terdapat lebih dari satu moda, biasanya memilih rute terpendek, tercepat, termurah, atau kombinasi dan ketiganya. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan moda adalah
kenyamanan dan keselamatan dalam perjalanan.
5 Pemilihan rute
Semua yang telah diterapkan dalam pemilihan moda juga dapat digunakan untuk pemilihan rute. Untuk angkutan umum, rute ditentukan berdasarkan jenis moda
transportasi bus dan kereta api mempunyai rute yang tetap. Dalam kasus ini pemilihan moda dan rute ditentukan bersama-sama. Untuk kendaraan pribadi, diasumsikan orang
akan memilih muda transportasinya dulu baru kemudian memilih rutenya. Seperti pemilihan moda, pemilihan rute tergantung pada alternatif terpendek, tercepat,
dan termurah. Diasumsikam bahwa pemakai jalan mempunya informasi yang cukup misalnya tentang kemacetan lalulintas, sehingga mereka dapat menentukan rute yang
terbaik. Pemilihan rute dilakukan agar beban jalan dapat seimbang, sehingga kapasitas jalan akan terpakai secara optimal, yang pada akhirnya akan memberikan kenyamanan
dan keamanan kepada pengguna jalan itu sendiri.
6 Arus lalulintas pada jaringan arus lalu lintas dinamis
Arus lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi, sehingga mempengaruhi kinerja suatu jalan. Dalam hal ini jumlah arus lalulintas berpengaruh
pada waktu tempuh.
2.1.5. Perencanaan Kota Dan Perencanaan Transportasi
Menurut Warpani 1981 dalam rangka perencanaan, khususnya perencanaan kota, perencanaan transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan kota
bertujuan untuk mempersiapkan kota dalam menghadapi perkembangan dan mencegah timbulnya persoalan-persoalan kota agar dapat menjadi suatu tempat kehidupan yang layak
dan nyaman. Perencanaan transportasi mempunyai sasaran untuk mengembangkan sistem transportasi yang memungkinkan orang atau barang bergerak dengan aman, murah, cepat,
dan nyaman. Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan pola transportasi, akan
mengakibatkan pola lalulintas yang tidak teratur dikemudian hari. Apabila perkembangan kota dibiarkan saja, kota akan berkembang menurut arahnya masing-masing tidak teratur.
Banyak kota yang terlambat direncanakan dan berkembang sedemikian rupa pesatnya, sehingga melahirkan persoalan baru, baik secara fisik maupun sosial.
2.1.6 Tinjauan terhadap kawasan 1
Pengertian kawasan pinggiran
Ciri khas daerah pinggiran yang paling mudha dilihat adalah semakin jauh jaraknya dengan pusat kota, maka kepadatan perumahan dan penghuninya makin rendah. Ciri
lain adalah terdapatnya segregasi penduduk berdasarkan kelas sosial, kelompok etnis atau berdasarkan penghasilan. Segregasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor
topografi, paksaan berat ringannya biaya, maupun kebijakan dari penguasa. Kondisi lingkungannya hampir sama dengan suasana pedesaan namun perilaku dan budaya
masyarakatnya lebih bersifat kekotaan juga merupakan salah satu dari daerah pinggiran kota Daldjoeni, N, 1992.
2 Proses perkembangan kawasan pinggiran
Berkaitan dengan perkembangan kota, kota-kota di dunia mengalami perkembangan ke daerah pinggiran kota atau disebut dengan suburbiasuburbanisasi.
Proses suburbanisasi ini pada umumnya diawali dengan 2 ciri utama, yaitu: a Pertama, semakin meluasnya kawasan terbangun kota sehingga membentuk pola
tata ruang wilayah pada daerah pinggiran. Pola ini terbentuk sebagai tingginya tingkat biaya di pusat kota, sehingga kegiatan perkotaan akan bergeser ke arah
pinggiran. b Kedua, belum mapannya perkembangan kegiatan perkotaan pada daerah pinggiran
menyebabkan ketergantungan dari daerah pinggiran terhadap daerah pusat, ciri inilah yang mengakibatkan bertambah panjangnya perjalanan penduduk kota.
Selain itu, Daldjoeni N, 1992 mengemukakan lima alasan mengenai proses sub- urbanisasi yang terjadi atau dapat kita sebut sebagai proses pertumbuhan daerah
pinggiran kota, yaitu : a
Peningkatan pelayanan transportasi kota. Tersedianya tren, bus kota, dan kereta api memudahkan orang untuk bertempat tinggal jauh dari tempat kerjanya.
b Pertumbuhan penduduk serta padatnya daerah pinggiran yang disebabkan oleh
perpindahan penduduk dari pusat kota dan masuknya penduduk baru yang berasal dari pedesaan.
c Meningkatnya taraf hidup masyarakat, bertambah makmurnya masyarakat,
memungkinkan orang mendapatkan perumahan yang lebih baik d
Gerakan pendirian rumah oleh masyarakat, pemerintah membantu kredit bagi masyarakat yang mendirikan rumah lewat bank.
e Dorongan atau hakekat manusia sendiri yang menginginkan suatu rumah yang
menjamin keterangan pribadi sehingga memilih daerah pinggiran yang jauh dari keramaian.
