Jika  F
hitung
lebih  besar  dari  F
tabel
,  maka  H ditolak.  Artinya  variabel  bebas  tidak
mempunyai  pengaruh  secara  keseluruhan  terhadap  varibel  terikat,  demikian sebaliknya.
2.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Sebelum  melakukan  analisis  data  maka  data  diuji  sesuai  asumsi  klasik  untuk mendapatkan model regresi yang baik. Model regresi tersebut harus terbebas dari
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. a.  Uji Multikolinearitas
Uji  multikolinearitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  terdapat  hubungan  linear diantara  beberapa  atau  semua  variabel  yang  menjelaskan  dari  model  regresi.
Tanda yang paling jelas dari multikolinearitas adalah ketika R
2
sangat tinggi tetapi tidak  satu  pun  koefisien  regresi  penting  signifikan  secara  statistik  atas  dasar
pengujian t
yang konvensional
Damodar Gujarati
1995. Adanya
multikolinearitas  di  dalam  model  regresi  mengakibatkan  model  regresi  yang diperoleh tidak valid karena taksiran koefisien yang didapat akan mempunyai nilai
yang tidak sesuai dengan substansi sehingga dapat menyesatkan interpretasi.
Pengujian  multikolinearitas  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dengan  cara melihat  Correlation  Matrix  antara  variabel  bebasnya.  Data  dikatakan
teridentifikasi  multikolinearitas  apabila  koefisien  korelasi  antar  variabel  bebas lebih dari atau sama dengan 0,8 Gujarati, 2003.
b.  Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara anggota
serangkaian  observasi  yang  diurutkan  menurut  waktu  seperti  data  time  series atau  ruang  seperti  data  cross-section.  Jika  terjadi  korelasi  dinamakan  ada
masalah  autokorelasi.  Adanya  autokorelasi  diakibatkan  oleh  observasi  yang berurutan  sepanjang  waktu  berkaitan  satu  sama  lain  tidak  bebas  dari  satu
observasi  ke  observasi  lainnya  Damodar  Gujarati  1995.  Dampak  yang  timbul
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
akibat  adanya  autokorelasi,  taksiran  yang  diperoleh  dengan  menggunakan  OLS tidak  baik  dan  interval  kepercayaan  menjadi  lebar  dan  uji  signifikansi  kurang
kuat. Akibatnya uji t dan uji F tidak dapat dilakukan atau hasilnya tidak akan baik.
Dalam  penelitian  ini  digunakan  uji  Durbin-Watson  Uji  DW,  yaitu dengan melihat nilai Durbin Watson pada regresi utama dengan ketentuan sebagai
berikut Algifari, 1997:
Tabel 2.1 Kriteria uji Durbin-Watson
c.  Uji Heteroskedastisitas Uji  heteroskedastisitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model  regresi
terjadi  ketidaksamaan  varians  dari  gangguan  satu  pengamatan  ke  pengamatan yang lain. Satu asumsi penting dari model regresi linear adalah bahwa gangguan
yang  muncul  dalam  fungsi  regresi  populasi  adalah  homoskedastik,  yaitu  semua gangguan  mempunyai  varians  yang  sama  Damodar  Gujarati  1995.  Dampak
adanya  heteroskedastisitas  didalam  model  adalah  besarnya  variansi  dari  taksiran yang akan berpengaruh pada uji hipotesis yang dilakukan uji t dan uji F karena
kedua  uji  tersebut  menggunakan  besaran  variansi  taksiran.  Akibatnya,  kedua  uji hipotesi  tersebut  menjadi  kurang  akurat  sehingga  kesimpulan  yang  diambil  dari
persamaan regresi yang dibuat dapat menyesatkan.
Dalam  penelitian  ini  digunakan  Uji  Park  untuk  mendeteksi  gejala heteroskedastisitas yang terjadi dalam model persamaan regresi. Metode uji Park
Nilai Durbin Watson Keterangan
1 2
1,10 Ada autokorelasi
1,10 – 1,54
Tanpa kesimpulan 1,55
– 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,47 – 2,90
Tanpa kesimpulan 2,90
Ada autokorelasi
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
yaitu meregresikan nilai residual Loge
i 2
dengan masing-masing variabel bebas, dengan hipotesis sebagai berikut:
H : ada gejala heteroskedastisitas
H
1
: tidak ada gejala heteroskedastisitas H
diterima  bila  t
hitung
t
tabel
atau –t
hitung
–t
tabel
.  Artinya,  terdapat heteroskedastisitas  di  dalam  model.  H
diterima  bila –t
tabel
t
hitung
t
tabel
yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas di dalam model.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sumber Data