Latar Belakang Masalah Analisis Hukum Penalangan Bank Dalam Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian nasional demi menjaga kesimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.Stabilitas industri perbankan sangat mempengaruhi stabilitas perekonomian secara keseluruhan. 1 Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang telah menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank, hal tersebut mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat blanket guarantee. Untuk mendukung kebijakan ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat. 2 Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang 1 Adrian Sutedi, Hukum Perbankan Suatu Tinjauan Pencucian Uang,Merger,likuidasi,dan Kepailitan Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2008, hlm.3. 2 Iermhadafael,Sejarah Pendirian LPS, http:www.google.com , diakses pada tanggal 26 Januari 2014 1 Universitas Sumatera Utara lingkup penjaminan yang terlalu luas menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat. 3 Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan selanjutnya disebut UU Perbankan yang mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Penjamin Simpanan selanjutnya disebut LPS yaitu sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat. LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya, dibentuk. Penjaminan simpanan nasabah bank yang dilakukan oleh LPS bersifat terbatas yang bertujuan untuk mengurangi beban anggaran Negara dan meminimalkan moral hazard.Namun demikian, kepentingan nasabah harus tetap dijaga secara optimal.Setiap bank yang beroperasi di Indonesia baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat BPR diwajibkan untuk menjadi peserta penjaminan. Adapun jenis simpanan di bank yang dapat dijamin meliputi tabungan, giro, sertifikat deposito, dan deposito berjangka serta jenis simpanan lainnya yang dipersamakan dengan itu. Skim penjaminan LPS telah dimulai secara penuh pada sejak 22 Maret 2007. 4 Apabila terdapat bank yang mengalami kesulitan keuangan dan gagal disehatkan kembali sehingga harus dicabut izin usahanya, maka wajib LPS membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu, 3 Ibid 4 Amri Hendarman, “Prosfek Perbankan dan Keberadaan LPS”, http:www.media- indonesia.comberita , diakses pada tanggal 30 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara sebagaimana yang telah ditetapkan.Hal ini sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang LPS. Dengan demikian jelaslah bahwa jika bank yang bersangkutan karena sesuatu hal mengalami kesulitan keuangan dan meskipun telah diusahakan dengan berbagai cara tetapi tetap gagal disehatkan kembali dan berakibat harus dicabut izin usahanya, maka LPS akan membayar simpanan setiap nasabah bank tersebut sampai jumlah tertentu, sebagaimana ditetapkan. Adapun simpanan nasabah yang tidak dijamin akan diselesaikan melalui proses likuidasi bank. Dengan adanya penjaminan simpanan tersebut, diharapkan tingkat kepercayan masyarakat terhadap industri perbankan dapat tetap terpelihara. Pada tanggal 13 November 2008, Gubernur Bank Indonesia Boediono menyatakan Bank Century telah kalah kliring atau tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush, dengan kejadian tersebut telah disampaikan surat kepada Menteri Keuangan, yang isinya menetapkan Status Bank Gagal pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk membahas nasib Bank Century. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui data per 31 Oktober 2008 mengumumkan bahwa rasio kecukupan modal atau CAR Capital Adequacy Ratio Bank Century minus hingga 3,52. Selanjutnya diputuskan bahwa, guna menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8 perlu dikucurkan dana sebesar Rp. 632 Universitas Sumatera Utara miliar. Selain itu rapat tersebut juga membahas apakah akan timbul dampak sistemik jika Bank Century dilikuidasi dan menyerahkan kepada LPS. 5 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memilih judul Analisis Hukum Penalangan Bank dalam Lembaga Penjamin Simpanan LPS

B. Perumusan Masalah