3 Definisi perumahan
Dalam Undnag-undnag No. 14 tahun 1992 tentang perumahan dan permukiman, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan rumah adalah bangunan yang berfungsi
sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah sekelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dengan sarana dan prasarana lingkungan. Sedangkan pengertian permukiman adalah bagian permukaan bumi yang dihuni oleh manusia
meliputi segala sarana dan prasarana penunjang kehidupan penduduk, menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan Sari, D.N., 2003.
Pada umumnya, perumahan dan permukiman di Indonesia mempunyai karakteristik yang sama yaitu kepadatan tinggi, karakteristik sosial budaya dan sosial ekonomi yang
beragam, secara fisik cenderung tidak teratur. Berikut akan diuraikan karakteristik lokasi perumahan dan permukiman yang didasarkan kondisi sosial ekonominya
Daldjoeni, N., 1992:
a Perumahan masyarakat yang berpenghasilan sangat tinggi
Secara umum perumahan kondisi ini memiliki sifat mewah dan eksklusif serta kebanyakan sudah terencana dengan baik. Jumlah perumahan pada tingkatan ini
meliputi 2 dari keseluruhan penduduk di perkotaan. Golongan masyarakat ini mampu mengatasi kebutuhan sarana dan prasarananya sendiri. Hal ini dapat dilihat
dari maraknya perkembangan kawasan hunian mewah seperti real estate, apartemen, villa, dan sebagainya.
b Perumahan masyarakat berpenghasilan tinggi
Dengan jumlah sekitar 8 dari keseluruhan penduduk perkotaan, perumahan dalam tingkatan ini merupakan rancangan permukiman yang eksklusif dnegan
bentuk real estate. Ketersediaan lahan yang siap bangun, kemudahan dalam pembangunan fisik, penyediaan sarana dan prasarana yang terpadu, serta didukung
oleh kemampuan finansial yang memadai adalah ciri dari perumahan ini.
c Perumahan masyarakat berpenghasilan menengah
Jumlahnya sekitar 20 dari keseluruhan jumlah penduduk perkotaan. Ada berbagai cara untuk mendapatkan rumah dalam kelompok ini, yaitu dengan
membangun sendiri atau lewat real estate dengan memanfaatkan fasilitas Kredit Perumahan Rakyat KPR dari pemerintah dalam menopang kebutuhan
finansialnya.
d Perumahan masyarakat berpenghasilan rendah
Jumlah sekitar 50 dari total penduduk kota dan menjaid kelompok mayoritas di kota. Golongan ini biasanya muncul dengan menggunakan fasilitas KPR dari
pemerintah atau membangun rumah sendiri. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil dari masyarakat kelompok ini yang menggunakan KPR dalam mewujudkan
hunian mengingat rendahnya kemampuan untuk membayar. Kondisi perumahan dan permukiman penduduk berpenghsilan rendah sudah mulai identik dengan ciri-
ciri permukiman kumuh dan liar slum and squatter, namun belum mencapai level tingkat kualitas hunian rendah.
e Perumahan masyarakat berpenghasilan sangat rendah
Jumlahnya meliputi 20 dari jumlah total penduduk perkotaan. Merupakan kawasan hunian dengan kualitas sangat rendah, menampakkan fenomena slum and
squatter yang sangat tegas, dan sering kali ditemui di kawasan kota seperti di bantaran sungai, bantaran rel kereta api, dan daerah-daerah pinggiran lainnya.
Status lahan yang tidka jelas serta fisik bangunan dan lingkungan kumuh merupakan prospek suram yang dapat ditnagkap setiap kali kita membahas hal ini.
Secara sosial ekonomi, kelompok ini sangat memerlukan suntikan finansial bagi dari pemerintah maupun swasta mengingat pada kenyataannya golongan inilah
yang seringkali diabaikan. Kurangnya pemahaman mereka tentang pengelolaan bangunan dan lingkungan mempunyai kontribusi sangat besar dalam menjadikan
permukiman mereka menjadi kumuh dan liar.
4 Masalah pembangunan perumahan di perkotaan
Perkembangan perumahan di kota didasari oleh permintaan perumahan akibat pertumbuhan penduduk perkotaan. Menghadapi masalah perumahan tersebut, maka
perlu pemikiran berikut perencanaan yang matnag serta kerjasama yang dewasa di antara perencana kota, masayrakat dna pemilik modal secara terpadu. Pengembangan
perumahan di perkotaan umumnya dilakukan oleh perumnas dan real estate. Perumahan ini biasanya dibangun di daerah pinggiran disebabkan keterbatasan lahan
dan mahalnya harga lahan di pusat kota.
2.1.7 Bangkitan Lalu Lintas