Kesenian Tradisional Reog Ponorogo

18 dalam bermacam-macam bentuk, seperti seni lukis, seni rias,seni patung, seni sastra, seni tari, seni vokal dan lain sebagainya. Simbol atau tanda dapat dilihat sebagai konsep-konsep yang dianggap oleh manusia sebagai ciri khas sesuatu yang lain. Suatu simbol menstimulasi atau membawa suatu pesan yang mendorong pemikiran atau tindakan. Begitu juga yang terdapat pada masyarakat desa Bangko Lestari yang penuhdengan simbol- simbol dalam upacara ritual kesenian Reog Ponorogo.

1.2.5 Kesenian Tradisional Reog Ponorogo

Menurut Kayam 2000:339-340 kesenian tradisional yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat mempunyai fungsi yang penting. Fungsi tersebut dapat terlihat dari dua segi yaitu dari segi wilayah jangkauannya dan dari segi fungsi sosialnya. Dari segi wilayah jangkauannya kesenian tradisional dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan dari segi fungsi sosialnya, daya tarik pertunjukan rakyat terletak pada kemampuannya sebagai pembangun dan pemelihara solidaritas kelompok. Dari pertunjukan rakyat masyarakat dapat memahami kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang berlaku dalam lingkungan sosialnya. Namun peran seni pertunjukan teradisional tersebut menghadapitantangan besar. Arus modernisasi yang mengalir sampai ke desa-desa membawa serta berbagai bentuk seni baru yang merupakan saingan dari bentuk seni tradisional yang sudah ada. Bentuk bentuk seni baru ini antara lain adalah film, musik dangdut, acara-acara televisi, dan acara-acara radio. Reog merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang berasal dari Indonesia. Reog atau Reyog berasal dari kata Riyetyang artinya adalah kondisi Universitas Sumatera Utara 19 bangunan yang hampir rubuh, dan suara gamelan reog yang bergemuruh itulah yang diidentikan dengan suara bata rubuh Fauzanafi, 2005:169.Berbicara mengenai reog akan menuju kepada daerah di Indonesia yaitu Ponorogo salah satu daerah yang memiliki kesenian reog. Menurut Badudu dalam Fitrianto, 2013,reogdikenal sebagai salah satu kesenian tradisional masyarakat dan merupakan tarian yang menghibur. Sifatnya hiburan dan mengandung sindiran-sindiran terhadap kejadian di masyarakat. Reog merupakan salah satu seni pertunjukan yang ada di Indonesia. istilah seni pertunjukan dapat diartikan sebagai ―tontonan‖ yang memiliki nilai seni, seperti drama, tari, dan musik, yang disajikan sebagai pertunjukan didepan penonton. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kesenian atau seni pertunjukan yang merupakan ciri khas masyarakatnya. Ia tidak sekedar hadir sebagai tontonan, tetapi juga terkait dengan pandangan dan kebutuhan hidup di dunia keseharian nyata, ritual, maupun dunia simbolis dari masyarakatnya ibid. Menurut Supardjan dalam Supriyatun, 2014berdasarkan fungsinya tari tradisional dibagi menjadi tigabagian yaitu: 1 Tari sebagai sarana upacara. Fungsi tari sebagai sarana upacara merupakan media persembahan dan pemujaan terhadap kekuasaan- kekuasaan yang lebih tinggi dengan maksud untuk mendapatkan perlindungan atau mengusirnya, demi keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup masyarakat. 2 Tari sebagai sarana hiburan atau pergaulan. Tari ini memiliki tujuan sebagai hiburan. Tari hiburan dimaksudkan untuk memeriahkan atau mengkaitkan keakraban pertemuan, atau untuk memberikan kesempatan serta penyaluran bagi mereka yang mempunyai kegemaran akan menari. Universitas Sumatera Utara 20 3 Tari sebagai pertunjukan. Tari sebagai pertunjukan bertujuan untuk memberi hidangan pertunjukan tari untuk selanjutnya diharapkan dapat memperoleh tanggapan dari penontonya. Kesenian teater tradisional Supardjan, ibid, termasuk reog pada masyarakat religi asli difungsikan sebagai: 1. Pemanggil kekuatan gaib; 2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir di tempat terselenggaranya pertun- jukan; 3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat; 4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawannya; 5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang; dan 6. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu. Muhammad Fauzannafi, 2005 dalam tulisannya yang berjudul ―Reog Ponorogo, Menari di antara Dominasi dan K eragaman‖ mengungkapkan bahwa kelompok reog, simpatisan, dan penggemar reog disebut sebagai ―Tyang ho‟e‖ kelompok abangan. Hal itu terlihat dari para senggakan, yaitu yang bertugas mengeluarkan teriakkan : ―Hok’e… hok’e…hok’e...‖ agar pentas reog semakin semarak. Selain itu mereka juga menggunakan minuman keras yang merupakan bagian yang hampir tidak terpisahkan dari pertunjukan reog obyogan reog desa yang tujuan diedarkannya minuman keras, memang bukan untuk ―mabuk- mabukan, ‖ tapi lebih semacam penegasan, pembentukan, pembaptisan, identitas mereka sebagai tyang ho‟e. Universitas Sumatera Utara 21 Hartono 1980 dalam bukunya yang berjudul ―Reyog Ponorogo‖ menyebutkan bahwa reog Ponorogo memiliki ciri-ciri khusus yang membedakan kesenian reog dengan kesenian lainnya. Ciri tersebut diantaranya yaitu adanya formasi iring-iringan dalam kesenian reog dan terjadi susunan sebagai berikut: 1 Kelompok pengawal; kelompok ini terdiri atas tiga atau empat orang yang berpakaian lengkap Ponoragan bergaya Jawa Ponorogo. Mereka berjalan paling depan sekaligus berfungsi sebagai pembuka jalan. 2 kelompok pendamping; kelompok ini bertugas untuk menjaga penari reog dan menjaga keamanan maupun hidupnya permainan. 3 kelompok penari; mereka terdiri atas pemain Barongan, penari topeng Bujangganong, dan penari kuda. 3 kelompok pengiring; kelompok ini tidak terbatas jumlah anggotanya. Mereka berbaris paling belakang yang tugasnya juga membantu hidupnya permainan. Dari kelompok-kelompok tersebut maka pertunjukan reog penuh riang dan salah satu keunggulan dari kesenian reog Ponorogo. 1.2.6Masyarakat dan Budaya Jawa Pada umumnya setiap pemilik budaya tertentu ada beberapa kelebihan dari masing-masing kebudayaannya. Sebagai contohnya konsep budaya Jawa yang berbunyi mangan ora mangan sing penting ngumpul makan tidak makan yang penting berkumpul. Yang ditekankan dalam konsep itu adalah berkumpul. Orang Universitas Sumatera Utara 22 Jawa senang berkumpul, selalu bersama-sama, mereka seolah-olah memiliki keterikatan kuat dengan tanah kelahirannya, sehingga enggan meninggalkan daerahnya untuk pergi merantau ke luar Jawa. Apabila terjadi perpindahan, maka yang diharapkan adalah bedol desa, artinya kepindahan seluruh masyarakat sedesa, sehingga tempat dan keluarga sebagaimana di desanya Saadah dan Sinsar, 1999. Menurut Appadurai dan Hannerz dalam Abdullah, 2006 telah menegaskan bahwa keberadaan seseorang dalam lingkungan tentu di satu pihak mengharuskan penyesuaian diri yang terus menerus untuk dapat menjadi bagian dari sistem yang lebih luas.Di lain pihak,identitas asal yang telah menjadi bagian sejarah kehidupan seseorang tidak dapat ditinggalkan begitu saja, bahkan kebudayaan asal cenderung menjadi pedoman kehidupan di tempat yang baru. Reproduksi kebudayaan merupakan proses penegasan identitas budaya yang dilakukan oleh pendatang, yang dalam hal ini menegaskan keberadaan kebudayaan asalnya. Parsudi Suparlan, misalnya, telah memperlihatkan adanya berbagai bentuk ekspresi kebudayaan yang mengalami proses intensifikasi oleh orang-orang Jawa yang ada di Suriname Suparlan,1995. Demikian pula orang- orang Jawa yang ada di berbagai lokasi transmigrasi, di lingkungan-lingkungan sosial budaya yang berbeda dengan kebudayaan Jawa, kebudayaan dalam konteks semacam ini dihadirkan melalui simbol-simbol yang menegaskan kehadiran identitas kelompok. Geertz 1989:223 mengatakan bahwa seni adalah sistem budaya. Di mana nilai tersebut diberikan, dilekatkan, dan dibiasakan oleh masyarakat sebagai pedoman interaksi pada warga masyarakat. Sejalan dengan perkembangan Universitas Sumatera Utara 23 peradaban, kebutuhan manusia akan seni ini menjadikan seni tidak terpisahkan dengan unsur-unsur penunjang kehidupan manusia yang lain seperti teknologi, ilmu pengetahuan, bahasa, ekonomi, dan kepercayaan. Kesemuanya ini saling terkait dan berfungsi sebagai penunjang kehidupan manusia. Kecerdasan manusia yang terus meningkat memicu manusia untuk menjadikan pemenuhan kebutuhan sebagai tantangan. Begitu pula dengan kebutuhan akan kesenian. Berbagai upaya dilakukan oleh para pelaku seni untuk terus dapat menciptakan karya seni yang unik dan menarik, serta memenuhi kebutuhan pasar. Hal inilah yang menjadikan karya-karya seni bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Koentjaraningrat mengungkapkan bahwa sifat khas dalam suatu kebudayaan dapat dimanifestasikan dalam unsur-unsur terbatas terutama melalui bahasa, kesenian, dan upacara. Unsur-unsur lainnya sulit untuk menonjolkan sifat- sifat khas kebudayaan suatu bangsa atau suku bangsa. Penanda identitas dari kebudayaan suatu kelompok etnis dapat dilihat dari adat istiadat yang secara bersama disepakati dan dijalankan. Masyarakat memiliki kepentingan dan kebutuhan yang tidak terbatas, meskipun manusia yang menjadi bagian dari masyarakat memiliki keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Secara garis besar bisa dinyatakan bahwa sifat dari keinginan tersebut tidak terbatas Amsyari, 1986:15. Sedangkan alat untuk memenuhi keinginan dari masyarakat itu terbatas. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersamaKoentjaraningrat, 1996. Universitas Sumatera Utara 24 Suatu kelompok atau grup juga merupakan suatu masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya, dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi. Namun, selain ketiga ciri tadi, suatu kesatuan manusia yang disebut kelompok juga mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan dari individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan kemudian bubar lagiKoentjaraningrat, ibid. Mengikuti pendapat Malinowski yang menyebutkan bahwa berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam masyarakat manusia berfungsi untuk memuaskan suatu rangkaian hasrat naluri akan kebutuhan hidup dan makhluk manusia. Dengan demikian, unsur ―kesenian‖ misalnya, mempunyai fungsi guna memuaskan hasrat naluri manusia akan keindahan; unsur sistem pengetahuan untuk memuaskan hasrat naluri manusia untuk tahu.

1.3 Rumusan Masalah