Bangkitan Lalu Lintas Tinjauan Pustaka

d Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah Jumlah sekitar 50 dari total penduduk kota dan menjaid kelompok mayoritas di kota. Golongan ini biasanya muncul dengan menggunakan fasilitas KPR dari pemerintah atau membangun rumah sendiri. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil dari masyarakat kelompok ini yang menggunakan KPR dalam mewujudkan hunian mengingat rendahnya kemampuan untuk membayar. Kondisi perumahan dan permukiman penduduk berpenghsilan rendah sudah mulai identik dengan ciri- ciri permukiman kumuh dan liar slum and squatter, namun belum mencapai level tingkat kualitas hunian rendah. e Perumahan masyarakat berpenghasilan sangat rendah Jumlahnya meliputi 20 dari jumlah total penduduk perkotaan. Merupakan kawasan hunian dengan kualitas sangat rendah, menampakkan fenomena slum and squatter yang sangat tegas, dan sering kali ditemui di kawasan kota seperti di bantaran sungai, bantaran rel kereta api, dan daerah-daerah pinggiran lainnya. Status lahan yang tidka jelas serta fisik bangunan dan lingkungan kumuh merupakan prospek suram yang dapat ditnagkap setiap kali kita membahas hal ini. Secara sosial ekonomi, kelompok ini sangat memerlukan suntikan finansial bagi dari pemerintah maupun swasta mengingat pada kenyataannya golongan inilah yang seringkali diabaikan. Kurangnya pemahaman mereka tentang pengelolaan bangunan dan lingkungan mempunyai kontribusi sangat besar dalam menjadikan permukiman mereka menjadi kumuh dan liar. 4 Masalah pembangunan perumahan di perkotaan Perkembangan perumahan di kota didasari oleh permintaan perumahan akibat pertumbuhan penduduk perkotaan. Menghadapi masalah perumahan tersebut, maka perlu pemikiran berikut perencanaan yang matnag serta kerjasama yang dewasa di antara perencana kota, masayrakat dna pemilik modal secara terpadu. Pengembangan perumahan di perkotaan umumnya dilakukan oleh perumnas dan real estate. Perumahan ini biasanya dibangun di daerah pinggiran disebabkan keterbatasan lahan dan mahalnya harga lahan di pusat kota.

2.1.7 Bangkitan Lalu Lintas

Penelaahan bangkitan perjalanan merupakan hal penting dalam proses perencanaan transportasi, karena dengan mengetahui bangkitan perjalanan, maka jumlah perjalanan tiap zona pada masa yang akan datang dapat diperkirakan. 1 Definisi bangkitan lalu-lintas Bangkitan lalu-lintas adalah banyaknya lalu-lintas yang ditimbulkan oleh suatu zone atau daerah per satuan waktu. Jumlah lalu-lintas bergantung pada kegiatan kota, karena penyebab lalu-lintas adalah adanya kebutuhan manusia untuk melakukan kegiatan berhubungan dan mengangkut barang kebutuhannya Warpani, 1990: 107. Bangkitan pergerakan diasumsikan bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan sebagai fungsi dari beberapa atribut sosio-ekonomi yang berbasis zona x 1 , x 2 , ... xn, P = f x 1 , x 2 , ... xn ........................................................................................... 2.1 A = f x 1 , x 2 , ... xn ...........................................................................................2.2 dimana : P = Bangkitan A = Tarikan X 1 , X 2 . . . X n = Peubah tata guna lahan Metode analisis regresi linear digunakan untuk menghasilkan bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana dua regresi sederhana atau lebih regresi berganda peubah saling terkait. Bangkitan pergerakan merupakan peubah tidak bebas sumbu Y yang menunjukkan hubungan linear positif antara bangkitan pergerakan dengan kepemilihan kendaraan dengan hubungan y = a + bx, dengan a adalah intersep dan b adalah kemiringan. Analisis regresi terdapat empat tahap uji statistik yang harus dilakukan agar hasil analisisnya absah. Uji statistik tersebut adalah : uji kecakapan data, uji korelasi, uji linearitas dan uji kesesuaian. Setiap bepergian pasti mempunyai asal, yaitu zona yang menghasilkan pelakunya, dan tujuan, yaitu zone yang menghasilkan pelau bepergian itu. Secara sederhana dapat dianggap bahwa bepergian pada umumnya diawali dari tempat tinggal dan diakhiri di tempat tujuan. Jadi ada dua pembangkit lalu lintas, yaitu tempat sebagai produsen bepergian, dan bukan tempat tinggal sebagai konsumen. Tentu saja ada kebalikan bepergian, selain itu, bepergian dari adal ke tujuan selalu mempunyai lintasan. Istilah produksi lalu-lintas untuk menyatakan bangkitan lalu-lintas zona perumahan, dan tarikan lalu-lintas untuk zona bukan perumahan. Sekarang jelaslah kaitan antara penyebab lalu-lintas dan tata guna lahan di sini berupa zona perumahan dan bukan perumahan. Banyaknya lalu-lintas dan bepergian antar zona selalu bertambah karena prasarana hubungan pun terus meningkat, misalnya pembuatan jalan baru dan penataan jalan lama, atau meningkatnya sarana hubungan seperti penambahan jumlah kendaraan. Pada hakikatnya, usaha meningkatkan sarana dan prasarana adalah jawaban atas kebutuhan perhubungan antar zona. DI samping itu, sering pula timbul satu zone lain memperoleh manfaat daripadanya. Tambahan jumlah lalu-lintas ini terdiri dari tiga bagian, yaitu: a tambahan wajar lalu-lintas , yaitu tambahan akibat bertambahnya penduduk dan kendaraan; b lalu- lintas bangkitan , yaitu tambahan akibat berkembangnya kepentingan sebagai akibat bertambahnya kesempatan melakukan perjalanan dan c perkembangan lalu-lintas yaitu tambahan akibat adanya jalan baru Warpani, 1990. Gambar berikut menunjukkan bagaimana lalu-lintas bertambah pada jalan yang ditata. Jumlah seluruh lalu-lintas tersusun dari tiap komponennya, yakni lalu-lintas yang telah ada, tambahan wajar, bangkitan, dan perkembangan. Gambar

2.1 Perkembangan lalu lintas pada jalan baru atau jalan yang ditata