luthan 2003, keadilan dan kebijaksanaan dalam menghadapi pekerja, serta pemberian evaluasi dan informasi secara tepat kepada pekerja juga merupakan pengaruh terhadap motivasi pekerja. Demikian juga dengan pendapat Siboro 2001, mengungkapkan bahwa kebijaksanaan merupakan batas bagi keputusan, menentukan apa yang dapat dibuat dan menutup apa yang tidak dapat dibuat. Dengan cara ini, kebijakan menyalurkan pemikiran pada anggota. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Siboro 2011 yang mengungkapkan bahwa secara eksterinsik, prosedur kerja berpengaruh terhadap kinerja perawa dalam memberikan asuhan keperawatan di RSU Perdagangan Kabupaten Simalungun. 104 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang penulisan, tujuan dan hipotesis penelitian maka sebagai kesimpulan peneliti sebagai berikut: 1. Kepemimpinan kepala ruangan di RS Bhayangkara Medan meliputi: kepiawaan menggunakan posisi, kemampuan memecahkan masalah secara efektif, ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, kemampuan menjadi media penyelesaian konflik kinerja dan keterampilan dalam komunikasi dan advokasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. 2. Motivasi perawat di RS Bhayangkara dalam pelaksanaan asuhan keperawatan meliputi: a motivasi intrinsik yaitu: tanggungjawab, prestasi yang diraih, pengakuan hasil kerja, kemungkinan pengembangan, serta b motivasi ekstrinsik yaitu: gaji, kondisi kerja, hubungan kerja, prosedur kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. 3. Kepemimpinan dan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perawat di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. 106 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA