Dampak Hukum Terhadap Nasabah Bank Gagal

perlindungan secara terselubung, sebab jaminan baru muncul ketika terjadi kebangkrutan pada bank.

C. Dampak Hukum Terhadap Nasabah Bank Gagal

Perlindungan bagi para nasabah penyimpan dana memang merupakan suatu hal yang bersifat mutlak bagi para pelaku bisnis perbankan. Selama ini, kurang terlindunginya para nasabah penyimpan saat ini memang dapat dirasakan sejak pertama kali nasabah penyimpan menyerahkan dana mereka pada bank yang dipercayai tersebut. Secara yuridis, hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan adalah berkaitan satu sama lain, disatu pihak nasabah menginginkan dana yang dimilikinya aman dengan dititipkan pada bank, disisi yang lain bank mengharapkan masyarakat menitipkan dananya pada bank yang bersangkutan dengan harapan dana yang terkumpul nantinya dapat disalurkan melalui kredit dan bank memperoleh imbalan bunga dari pihak debitur. Dalam rangka pembukaan rekening simpanan, para nasabah tidak cukup mendapat informasi yang memadai mengenai keamanan atas dana yang mereka akan titipkan pda bank, tetapi bank hanya memberikan informasi tentang tingkat suku bunga, biaya administrasi, jangka waktu simpanan khusus deposito dan cara penarikan dana kembali serta saldo minimal yang boleh tersisa. Ketidakberimbangan posisi hukum antara nasabah penyimpan dana dengan bank merupakan faktor utama dimunculkannya mengenai perlindungan dana nasabah penyimpan melalui LPS. Dengan demikian, diharapkan nantinya Universitas Sumatera Utara setiap nasabah mendapatkan informasi secara langsung dari pihak bank bahwa dana mereka aman karena telah dijamin melalui lembaga penjamin simpanan, sehingga dapat menepis kekhawatiran pihak nasabah penyimpan dana pada bank. Lembaga tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi lembaga yang memberikan jaminan terhadap dana nasabah penyimpan dan diharapkan dapat lebih baik dari yang selama ini pernah ada dalam hal menjamin dana pihak ketiga, baik dari segi kepastian hukum tentang dana simpanan nasabah pada suatu bank, maupun sisi pelayanan, dan secara hukum, lembaga tersebut dipayungi oleh peraturan perundang-undangan yang memadai, sehingga kelahiran dan keberadaannya dapat benar–benar dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan nasabah penyimpan secara khusus. Dengan adanya lembaga penjamin simpanan yang berperan sebagai penjamin dana nasabah bank, maka apabila terdapat bank yang mengalami kesulitan usaha, kemudian dicabut izin usahanya dan dilikuidasi, kedudukan nasabah bank adalah mengikuti Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Dalam hal ini, nasabah bank didahulukan pembayarannya dibandingkan kreditor konkuren lainnya. Pada umumnya, pengembalian dana nasabah harus menunggu hasil pencarian harta dan atau penagihan piutang kepada debitur setelah terlebih dahulu dikurangi dengan biaya pembayaran gaji pegawai terutang, biaya perkara dipengadilan, biaya lelang yang terutang, pajak yang terutang, dan biaya kantor. Simpanan dan bunga dapat secara utuh dan dengan waktu yang relatif cepat dapat terbayarkan.Hanya saja belum adanya pengalaman industri perbankan Indonesia dalam hal sistem Universitas Sumatera Utara penjaminan simpanan deposit protectionsystem yang dilakukan secara sistematis dan menyeluruh. 44 Pada dasarnya, ada nasabah penyimpan dana yang memperhitungkan keberadaan bank tersebut menjadi anggota LPS atau tidak, tetapi mungkin rata- rata dari mereka tidak terlalu mengerti tentang kinerja LPS jika terjadi masalah tentang adanya bank gagal seperti kasus Bank Century. Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa nasabah besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna yang menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun, sedangkan dana yang ada di bank tidak ada sehingga tidak mampu mengembalikan uang nasabah dan tanggal 30 Oktober dan 3 November sebanyak US 56 juta surat-surat berharga valuta asing jatuh tempo dan gagal bayar. Pada umumnya, nasabah menyimpan dana untuk jumlah yang cukup besar dilakukan penyimpanan pada bank Umum Devisa yang memiliki jaringan wilayah yang luas dan berskala nasional dan selama nasabah mengadakan penarikan yang cukup besar tidak ada kendala likuiditas pada bank tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nasabah penyimpan dana yang cukup besar, hanya mengandalkan kepercayaan pada bank yang menjadi tempat menyimpannya. Hanya sedikit dari mereka yang memperhitungkan tentang keberadaan bank tersebut menjadi anggota LPS.Perlindungan protection terhadap nasabah penyimpan sangat terasa ketika terjadi krisis ekonomi dan pemerintah melikuidasi 44 http:putrijulaiha.wordpress.com20120324aspek-hukum-dalam-perlindungan-dana- nasabah-perbankan-dan-asuransi Universitas Sumatera Utara terhadap sejumlah bank pada pertengahan tahun 1997. Krisis tersebut mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat pada perbankan nasional menurun yang ditandai dengan penarikan dana masyarakat dalam jumlah yang sangat signifikan dari sistem perbankan bank run. Untuk meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat, pemerintah pernah mengeluarkan kebijakan pada tahun 1998 sebagai upaya untuk memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank yang dikenal sebagai blanketguarantee .Namun, luasnya ruang lingkup blanket guarantee ternyata telah membebani anggaran negara dan dapat menyebabkan timbulnya moral hazard baik pada pihak pengelola maupun masyarakat, pemberian jaminan kepada nasabah penyimpan dalam hal ini berbeda dengan bentuk penjaminan melalui asuransi kredit yang selama ini ada. Perbedaan terletak pada lingkup penjaminan, yaitu pada penjaminan simpanan yang dijamin adalah simpanan nasabah penyimpan pada bank yang dimaksudkan adalah apabila pada suatu bank bersangkutan ternyata dilikuidasi maka kewajiban pembayaran atas simpanan dilakukan oleh lembaga penjamin sedangkan pada asuransi kredit penjaminan dilakukan terhadap debitur yang kreditnya dinyatakan macet tersebut dari lembaga asuransi kredit. Pada asuransi kredit pembayaran dilakukan kepada bank bersangkutan artinya bahwa bank tersebut masih tetap dapat beroperasi, sedangkan pada penjaminan simpanan pembayaran kewajiban bank kepada nasabah penyimpan akan beralih kepada lembaga penjamin simpanan berkaitan tidak beroperasinya bank bersangkutan karena telah dinyatakan likuidasi. Blanket guarantee tidak mendorong Universitas Sumatera Utara pengelolaan bank untuk melakukan usaha secara prudent hati-hati, sementara masyarakat kurang memperhatikan atau mementingkan kondisi kesehatan bank dalam menyimpan dana atau menggunakan jasa bank. Penerapan penjaminan secara menyeluruh menyebabkan tidak tumbuhnya disiplin pasar. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat dan mempertahankan stabilitas sistem perbankan nasional, penjaminan kewajiban pembayaran bank tetap diperlukan untuk masa yang akan datang. Namun demikian, resiko pembebanan anggaran negara dan timbulnya moral hazard akibat penerapan penjaminan yang akan dilakukan harus dapat diminimalkan. Sehubungan dengan itu, penjaminan kewajiban pembayaran bank perlu dibatasi. Pengurangan jaminan dari kondisi saat ini melalui blanket guarantee sampai pada tingkat terbatas yang lebih ideal harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap gradually phased out. Lingkup dan tingkat penjaminan yang terbatas tersebut akan dilakukan oleh lembaga penjamin simpanan. Yang paling dirugikan oleh bank gagal adalah para nasabah bank, di mana bank yang tidak menguntungkan para nasabah.akan mendorong bank kehilangan kepercayaan dari pelanggan nasabah. Dalam hal ini, BI menyebut ada lima aspek yang digunakan untuk melakukan analisis terhadap bank gagal yang ditengarai sistemik, yaitu, institusi keuangan, pasar keuangan, sistem pembayaran, sektor riil, dan psikologi pasar. Dalam melakukan analisis terhadap Bank Century sebagai Bank Gagal yang berdampak sistemik, Bank Indonesia memperhatikan data kuantitatif berupa kondisi makro ekonomi, termasuk data mengenai Universitas Sumatera Utara pertumbuhan ekonomi, kondisi neraca pembayaran, nilai tukar rupiah, kondisi pasar modal, dan kondisi pasar keuangan internasional. Kondisi Bank gagal tersebut menurunkan kepercayaan masyarakat serta mengganggu kinerja bank-bank lainnya. Walaupun gangguanshock di sektor keuanganperbankan masih bersifat sporadis, pada saat yang bersamaan terdapat 23 bank dan beberapa BPR yang kondisi likuiditasnya sangat rentan terhadap adanya isu-isu tersebut. Eskalasi permasalahan menjadi lebih cepat dan berpotensi menjalar ke bank-bank lainnya.Kemudian, BI juga memperhatikan kondisi sistem keuangan dan sektor riil. Kondisi neraca pembayaran terus tertekan, cadangan devisa menurun, diikuti oleh meningkatnya country risk Indonesia dan terus melemahnya nilai tukar Rupiah. Permintaan domestik masih relatif kuat, meskipun telah terdapattanda-tanda mulai melemah yang dapat mengurangi impor. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan