Etiologi Epidemiologi Patogenesis dan Patofisiologi

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Askariasis

a. Etiologi

Penyebab penyakit askariasis ini adalah cacing Ascaris lumbricoides Linn. Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides Linn. Utari, 1997

b. Epidemiologi

Prevalensi askariasis di Indonesia tergolong tinggi, terutama pada anak. Frekuensinya antara 60-90. Pohan, 2006 Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, di bawah pohon, di tempat mencuci, dan di tempat pembuangan sampah. Margono dan Abidin, 2003 Prevalensi askariasis pada anak balita di daerah pesisir di Semarang utara, berkisar antara 34-73 dan pada anak usia sekolah dasar 38-98. Hestiningsih dkk, 2004

c. Patogenesis dan Patofisiologi

Patogenesis yang disebabkan infeksi Ascaris lumbricoides berhubungan dengan respon imun hospes, efek migrasi larva, efek mekanik cacing dewasa, defisiensi gizi akibat keberadaan cacing dewasanya. Garcia, 1996 commit to user 7 Perjalanan larva melalui hati dan paru pada infeksi ringan biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala, tetapi pada infeksi yang berat dapat menimbulkan tanda-tanda pneumonitis. Pada infeksi berat, larva yang pertama kali menembus jaringan paru masuk ke dalam alveoli akan menimbulkan sedikit kerusakan pada epitel bronkhial. Tetapi jika terjadi reinfeksi dan migrasi larva berikutnya, hal ini dapat menimbulkan reaksi jaringan yang hebat. Reaksi jaringan yang hebat itu terjadi di sekitar larva di dalam hati dan paru, disertai infiltrasi eosinofil, makrofag, dan sel-sel epiteloid. Keadaan ini disebut sebagai pneumonitis Ascaris dengan disertai reaksi alergik yang terdiri dari dispnea, batuk kering, atau batuk produktif, mengi atau ronkhi kasar, demam 39,9 C – 40 C, eosinofilia yang bersifat sementara, dan rontgen foto paru mengarah kepada pneumonia virus. Garcia, 1996 Terdapatnya cacing dewasa dalam usus biasanya tidak menyebabkan kelainan kecuali jumlahnya banyak sekali, karena cacing-cacing tersebut menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus. Margono dan Abidin, 2003 Migrasi cacing dapat terjadi karena rangsangan seperti demam biasanya di atas 38,9 C, penggunaan anestesi umum, atau kondisi abnormal lainnya. Migrasi ini dapat menimbulkan obstruksi usus; masuk ke dalam saluran empedu, saluran pankreas, atau tempat-tempat kecil lainnya; masuk ke dalam hati atau rongga peritonium. Dapat juga bermigrasi ke luar melalui anus, mulut atau hidung. Bagian tubuh lainnya seperti ginjal, commit to user 8 appendiks, rongga pleura dapat terkena juga. Garcia, 1996 Infeksi berat pada anak-anak, terutama di bawah 5 tahun, dapat menimbulkan gangguan gizi berat. Margono dan Abidin, 2003

d. Manifestasi klinis