Integrasi, Inovasi, dan Kewirausahaan dalam Industri Pertanian
Rencana Strategis IPB Tahun 2014-2018
Bab II: ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
2-6
hayati apabila dikelola dengan baik akan mampu memenuhi kebutuhan pokok secara mandiri bagi
masyarakatnya baik berupa pangan, pakan, papan dan sandang maupun energi. Selama ini bangsa
Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan negara bahari maritim, namun pada kenyataan-
nya hanyalah sebuah negara agrarisbahari semu karena masih belum mampu memenuhi kebutuhan
pokoknya secara mandiri. Hal ini disebabkan karena terbatasnya ketersediaan lahan untuk
produksi,
dampak perubahan iklim yang
mengancam produktivitas dan keberadaan keanekaragaman hayati, penurunan kualitas dan
terbatasnya infrastruktur pertanian, serta terjadinya degradasi kualitas lahan dan lingkungan. Negara-
negara agraris di dunia umumnya memiliki ketersediaan lahan per kapita di atas 1.000 m
2
, sementara Indonesia hanya memiliki 354 m
2
per kapita di bawah Vietnam 960 m
2
, India 1.591 m
2
dan Thailand 5.226 m
2
, bahkan Australia mencapai 26.264 m
2
. Di lain pihak, memasuki era perdagangan bebas mempunyai konsekuensi
berupa kaburnya batas-batas geografis dan administratif antar wilayah negara dalam
perdagangan yang berdampak pada semakin terkikisnya kebijakan dalam proteksi seiring
dengan lebih terbukanya pasar bebas. Dalam kondisi demikian, menciptakan kemandirian
pangan pokok hanya dapat dicapai dengan memantapkan ketahanan pangan
melalui peningkatan dayasaing produk pertanian. Salah
satu aspek yang sangat menentukan dayasaing hasil pertanian adalah peningkatan produktivitas
ketersediaan bibit unggul, penerapan teknologi budidaya dan pengendalian lingkungan biosistem
melalui penerapan Good Agricultural Practices GAP, efisiensi produksi, pengolahan, rantai
pasok melalui penerapan Good Handling Practices GHP, Good Manufacturing Practices
GMP dan Good Distribution Practices GDP, serta penciptaan nilai tambah added value
melalui industrialisasi hasil pertanian dengan penerapan teknologi proses dan diversifikasi
produk pertanian dan pangan.
Upaya mencapai kemandirian pangan perlu di- dukung oleh pembangunan pertanian, pengem-
bangan industri pertanian dan pengolahan pangan melalui penyediaan infrastruktur pertanian yang
memadai jaringan irigasi, drainase, jalan pertanian atau farmroad dan penerapan teknologi yang
mencakup i pengembangan alat dan mesin baik on-farm maupun off-farm, ii pengendalian lingku-
ngan produksi melalui pengembangan green house dan hidroponik, iii pemanfaatan sumber energi
terbarukan, dan iv pengembangan sistem dan manajemen informasi yang handal. Pembangunan
sector pertanian tidak dapat dipisahkan dari penggunaan teknologi. Dalam hal ini, pertanian
Rencana Strategis IPB Tahun 2014-2018
Bab II: ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
2-7
Indonesia masih sangat tergantung pada teknologi impor, meskipun disadari tidak selalu tepat untuk
diterapkan pada pertanian tropika. Hasil-hasil riset dari berbagai bidang keahlian multi disiplin ilmu
perlu diintegrasikan dalam suatu wadah untuk menginkubasi teknologi sehingga menghasilkan
suatu paket teknologi yang “proven” dan siap untuk didiseminasikan kepada masyarakat untuk
kepentingan pembangunan.
Pada era informasi, pembangunan pertanian perlu terus ditingkatkan agar mampu melanjutkan proses
industrialisasi, serta makin terkait dan terpadu dengan usaha sektor industri dan jasa, menuju
terbentuknya jaringan kegiatan usaha agroindustri dalam sistem agribisnis yang produktif. Di samping
itu, modernisasi sistem produksi juga perlu dikem- bangkan sebagai upaya mengisi dan memperluas
pasar melalui pertanian yang maju dan efisien, sehingga makin mampu meningkatkan dan
menganekaragamkan hasil serta menunjang pembangunan daerah dan pedesaan yang
berkelanjutan. Pertanian sejatinya merupakan sistem biologi yang merupakan bidang kajian yang
kompleks complexity serta adanya ketidakpastian uncertainty yang menuntut pendekatan terpadu
dan komprehensif dari berbagai disiplin ilmu holistic approach, dalam rangkaian aktivitas rantai
agribisnis mulai dari hulu ke hilir, dengan kekuatan ilmu dan teknologi yang menopang kegiatan
pertanian science-based agriculture mulai dari prapanen, panen, pascapanen, distribusi, pema-
saran, konsumsi, kelembagaan dan permodalan usaha. Oleh karena itu inovasi teknologi dan
kelembagaan sangat relevan dan memiliki peran besar sebagai penggerak prima prime mover
pengarusutamaan pertanian di Indonesia, khusus- nya dalam mencapai tujuan prima ultimate goal
aktivitas konversi sumberdaya alam secara optimal untuk kesejahteraan manusia. Penelitian dan
kerjasama profesional IPB diarahkan untuk mendu- kung modernisasi sistem pertanian yang mampu
menjamin pemanfaatan sumber daya dan hasil pertanian secara optimal dan berkelanjutan,
dengan memberikan nilai tambah yang tinggi mela- lui pengkajian, pengembangan, penerapan dan
penguasaan teknologi berbasis system biology.