BAB III PENGATURAN PENALANGAN BANK YANG DILAKUKAN
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN
A. Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan
Pasal 37B Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menetapkan bahwa bank wajib menjamin simpanan masyarakat.Untuk menjamin simpanan masyarakat
perlu dibentuk suatu lembaga penjamin dan selanjutnya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah.
29
Undang-Undang tersebut tidak mengatur bentuk Hukum lembaga yang harus didirikan dan wewenang yang harus dimilikinya.Dalam
kaitannya dengan dasar pendirian LPS, idealnya dengan kewenangan sebagaimana yang dimilik oleh FDIC, pembentukan lembaga penjamin simpanan haruslah
berdasarkan Undang-undang, tidak cukup hanya dengan peraturan pemerintah. Dalam perjalanannya amanat Pasal 37B tersebut dilaksanakan dengan undang-
undang, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Pasal 1 ayat 8 UU LPS menetapkan, bahwa “Penjamin Simpanan Nasabah Bank adalah penjaminan yang dilaksanakan oleh LPS atas simpanan
nasabah bank. Mengenai bentuk Badan Hukum LPS, Pasal 2 UU LPS menetapkan,
bahwa LPS adalah badan hukum, lembaga yang independen, transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, dan bertanggung jawab
29
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
50
Universitas Sumatera Utara
kepada Presiden. Namun UU LPS tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai Badan Hukum.Independensi diartikan bahwa dalam pelaksanaan tugas dan wewenang
LPS tidak bisa dicampurtangani oleh pihak manapun termasuk pemerintah kecuali atas hal-hal yang dinyatakan secara jelas dalam undang-undang.Karena kebijakan
mengenai penjaminan berdampak pada sektor perbankan dan fiscal, maka di dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang berwenang di sektor
perbankan dan fiscal.Keberadaan para wakil otoritas dimaksudkan untuk bersama- sama merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung pelaksanaan
kebijakan pada sektor-sektor tersebut.Meskipun demikian pelaksanaan tanggung jawab dan kewenangan LPS tanpa dapat dicampurtangani oleh pihak manapun.
Kunci independensi manajemen lembaga penjamin simpanan terletak pada komposisi pengurusnya.Pengurus LPS harus ditunjuk dan diangkat untuk member
arahan, dan melakukan kegiatan lainnya.Masa kerja pengurus harus secara tegas diatur dan hanya dapat diberhentikan selama dalam masa jabatannya dengan
alasan yang diatur secara jelas dalam undang-undang pendirian lembaga penjamin simpanan tersebut. Idealnya jumlah pengurus adalah ganjil yaitu tiga atau lima,
hal demikian untuk memudahkan pengambilan keputusan apabila voting yang terpaksa dilakukan. Pengurus hendaknya berasal dari lembaga yang bertanggung
jawab atas stabilitas sistem keuangan yaitu, wakil dari Bank Indonesia, Departemen Keuangan, Lembaga Pengawas perbankan serta industri perbankan.
Selain itu dapat pula dipertimbangkan untuk membentuk dewan penasehat bagi lembaga penjamin simpanan, yang diambil dari kalangan perbankan dan
tokoh dari kalangan akademis.Pembentukan dewan penasehat ini meskipun secara
Universitas Sumatera Utara
organisatoris tidak penting, tetapi mungkin dapat berfungsi membangun kepercayan masyarakat pada awal pembentukannya. Dewan ini juga dapat
berfungsi sebagai dialog antar lembaga. Lembaga ini dalam menjalankan tugas harus diberikan mandat dan
kewenangan yang jelas.Mandat adalah suatu kumpulan instruksi atau pernyataan resmi tentang maksud dan tujuan dari didirikannya lembaga penjamin
simpanan.Lembaga penjamin simpanan ada yang memiliki mandat yang sempit atau disebut dengan poybox sistem dan ada pula yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab luas seperti menimimalkan risiko dengan berbagai kombinasinya.Mandat apapun yang dipilih suatu hal yang sangat penting adalah
adanya konsistensi antara tujuan yang ditetapkan dengan kewenangan dan tanggungjawab yang diberikan kepada lembaga penjamin simpanan.
30
Pasal 4 UU LPS menetapkan, bahwa fungsi LPS adalah menjamin simpanan, nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas system
perbankan sesuai dengan kewenangannya. Asuransi simpanan adalah suatu istilah yang lazim digunakan untuk
menjelaskan skim penjaminan dana nasabah bank. Istilah ini sebenarnya tidak tepat karena nasabah penyimpan tidak pernah membeli polis sebagaimana seorang
ayah membeli polis untuk keuntungan keluarganya apabila meninggal dunia. Oleh karena itu, The Basle Committee on Banking Supervision menggunakan istilah
deposits protection, bukan deposits insurances
31
30
Financial Stability Forum, Guide For Developing Effective Deposit Insurance System, Basel, 2001, hlm. 17.
