1.3 Batasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 6070.
2. Bahan pencampur yang digunakan adalah fly ash dan agregat-agregat. 3. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian ketahanan rendaman air dan uji
kekuatan tekan.
1.4 Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini akan berisikan : BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang,tujuan penelitian,batasan masalah,dan sistematika penulisan.
BAB 2. DASAR TEORI Bab ini membahas literatur dan referensi yang digunakan dengan masalah
yang dikaji dalam penelitian penguujian tekan dan uji ketahanan rendaman air. BAB 3. METODOLOGI
Bab ini berisi langkah-langkah dalam melakukan penelitian. BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisikan penyajian hasil yang didapat dari pengukuran ketahanan rendaman air dan pengujian Marshall.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran
untuk penelitianberikutnya
.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aspal
Aspal adalah material termoplastik yang akan menjadi keras atau lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika temperatur bertambah.
Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan temperatur, yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspal walaupun mungkin mempunyai nilai penetrasi atau
viskositas yang sama pada temperatur tertentu. Aspal yang mengandung lilin lebih peka terhadap temperatur dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin.
Hal ini terlihat pada aspal yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi tetapi sangat berbeda viskositas pada temperatur rendah. Kepekaan terhadap
temperatur akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi retak ataupun mengeras. Aspal bersifat viskos atau padat, berwarna hitam atau coklat, mempunyai
daya lekat, mengandung bagian utama yaitu hidrokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau kejadian alami dan terlarut dalam karbondisulfida.Bersama dengan agregat,
aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan
baik.Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom selain
hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen, belerang, dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80 massa aspal adalah karbon,
10 hydrogen, 6 belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten
yang massa molekulnya kecil dan malten yang massa molekulnya besar. Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25 aspalten.Sebagian besar senyawa pada aspal adalah
senyawa polar.
2.1.1 Fungsi Aspal
Fungsi aspal adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1.
Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu lintaswater proofing, protect terhadap erosi.
2.
Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3.
Lapis resap pengikat prime coat adalah lapisan tipis aspal cair yang diletakandi atas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya.
4.
Lapis pengikat tack coat adalah lapis aspal cair yang diletakan di atas jalan yangtelah beraspal sebelum lapis berikutnya dihampar, berfungsi pengikat di
antarakeduanya.
5.
Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus, dan filler.
2.1.2 Jenis Aspal
Aspal yang digunakan sebagai bahan untuk pembuatan jalan terbagi atas jenis-jenis berikut, yaitu:
1. Aspal Alam
Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a Aspal Danau Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek sangat
tinggi.Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka penetrasi yang tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aspal dengan
angka penetrasi yang diinginkan.Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan lewele.Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organik
lainnya. b Aspal Batu
Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 dari masa
batu tersebut dan memiliki persentasi antara 0 – 40.Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasidan dicampur dengan minyak
pelunak atau aspal keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan.Pada saat ini aspal batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu
Universitas Sumatera Utara
dalam bentuk butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara alamiah terdeposit di
daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia.
2. Aspal Hasil Destilasi
Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh
kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak. Berikut
merupakan jenis-jenis dari aspal hasil destilasi : a. Aspal Keras
Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal
dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC. Temperatur ini
bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disulaing atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan.
Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses penyulingan harus ditangani sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol sifat-sifat
aspal keras yang dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan mencampur berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses destilasi dilakukan.
Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Selain melalui proses destilasi hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak mentah dengan pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan
melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak bensin, solar, dan minyak tanah yang terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan sehingga
meninggalkan aspal sebagai residu. Aspal keras yang dihasilkan dengan sifat-sifat yang diinginkan melalui proses
penyulingan yang ditangani sedemikian rupa biasanya digunakan untuk bahan pembuatan AC Asphalt Concrete. Jenis-jenisnya adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Aspal penetrasi rendah 4050, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas.
2. Aspal penetrasi rendah 6070, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas sedangtinggi dan daerah dengan cuaca iklim panas.
3. Aspal penetrasi tinggi 8090, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas sedangrendah dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
4. Aspal penetrasi tinggi 100110, digunakan untuk kasus : Jalan dengan volume lalu lintas rendah dan daerah dengan cuaca iklim dingin.
b. Aspal Cair Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut
berbasis minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana dalam proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak mentah tidak
seluruhnya dikeluarkan. Kecepatan menguap dari minyak yang digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu pada proses destilasi
akan menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Aspal Cair Cepat Mantap RC = Rapid Curing, yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
biasanya adalah bensin 2. Aspal Cair Mantap Sedang MC = Medium Curing, yaituaspal cair yang
bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah minyak tanah
3. Aspal Cair Lambar Mantap SC = Slow Curing, yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini
adalah solar.
c. Aspal Emulsi Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses
ini partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam airyang
Universitas Sumatera Utara
mengandung emulsifer emulgator. Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar berukuran sangat kecil bahkansebagian besar
berukuran koloid.Jenis emulsiferyang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan aspal emulsi yang dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat
pengemulsi yang digunakan, Aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi :
1. Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negative 2. Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
3. Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion netral
3. Aspal Modifikasi
Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah.Polymer adalah jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga
aspal modifikasi sering disebut juga aspal polymer. Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
a Aspal Polymer Plastomer Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan polymer
plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat fisik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang
telah banyak digunakan antara lain adalah EVA Ethylene Vinyle Acetate, Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal
keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-
sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
b Aspal Polymer Elastomer dan karet Aspal Polymer elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer elastomer yang
SBS Styrene Butadine Sterene, SBR Styrene Butadine Rubber, SIS Styrene Isoprene Styrene, dan karet hádala jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan
sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahanpolymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat rheologiaspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek
Universitas Sumatera Utara
dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal
yang dibuat dengan aspal keras. Presentase penambahan bahan tambah additive pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium,
karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang
berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
2.1.3 Klasifikasi Aspal
Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan grade atau kelas berdasarkan dua sistem yang berbeda, yaitu :
1. Viskositas Dalam sistem viskositas, satuan poise adalah estándar pengukuran viskositas
absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tersebut. Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan viskositas estela penuaan. Ide ini untuk
mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar yang akan
digunakan dituangkan terlebihdahul dalam oven melalui pengujian Thin Film Oven Test TFOT dan Rolling Film Oven Test RTFOT. Sisa aspal yang tertinggal
residu kemudian ditentukan tingkatannya grade berdasarkan fiskositasnya dalam satuan poise.
2. Uji Penetrasi Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram termasuk berat
jarum ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang masuk kedalam contoh aspal dalam waktu lima detik diukur dalam satuan persepuluh mili meter 0,1 mm
dan dinyatakan sebagai nilai penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin keras aspal tersebut.
2.1.4 Campuran Beraspal
Campuran beraspal merupakan campuran yang terdiri dari kombinasi agregat kasar, agregat halus dan filler yang dicampur dengan aspal.Pencampuran dilakukan
Universitas Sumatera Utara
sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Campuran beraspal terdiri dari dua keadaan : panas hotmix dan dingin coldmix.
2.1.4.1 Jenis Campuran Beraspal
Jenis campuran beraspal dapat dibagi tiga berdasarkan jumlah lapisan dan jenis agregat yang digunakan sebagai konstruksi jalan, yaitu:
1. Laston lapisan aspal beton AC Asphalt Concrete Laston adalah lapis permukaan atau lapis fondasi yang terdiri atas tiga lapisan yaitu:
a. Lapis fondasi AC-Base Asphalt Concrete-Base : adalah lapisan pertama yang berfungsi sebagai fondasi jalan.
b. Lapis permukaan antara AC-BC Asphalt Concrete-Binder Course : adalah lapisan kedua yang berada di antara AC-Base dan AC-WC yang berfungsi
untuk mengikat kedua lapisan tersebut. c. Lapis aus AC-WC Asphalt Concrete-Wearing Course : adalah lapisan
ketiga yang berfungsi sebagai penahan keausan akibat berat kendaraan, gesekan ban kendaraan dan pengaruh cuaca.
2. Lataston lapis tipis aspal beton HRS Hot Rolled Sheet Lataston adalah lapis permukaan berupa mortar pasir aspal yang diberi sisipan
butiran kasar dari agregat yang bergradasi senjang dengan dominasi pasir dan aspal keras, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
a. Lapis fondasi HRS-Base Hot Rolled Sheet-Base :adalah lapisan pertama yang berfungsi sebagai fondasi jalan.
b. Lapis aus HRS-WC Hot Rolled Sheet-Wearing Course : adalah lapisan kedua yang berfungsi sebagai penahan keausan akibat berat kendaraan,
gesekan ban kendaraan dan pengaruh cuaca. 3. Latasir lapis tipis aspal pasir Sand Sheet
Latasir adalah lapis penutup permukaan jalan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihamparkan dan
dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu.
