Sistematika Penulisan Pengertian Bank Gagal

tersedia, yang kemudian dijadikan pondasi dasar dan alat utama dalam penelitian tersebut. 5. Analisis data Analisis data adalah suatu tahapan yang sangat penting dalam suatu penelitian sehingga akan mendapatkan hasil yang akan mendekati kebenaran yang ada. Dalam penulisan tesis ini digunakan teknik analisis kualitatif, yaitu data yang terkumpul dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik kesimpulan secara induktif.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 lima bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagi berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan. BAB II PENALANGAN TERHADAP BANK GAGAL Dalam bab ini berisi tentang Pengertian bank gagal, hal-hal yang menyebabkan bank gagal, dan penyelesaian bank gagal. Universitas Sumatera Utara BAB III PENGATURAN PENALANGAN BANK YANG DILAKUKAN OLEH LPS. Bab ini berisi tentang keberadaan LPS dalam Sistem Perbankan Nasional, Tugas dan Wewenang LPS, ketentuan penalangan bank dalam LPS, dan Pelaksanaan Penalangan Bank. BAB IV DAMPAK HUKUM PENALANGAN BANK YANG DILAKUKAN OLEH LPS. Bab ini berisi tentang Dampak Hukum terhadap Sistem Perbankan Nasional, Dampak Hukum terhadap LPS sebagai Pemegang Saham Mayoritas, Dampak Hukum terhadap Nasabah Bank Gagal. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Merupakan bab penutup dari seluruh rangkaian bab-bab sebelumnya, yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian skripsi ini, yang dilengkapi dengan saran-saran. Universitas Sumatera Utara BAB II PENALANGAN SUATU BANK GAGAL