31
Ibid .
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan antara asuransi simpanan dengan bentuk-bentuk asuransi lainnya asuransi umum terdapat dalam empat hal yaitu:
1. Kebangkrutan bank bukan suatu kejadian yang berdiri sendiri, sedangkan
yang dijamin dalam asuransi kerugian adalah suatu peristiwa tertentu, misalnya kerugian yang disebabkan kebakaran. Kebangkrutan bank
cenderung terjadi akibat akumulasi beberapa kondisi. Sebagian akibat resesi atau kegoncangan makro, sebagian lagi berimbas contagion kebangkrutan
bank lain. 2.
Asuransi umum ditujukan untuk melindungi risiko akibat act of god atau akibat tindakan pihak lain yang tidak dapat di control oleh pihak tertanggung.
Itulah sebabnya, maka dalam asuransi jiwa, kebangkrutan bank seringkali disebabkan perbuatan diri sendiri, misalnya akibat kesalahan manajemen.
3. Tujuan utama asuransi simpanan tidak saja menjamin simpanan dan nasabah
penyimpan, akan tetapi juga menjamin kelangsungan usaha individual bank dengan memberikan bantuan keuangan kepada bank tersebut. Jaminan
terhadap bank ini dapat terjadi karena dalam asuransi simpanan terdapat tiga pihak yaitu bank, penjamin dan nasabah penyimpan. Dalam asuransi umum
para pihaknya adalah penanggung dan tertanggung. 4.
Agar berjalan efektif, asuransi simpanan umumnya didukung oleh pemerintah, khususnya dalam periode krisis perbankan. Dukungan
pemerintah ini sangat jarang diberikan untuk asuransi umum. Untuk konteks Indonesia, penjaminan yang diberikan oleh suatu skim
asuransi simpanan apabila ditelaah berdasarkan hukum perdata memiliki
Universitas Sumatera Utara
persamaan dengan perjanjian dimana pihak ketiga guna kepentingan kreditur mengikatkan diri, untuk memenuhi perikatan debitur manakala orang ini sendiri
tidak memenuhinya
32
Perjanjian penanggungan adalah perjanjian assessor dimana penanggung boleh diadakan hanya sebagian saja dari utangnya yang kurang. Dari
pengertian ini, dapat dikatakan bahwa pihak ketiga tersebut adalah penyelenggara asuransi simpanan si berhutang adalah bank, pihak terhadap siapa prestasi harus
diberikan adalah nasabah. Dengan demikian, meski istilah yang popular yang digunakan adalah
asuransi simpanan, akan tetapi bila disimak apa yang dirumuskan sebagai asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD, istilah ini tidaklah tepat.
Pasal 246 KUHD merumuskan asuansi atau pertanggungan sebagai suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Sedangkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang
Usaha Perasuransian, merumuskan asuransi atau pertanggungan sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggungjawab hukum kepada pihak yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
32
Mariam Darus Badrulzaman, 1 Aneka Hukum Bisnis Bandung: Alumni 1994, hlm 101.
Universitas Sumatera Utara
pasti atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Rumusan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Asuransi tersebut lebih luas jika dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHD karena mencakup juga
asuransi kerugian dan asuransi jiwa. Namun demikian dari kedua rumusan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pihak-pihak yang menjadi subjek dalam asuransi
adalah penanggung dan tertanggung yang mengadakan perjanjian asuransi.Penanggung dan tertanggung adalah pendukung hak dan
kewajiban.Penanggung wajib memikul risiko yang disahkan kepadanya dan berhak memperoleh pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar
premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.
33
Skim asuransi simpanan adalah suatu skim yang menjamin risiko atas tidak dibayarnya simpanan nasabah pada saat bank dilikuidasi.
34
Dari rumusan setidaknya terlihat adanya dua perbedaan mendasar antara asuransi simpanan
dengan asuransi.Subjek yang menjadi para pihak.Dalam asuransi simpanan ada tiga pihak yang menjadi subjek yaitu penyelenggaraan asuransi simpanan sebagai
pihak penananggung bank sebagai pihak tertanggung dan nasabah bank sebagai pihak yang menerima manfaat penanggungan.