2.2 Fly Ash
Universitas Sumatera Utara
Fly ash atau abu terbang merupakan salah satu produk sisa dari proses pembakaran diruang bakar suatu pembangkit, fly ash ini biasanya berbentuk
partikel-partikel halus yang keberadaannya dapat membahayakan kesehatan manusia jika tidak ditangani dengan benar. Seiring dengan kemajuan teknologi
maka saat ini keberadaan fly ash tidak hanya sebagai limbah tidak bermanfaat tetapi telah dipergunakan untuk campuran beragam jenis produk seperti semen,
bata tahan api dan metal matrix komposit.
2.2.1 Fly Ash Batubara
Fly ash disebut juga Abu terbang ialah limbah hasil pembakaran batu bara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk halus, bundar
dan bersifat pozolanik SNI 03-6414-2002. Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan ringan yang diambil dari campuran gas tungku
pembakaran yang menggunakan bahan batubara.Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan electrostatik. Hidayat,1986 Abu terbang
termasuk bahan pozolan buatan lea. FM 1971 dalam Hidayat, 1986.Karena sifatnya yang pozolanic, sehingga abu terbang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengganti sebagian pemakaian semen, baik untuk adukan maupun untuk campuran beton. Keuntungan lain dari abu terbang yang mutunya baik ialah dapat
meningkatkan ketahanan keawetan beton terhadap ion sulfat dan juga dapat menurunkan panas hidrasi semen. Komponen terbesar yang terkandung dalam fly
ash adalah silika SiO2, alumina Al2O3, oksida kalsium CaO dan oksida besi Fe2O3. Fly ash banyak digunakan dan diakui secara luas sebagai campuran
cement, concrete dan material-material khusus lainnya. Densitas fly ash berkisar antara 1,3 gcm3 dan 4,8 gcm3, besar densitas tersebut tergantung dari
unsur kimia dan porositas yang terjadi di dalamnya. Abuterbangbatubaraumumnyadibuangdi ashlagoonatauditumpukbegitusaja
didalam areaindustri.Penumpukanabuterbangbatubarainimenimbulkanmasalah bagi lingkungan.Berbagai penelitian mengenai pemanfaatan abu terbang batubara
sedang dilakukan untuk meningkatkan nilai ekonomisnya serta mengurangi dampak buruknyaterhadaplingkungan.Saatiniabuterbangbatubaradigunakandalam
Universitas Sumatera Utara
pabrik semensebagaisalahsatubahancampuran pembuatbeton.Selainitu,sebenarnyaabu terbang batubara memiliki berbagai
kegunaan yang amat beragam, yaitu : 1. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan
2. Penimbun lahan bekas pertambangan 3. Recovery magnetic, cenosphere, dan karbon
4. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori 5. Bahan penggosok polisher
6. Filler aspal, plastik, dan kertas 7. Pengganti dan bahan baku semen
8. Aditif dalampengolahan limbah waste stabilization 9. Konversi menjadi zeolit dan adsorben
2.2.1.1 Sifat Kimia Fly Ash Batubara
Komponenutamadariabuterbang batubara yang berasal dari pembangkit listrik adalahsilikaSiO2,alumina,Al2O3, besioksidaFe2O3,kalsiumCaOdan
sisanyaadalahmagnesium,potasium,sodium,titanium danbelerangdalam jumlah yang
sedikit.Sifatkimiadariabuterbangbatubaradipengaruhiolehjenisbatubarayangdibaka r danteknikpenyimpanansertapenanganannya.Pembakaran batubara lignit dan sub-
bituminousmenghasilkanabuterbangdengankalsium danmagnesium oksidalebih banyak dari pada jenis bituminous. Namun, memiliki kandungan silika, alumina,
dan karbon yang lebih sedikit dari pada bituminous. Berikut merupakan tabel sifat kimia fly ash batubara
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Salah Satu Jenis Abu Terbang Batubara
Komponen Sub Bituminous
SiO2 40-60
Al2O3 20-30
Fe2O3 04-Okt
CaO Mei-30
Universitas Sumatera Utara
MgO 01-Jun
SO3 01-Jun
Na2O 0-2
K2O 0-4
LOI 0-3
2.2.2 Palm Oil Fly Ash abu terbang kelapa sawit
Palm oil fly ashadalahsisadaripembakaranpadaboiler yang berupaabu dengan jumlah yangterus meningkat sepanjang tahun yang sampaisekarang
masihbelumtermanfaatkan.