A. Pengertian Bank Gagal

Bank berasal dari bahasa Italy “banca” yang berarti bence yaitu suatubangku tempat duduk.Sebab,pada zaman pertengahan, pihak bankir Italy dalam usahanya memberikan pinjaman kepada nasabahnya; dilakukan dengan duduk di bangku-bangku dihalamanpasar. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata financial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beraneka ragam, misalnya seperti pinjaman, memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, melakukan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-bendasurat-surat berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan. 13 Seperti telah diketahui bahwa, yang dimaksud dengan bank menurut Undang-Undang Perbankan adalah :“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. 14 Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Tujuan lainnya adalah sebagai tempat untuk melakukan investasi. Dengan menyimpan uangnya dibank, 13 Munir Fuady,Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, hlm. 21. 14 Ismail, Manajemen Perbankan, Jakarta: Penerbit Kecana, 2010, hlm.3. 14 Universitas Sumatera Utara nasabah juga akan mendapat keuntungan berupa return atas simpanannya yang besarnya tergantung kebijakan masing-masing bank. Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atas sejumlah dana yang disimpan di bank. 2. Menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank, karena bank akan memperoleh pendapatan atas dana yang disalurkan. Penyaluran dana kepada masyarakat sebagaian besar berupa kredit untuk bank konvensional danatau pembiayaan untuk bank syariah. 3. Pelayanan jasa perbankan yang diberikan oleh bank antara lain Jasa pengiriman uang transfer, pemindah bukuan, penangihan surat-surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank dan pelayanan jasa lainnya. Dalam Pasal 29 ayat 2 UU Perbankan ditentukan: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha Bank, dan wajib melakukan kegiatan sesuai prinsip kehati-hatian”. 15 Untuk menilai apakah bank sehat atau tidak, ada 3 faktor yang harus dinilai, yaitu: 1. Keadaan keuangan bank, yang meliputi likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas; 15 Abdulkadir Muhammad, Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan , Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm.86. Universitas Sumatera Utara 2. Kualitas aktiva produktif, yaitu kekayaan bank berupa penanaman dalam berbagai aktiva yang diharapkan dapat memberi penghasilan pada bank; 3. Tata kerja kepatuhan bank terhadap peraturan-peraturan terutama yang berkaitan dengan bidang perbankan. 16 Dalam Pasal 29 ayat 1 UU Perbankan disebutkan bahwa pembinaan dan pengawasan Bank di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia. Selanjutnya ayat 2 menyatakan bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. 17 Pengertian kesehatan bank adalah Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Banyak kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank untuk memenuhi tingkat kesehatan bank yaitu :Kemampuan menghimpun dana, Kemampuan mengelola dana, Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat, Kemampuan memenuhi kewajiban kepada pihak lain, Pemenuhan peraturan yang berlaku. Ukuran tingkat kesehatan bank di Indonesia adalah mengukur dengan sistem Camel Capital,Asset,Management, Earning, Likuidity plus. Pengertian dari sistem Camel tersebut adalah sistem yang menilai keadaan keuangan bank juga menilai keadaan atau unsur-unsur yang tidak termasuk dalam keadaan 16 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Jakarta: .Mandar Maju,2000, hlm.44. 17 Ibid , hlm 44. Universitas Sumatera Utara keuangan bank faktor plus yaitu kepatuhan terhadap peraturan-peraturan khususnya peraturan di bidang perbankan.Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Capital, yaitu untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul. Modal merupakan benteng pertahanan bagi bank, apabila modal tergerus untuk pembiayaan bank maka akan berdampak masalah terhadap bank tersebut. Asset, untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki bank dan nilai real dari aset tersebut.Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan sumber erosi terbesar bagi modal bank. Managemen t, untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen risiko.Manajemen yang kompeten dan memiliki integritas yang tinggi merupakan ujung tombak atau pameran terdepan dari pertahanan atas risiko bank. Earning , untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar dan akurat.Kelemahan dari segi pendapatan real merupakan indikator terhadap potensi masalah bank. Liquidity , untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban liabilities dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup serta mengurangi exposure yang sensitive terhadap risiko suku bunga.Likuiditas adalah kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam waktu yang singkat.Oleh karena itu, kelemahan dari segi likuiditas merupakan indikator terhadap adanya ancaman bagi bank yang paling cepat dan Universitas Sumatera Utara dapat diketahui.Bila kekurangan likuiditas tersebut disebabkan oleh kesenjangan pendanaan jangka pendek dan sementara, tidak terlalu berbahaya, sebab dapat diimbangi dengan pinjaman di pasar uang atau bank sentral.Namun, jika kesulitan tersebut bersumber dari faktor yang fundamental, seperti rendahnya kualitas aset, rendahnya sumber pendapatan, atau berakar pada insolvensi, persoalannya menjadi sangat serius. 18 Penjabaran lebih lanjut perihal kesehatan bank ini, dapat dilihat dalam SK Direksi BI No: 3011KepDir, tanggal 30 April 1997, Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Dalam Pasal 2 ayat 1 dikemukakan: “Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif atau berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pasal 2 ayat 2: “Pendekatan kualitatif pada ayat 1 dilakukan dengan penilaian terhadap permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. 19 Selanjutnya dalam Pasal 3 dikemukan: “Pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 pada tahap pertama dilakukan dengan mengkuantifikasi komponen dari masing-masing faktor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2, 3. Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit 0- 100 Pasal 4 ayat 2. Dalam Pasal 5 ayat 2 dikemukakan, bahwa tingkat 18 Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2004 hlm. 34-35. 19 Ibid hlm. 45. Universitas Sumatera Utara kesehatan bank ditetapkan dalam empat prediksi, yaitu: sehat;cukup sehat;kurang sehat; tidak sehat. 20 Bank Indonesia dalam rangka pembinaan bank sehat sebagai badan usaha yang wajib dipenuhi oleh bank adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan masyarakat pada Bank, mengingat Bank sebagai pemegang amanat menyimpan dana dan menjalankan usaha terutama dengan dana masyarakat. 2. Prinsip kehati-hatian, terutama dalam pengambilan keputusan pengelolaan usaha Bank secara rasional sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku, karena erat hubungannya dengan risiko, misalnya penyaluran kredit kepada masyarakat, menetapkan suku bunga yang wajar, mengingat Bank menjalankan usaha terutama menggunakan dana masyarakat. 3. Kesehatan Bank, ini merupakan landasan mencapai tujuan, masyarakat hanya akan percaya menyimpan dana pada bank jika bank itu sehat menurut kriteria yang ditetapkan undang-undang, pengambilan keputusan selalu berpegang pada prinsip kehati-hatian dan masyarakat harus mengetahui secara transparan tingkat kesehatan bank. Tujuan tersebut dimaksudkan: a. Bagi nasabah penyimpan: menyimpan dana dengan aman serta memperoleh keuntungan berupa bunga. b. Bagi Bank: kesehatan Bank, kelancaran usaha dan keuntungan dari bunga kredit. 20 Ibid hlm. 45. Universitas Sumatera Utara c. Bagi pengusaha debitur: perkembangan usaha yang menguntungkan dan kesejahteraan masyarakat. d. Bagi Negara: keuntungan Negara berupa pajak. 4. Penyediaan informasi mengenai risiko kerugian, mengingat Bank sebagai lembaga intermediasi dana masyarakat yang dipercaya, dan menjalankan usaha berpegang pada prinsip kehati-hatian. 21 Tingkat kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik maupun pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank.Sesuai dengan tanggung jawabnya, masing-masing pihak tersebut perlu mengingatkan diri dan secara bersama-sama berupaya mewujudkan bank yang sehat. Oleh karena itu, adanya ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank adalah dimaksudkan sebagai berikut: 1. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2. Tolak ukur untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank, baik secara individual maupun perbankan secara keseluruhan. Tingkat Kesehatan Bank sebagai ukuran pencapaian kinerja bank yang komprehensif merupakan input untuk planning ke depan. Bagi bank, tujuan penilaianTingkat Kesehatan Bank adalah memperoleh gambaran mengenai tingkat kesehatan bank sehingga dapat digunakan sebagai input bagi bank dalam 21 Abdulkadir Muhammad,Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan , Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 89. Universitas Sumatera Utara menyusun strategi dan rencana bisnis ke depan serta memperbaiki kelemahan- kelemahan yang berpotensi menganggu kinerja bank. Bagi regulator, penilaian tingkat kesehatan bank menjadi input dalam menyusun strategi dan rencana pengawasan bank yang efektif sehingga bersama-sama dengan bank dapat menciptakan individual bank dan sistem perbankan yang sehat dan berkesinambungan. 22 Jadi bank gagal adalah apabila suatu bank sudah tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya kepada deposan maupun kreditur, maka bank tersebut dapat dikatakan bahwa sebagai bank gagal failure bank.Jika kita mengacu pada UU Perbankan serta UU Bank Indonesia, kita tidak akan menemukan definisi bank gagal. Definisi diatas bank gagal dapat kita temukan pada Pasal 1 angka 7 UU LPS dikatakan bank gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Lembaga Pengawas Perbankan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya. 23 Selain definisi di atas, bank gagal juga dapat ditemukan pada Pasal 1 angka 9 Perpu No. 4 Tahun 2008 dikatakan bahwa “Bank gagal adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Bank Indonesia sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya”. 22 http:www.bankirnews.com diakses pada tanggal 15 Februari 2014 23 http:penelitian hukum.orgtagdefinisi-bank-gagal-falling-bank.comdiakses tanggal 20 Febuari 2014 Universitas Sumatera Utara

B. Hal-Hal Yang Menyebabkan Bank Gagal