Tinjauan Kepustakaan Analisis Hukum Penalangan Bank Dalam Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Judul : Fungsi dan Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan LPS dalam Penanganan Bank Gagal Studi terhadap Bank Century Datayangdigunakangunamelengkapi penulisan skripsi ini memanfaatkan informasi yang diperoleh dari berbagai media, baik itu media cetak ataupun pengumpulan informasi melalui internet. Maka apabila di kemudian hari terdapat judul dan objek pembahasan yang sama sebelum tulisan ini dibuat maka penulis siap untuk mempertanggung jawabkannya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Bank adalah sebuah perantara keuangan yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat umum untuk disalurkan kembali kepada masyarakat. Sedangkan menurut UU Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka perekonomian dan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi bank di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa bank merupakan suatu lembaga dimana kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti tabungan, deposito, maupun giro, dan menyalurkan kembali dana simpanan tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk-bentuk lainnya. Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan 1967 Pasal 1a, bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam Universitas Sumatera Utara lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. 6 Bank adalah salah satu badan usaha lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit dan jasa-jasa perbankan, dengan cara menggunakan modal sendiri atau dengan dana-dana yang dipercayakan oleh pihak ketiga, selain itu dengan cara memperedarkan alat-alat pembayaran baru berupa uang giral. Perbankan Indonesia didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang berasal dari struktur kolonial.Sedangkan bank-bank milik swasta hampir seluruhnya dimiliki oleh konglomerat besar yang pada umumnya usahanya bergerak di bidang usaha non-bank seperti properti dan manufaktur.Dengan kondisi perbankan yang demikian itu maka tidak mengherankan apabila banyak terjadi praktik-praktik perbankan yang tidak sehat mulai dari kegiatan yang secara jelas melanggar ketentuan perundang-undangan sampai kepada perbuatan yang melanggar etika bisnis. Buruknya kondisi perbankan tersebut diperparah dengan belum tegasnya mekanisme exit policy dan berlarut-larutnya penyelesaian bank- bank bermasalah. Kondisi ini mengakibatkan mudah hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan. Hal ini terbukti pada saat dilikuidasinya 16 bank pada tanggal 1 November 1997 yang mengakibatkan sejumlah bank mengalami rush. 7 Program Penjaminan pemerintah blanket guarantee telah berhasil mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Namun, kebijakan tersebut meningkatkan beban anggaran Negara dan berpotensi menimbulkan moral hazard oleh pihak pengelola bank dan nasabah bank. 6 O.P.Simorangkir, Pengantar Lembaga Keuangan Bank Nonbank Bogor: Penerbit Ghlmia Indonesia , 2004 hlm.10. 7 H. As. Mahmoedin, Etika Bisnis Perbankan Jakarta: Penerbit Mulia Sari, 1994 hlm. 35 Universitas Sumatera Utara Dalam rangka mengurangi dampak negatif dari program penjaminan pemerintah tersebut,telah didirikan Lembaga Penjamin Simpanan LPS. Sesuai dengan Undang-Undang No.24 Tahun 2004 tentang LPS, dimana LPS mempunyai dua fungsi yaitu menjamin simpanan nasabah bank dan melakukan penyelesaian atau penanganan bank yang tidak berhasil disehatkan atau bank gagal. 8 Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004, LPS merupakan lembaga yang independen, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya serta bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan. Independensi LPS mengandung arti bahwa pihak manapun termasuk pemerintah tidak boleh melakukan campur tangan dalam melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang kecuali hal-hal yang dinyatakan secara jelas dalam Undang-Undang ini. Mengingat bahwa kebijakan penjaminan dapat berdampak pada sektor perbankan dan fiskal, maka di dalam LPS terdapat wakil dari masing-masing otoritas yang berwenang. Keberadaan para wakil otoritas tersebut dimaksudkan untuk bersama-sama merumuskan kebijakan penjaminan yang dapat mendukung kebijakan lain pada sektor-sektor tersebut. Namun, pelaksanaan kebijakan tersebut merupakan sepenuhnya tanggung jawab dan kewenangan LPS tanpa dapat dicampurtangani oleh pihak manapun.Sebagai contoh, dalam rangka penjualanpengalihan asset bank gagal atau yang dicabut izin usahanya, LPS tidak dapat dipengaruhi oleh kepentingan pihak luar termasuk Pemerintah.Bank gagal 8 Amri Hendarman, “Prosfek Perbankan dan Keberadaan LPS”, http:www.media- indonesia.comberita , diakses pada tanggal 30 Januari 2014, Op.Cit Universitas Sumatera Utara failing Bank yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh Lembaga Pengawas Perbankan yaitu Bank Indonesia atau Lembaga Pengawasan Sektor Jasa Keuangan LPP. 9 Keberadaan LPS merupakan bagian dari kelengkapan instrument pemerintah dalam menciptakan jejaring pengaman perbankan banking safety net sekaligus juga pengamanan sistem keuangan financial safety net. Sebagai banking safety net dilakukan melalui program penjaminan dan penanganan bank gagal, sementara sebagai financial safety net diwujudkan dalam bentuk pemanfaatan surplus dan akumulasi premi yang di investasikan di SBI dan SUN. Dengan modal dan akumulasi yang dimiliki memberikan peluang memainkan peran sebagai market maker bank di pasar primer maupun sekundair pasar surat- surat berharga tersebut di atas. 10 Keberadaan LPS merupakan jawaban perlunya reformasi sistem penjaminan yang semula bersifat blanket guarantee menjadi limited guarantee. Tentunya ada alasan mengapa terjadi reformasi program penjaminan simpanan. Alasan yang paling mudah dapat diterima mengapa program penjaminan menjadi dibatasi adalah untuk menghindari adanya moral hazard baca; tindakan tidak terpuji yang di sengaja para oknum pemilik dana besar yang sekaligus yang mempunyai bank. Dengan model seperti itu, oknum-oknum tersebut bias saja 9 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan:Kebijakan Moneter dan Perbankan Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2005 hlm.179. 10 Jumhana Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia Bandung: Penerbit Citra Aditya, 1996, hlm.49. Universitas Sumatera Utara membangkrutkan banknya dengan cara memberikan pinjaman kepada grupnya, sementara simpanannya tetap terjamin. 11

F. Metode Penelitian