Gambar 2.1 Diagram Alir Palm Oil Fly Ash
DarihasilprosespembuatanCrude PalmOilCPOmaka
akandihasilkan limbahpadatdiantaranya serabutbuahdancangkangkelapasawit
yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dimanfaatkan dan dibiarkan. Sebagian
Pabrik Kelapa Sawit PKS halinitidakmenjadi masalahbagikarenalimbah ini cangkang dan serbut buah dapat digunakan
Buah Sawit CPO
Produksi
Cangkang sawit bahan bakar
Boiler
Tungku bak penampungan
Pertikel Ash berat
Partikel Ash Ringan
Palm Oil Fly Ash
Udara
Universitas Sumatera Utara
sebagaibahanbakarpadaboiler.Limbahpadatberupacangkang dan
seratdigunakansebagaibahanbakar ketelboiler untukmenghasilkanenergi mekanikdanpanas.Uapdariboiler dimanfaatkanuntukmenghasilkanenergi listrik
dan untuk merebus TBSsebelumdiolah di dalam pabrik. Cangkang danseratbuahsawityang sudahterbakar,akanmenghasilkansisa-
sisa pembakaran yang nantinya akan menjadi limbah daripada boiler atau furnance tungku pembakaranberupa:
1. Abu Terbang Fly ash ,yakni abu yang beradadibawah tungku tepatnyaditempat pengumpulanabu.
Gambar 2.2 Abu Terbang Palm Oil Fly Ash 2. Kerakboiler kelapasawit Bottom Ash ,
yaitu kerakyangmelekat padadindingboiler.
Universitas Sumatera Utara
a b
Gambar 2.3 a Bottom ash sebelum digrinding b Bottom ash sesudah di grinding
Dalam limbahabusawitbanyak mengandungunsursilikaSiO2yangmerupakanbahanpozzolanic.Berdasarkan
penelitianyangdilakukanGrailledkk1985ternyatalimbahabusawitbanyak mengandungunsur silika SiO2yangmerupakanbahan pozzolanic. Hayward 1995
dalamUtama dan
Saputra 2005 menyatakandalam bahanpozzolanadaduasenyawautamayang mempunyaiperanan
penting dalam pembentukansemenyaitusenyawa SiO2dan Al2O3yang dimanaabuSawit merupakan
bahan pozzolanic,yaitu materialyang tidak mengikatseperti semen,
namunmengandung senyawasilikaoksidaSiO2aktifyangapabila bereaksi
dengankapur bebasatauKalsiumHidroksida CaOH2
danairakanmembentuk material seperti semenyaitu Kalsium Silikat Hidrat. Unsur penyusun fly ash sangatlah
beragam tergantung dari sumber bahan bakarnya, tetapi pada umumnya fly ash mengandung SiO2,CaO,seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel.2.2 Chemical composition of OPC and Palm Oil Fuel Ash
Chemical Consituents OPC
POFA Silicon Dioxide SiO
2
20.1 55.20
Aluminium Oxide Al
2
O
3
4.9 4.48
Ferric Oxide Fe
2
O
3
2.5 5.44
Universitas Sumatera Utara
Calsium Oxide CaO 65
4.12 Magnesium Oxide MgO
3.1 2.25
Sodium Oxide Na
2
O 0.2
0.1 Potasium Oxide K
2
O 0.4
2.28 Sulphur Oxide
SO2
2.3 2.25
Loss On Ignition LOI 2.4
13.86
2.3 Agregat
Agregat adalah butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran
besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
2.3.1 Jenis-jenis agregat
Agregat dapat berupa material alam atau buatan, agregat menurut proses pengolahannya dapat dibagi atas tiga jenis
1. Agregat alam Dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam dengan sedikit proses
pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Agregat dari alam dapat diklasifikasikan tiga kategori secara geologis yaitu :
a Batuan beku, batuan ini umumnya berbentuk kristal yang dibentuk akibat membekunya material magma pada rekahan bumi.
b Batuan sedimen, batuan ini terbentuk dari deposit material yang tidak larut seperti batuan yang ada pada dasar laut atau danau, material ini terbentuk karena
pemanasan dan tekanan, batuan sedimen biasanya berlapis-lapis dan diklasifikasikan berdasarkan mineral yang dominan seperti kapur, marmer,
siliseous, argillaceous. c Batuan metamorphic, batuan ini berasal dari lelehan atau sedimen yang terkena
panas dan tekanan cukup tinggi yang merubah truktur mineralnya sehingga berbeda dari bentuk asalnya.
2. Agregat melalui proses pengolahan
Universitas Sumatera Utara
Digunung-gunung atau dibukit-bukit dan sungai-sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk dan berukuran besar, sehingga diperlukan proses
pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat pada konstruksi jalan.