Kewajiban membayar premi dan menerima penggantian kerugian.Dalam asuransi yang wajib membayar premi adalah pihak yang berhak memperoleh
33
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999 hlm. 8.
34
Resci Baghawani, Deposit Insurance as a Mode of Deposito Protection dalam Delano Villanueva ed, Early Warning Indicators Deposit Insurance and Methods for Resolving Falled
Financial, Kuala Lumpur : The SEACEN Centre, 1999, hlm. 28.
Universitas Sumatera Utara
penggantian jika timbul kerugian atas harta miliknya yang diasuransikan.Sedangkan dalam asuransi simpanan, premi dibayar oleh bank,
sedangkan yang berhak memperoleh penggantian jika timbul kerugian adalah nasabah yaitu nasabah penyimpan.Berdasarkan dua perbedaan tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa skim asuransi simpanan bukanlah asuransi sebagaimana yang dimaksud dalam KUHD dan Undang-undang Asuransi.
Istilah asuransi simpanan tersebut adalah terjemahan dari deposit insurance yang di Amerika Serikat dilaksanakan oleh Federal Deposit Insurance
Corporation FDIC . Oleh Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank
Central diterjemahkan menjadi asuransi deposito.
35
Terjemahan ini menimbulkan penafsiran seolah-olah deposit insurance adalah asuransi sebagaimana diatur
dalam Pasal 246 KUHD. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 membedakan antara badan yang menyelenggarakan penjaminan dengan skim yang
dipergunakan. Undang-undang ini tetap menggunakan istilah asuransi sebagai skim yang akan dijalankan oleh lembaga penjamin simpanan. Lembaga penjamin
simpanan tersebut dapat menggunakan skim dana bersama, skim asuransi atau skim lainnya.
36
Dilihat dari konteks sejarah, deposit insurance, pertama kali dilaksanakan di Negara bagian New York pada tahun 1829.Konsep ini dilontarkan oleh seorang
pengusaha Syaracuse, Joshua Forman dengan mengambil konsep the regulation of the Hong Merchant di Canton.Peraturan ini mewajibkan setiap pedagang yang
memiliki lisensi berdagang dengan pihak asing untuk saling menjamin utang yang
35
Penjelasan Pasal 30 Undang-Undang No. 13 Tahun 1968 Tentang Bank Sentral.
36
Penjelasan Pasal 37 B Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
timbul dari perdagangan tersebut.Maksud peraturan agar tidak ada pedagang yang default.
37
Dari pengalaman Amerika Serikat tersebut menjadi lebih jelas, bahwa asuransi simpanan lebih tepat dikatakan sebagai lembaga penangungan atau
penjamin dan FDIC sendiri bukanlah perselisihan asuransi. Dalam kaitannya dengan skim asuransi simpanan, lembaga penjamin
simpanan sebagai penanggung harus melepaskan hak istimewanya untuk menuntut barang-barang debitur lebih dahulu sita dan dijual. Apabila hak ini tidak
dilepaskan, maka asuransi simpanan tidak akan berjalan. Adalah benar bahwa :
38
Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur.Karena itu debitur mempunyai kewajiban untuk membayar hutang.Dalam
istilah asing kewajiban itu disebut SCHULD. Disamping SCHULD debitur juga mempunyai kewajiban lainHAFTUNG. Maksudnya ialah bahwa debitur itu
berkewajiban untuk membiarkan harta kekayaannya diambil oleh kreditur sebanyak hutang debitur guna membayar hutang tersebut.Setiap kreditur
mempunyai piutang terhadap debitur.Untuk itu kreditur mempunyai hak menangih piutang tersebut. Di dalam ilmu pengetahuan Hukum Perdata,
disamping hak dan menagih vorderingsrecht, apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutangnya, maka kreditur mempunyai hak menagih
kekayaan debitur, sebesar piutangnya pada debitur itu verhaalrescht. Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan, bahwa segala kebendaan si
berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada
37
FDIC. A Brief History of Deposit Insurance in the United State Washonton , DC. September, 998, hlm. 3.
38
Mariam Darus Badrulzaman, 2 KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Bandung: Alumni 1983, hlm. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Namun dalam konteks pengembalian utang bank yang
dilikuidasi terhadap nasabah, Pasal 1131 KUHPerdata tersebut belum cukup mengatur tentang pengembalian utang simpanan nasabah.Sebab nasabah
menginginkan uangnya segera dikembalikan pada suatu bank dilikuiditas sebagaimana hal dengan uang dilakukan oleh asuransi simpanan di Amerika
Serikat.
B. Tugas dan Wewenang Lembaga Penjamin Simpanan