3. Agregat buatan Agregat yang merupakan mineral pengisifiller diperoleh dari hasil
sampingan pabrik-pabrik semen tau mesin pemecah batu.
2.3.2 Klasifikasi Agregat
Agregat berdasarkan ukuranbesar butirannya dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
1. Agregat Halus Agregat halus pada umumnya terdiri dari pasir atau batuan yang lewat
saringan No. 8 2,360 mm dan tertahan pada saringan No. 200 0,075 mm ,
Batuan sebagai agregat halus dalam pembuatan konstruksi jalan jika ditinjau dari asalnya
dapat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batuan. Agar diperoleh mutu aspal
yang baik ,
pasir yang akan digunakan harus memenuhi beberapa kriteria tertentu. Pasir harus terdiri dari butiran tajam, keras dan bersifat kekal.Selain itu pasir tidak
boleh mengandung banyak lumpur dan bahan-bahan organik karena dapat mengurangi kekuatan aspal Fungsi utama agregat halus adalah memberikan stabilitas
dan mengurangi deformasi permanen dari campuran melalui interlocking dan gesekan antar partikel.
2. Agregat Kasar Agregat kasar terdiri dari batu pecah dan kerikil-kerikil yang tertahan
disaringan No. 8 2,360. Batu pecah diperoleh dari pemecah batu, sedangkan kerikil merupakan disintegrasi dari batuan. Perbedaan mendasar antara kerikil koral dengan
batu pecah split adalah dengan permukaan yang lebih kasar maka batu pecah lebih menjamin ikatan yang lebih kokoh dengan semen.
Sama halnya dengan agregat halus ,
agregat kasar harus memenuhi beberapa syarat, yaitu terdiri dari butir yang keras dan tidak berpori.Agregat jenis ini juga tidak
Universitas Sumatera Utara
boleh banyak mengandung lumpur dan kekerasan juga merupakan salah satu syaratnya.Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang beranekaragam besarnya
untuk memperoleh rongga-rongga seminimum mungkin. Pemakaian ukuran butiran ini juga tergantung dari dimensi penggunaan beton yang akan dibuat.
3. Mineral pengisifiller semen Mineral pengisi yaitu material yang lolos saringan No. 200 0,075 mm.Filler
dapat berfungsi untuk mengurangi jumlah rongga dalam campuran, tapi jumlah filler harus dibatasi dalam suatu batas yang menguntungkan.Kadar filler yang terlampau
tinggi menyebabkan campuran menjadi getas dan bila terlalu rendah menyebabkan campuran menjadi lembek pada temperatur yang relatif tinggi.
2.4 Metode Pengujian Marshall
Konsep dasar Metode pengujian Marshall dalam campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh
ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90.
Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan flow, serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat
Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring cincin penguji berkapasitas 22,2 KN 5000 lbs dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk
mengukur nilai stabilitas, dan flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inchi 10,2 cm dan tinggi 2,5
inchi 6,35 cm. Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90, atau ASTM D 1559-76.
Dua parameter penting ditentukan dalam pengujian tersebut, seperti beban maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum hancur atau Marshall Stability dan
deformasi permanen dari sebelum hancur, yang disebut Marshall Flow, serta turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan antara Marshall Stability dengan
Marshall Flow yang disebut dengan Marshall Quotient yang merupakan nilai kekakuan berkembang yang menunjukkan ketahanan campuran beraspal terhadap
Universitas Sumatera Utara
deformasi permanen. Nilai dari Marshall stability diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Pembacaan arloji tekan × Angka korelasi beban × Faktor kalibrasi
Uji perendaman Marshall merupakan uji lanjutan dari Marshall sebelumnya dengan maksud mengukur ketahanan daya ikatadhesi campuran beraspal terhadap
pengaruh air dan suhu. Ada beberapa cara yang digunakan untuk menilai tingkat durabilitas campuran beraspal salah satunya adalah dengan mencari Marshall
Retained Strenght Index atau dengan cara lain yaitu dengan menghitung Indeks Penurunan Stabilitas. Perbedaan keduanya adalah dasar perbandingan dari variasi
lamanya perendaman dalam alat water bath. Indeks penurunan kuat tekan campuran beraspal akibat pengaruh perendaman :
Indeks kuat tekan sisa 0 = S2S1 × 100
Dimana : S1 = Kuat tekan dari benda uji dengan perendaman 30 menit
S2 = Kuat tekan dari benda uji dengan perendaman 24 jam.
2.5 Uji Tekan Statik