98
selalu bersikap terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Karenanya, kebudayaan itu bersifat dinamis, akan selalu berkembang dan berubah dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini, grup Sri Karya Manunggal telah membuat perubahan dalam seni reog
tersebut sehingga mengalami perkembangan dari seni tersebut demi kelangsungan seni reog yang ada di desa Bangko Lestari.
4.2 Upaya-Upaya Melestarikan Kesenian Reog dalam Konteks Perubahan
Reog sebagai sebuah ritual dan tradisi bagi masyarakat Desa Bangko
Lestari mengalami berbagai tantangan dan berbagai kendala untuk dapat bertahan hingga saat ini baik dari grup-grup lain yang tidak menyukai grup Sri Karya
Manunggal ini maupun tantangan di zaman modern yang serba canggih yang menimbulkan perubahan pola hidup masyakat yang lebih modern. Masyarakat
lebih memilih kebudayaan baru yang mungkin dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan oleh pelaku
kesenian reog pada grup Sri Karya Manunggal ini agar dapat mempertahankan keseniannya di zaman modern. Upaya-upaya yang dilakukan oleh para anggota
grup Sri Karya Manunggal antara lain sebagai berikut:
4.2.1 Menambahkan Kesenian Kuda Kepang dan Hanoman Kera Putih dalam Kesenian Reog
Salah satu usaha untuk mempertahankan kesenian reog yang dilakukan oleh grup Sri Karya Manunggal adalah dengan menambah kesenian lainnya
seperti kuda kepang dan tarian Hanoman Kera Putih dalam pertunjukan seni reog. Mereka menganggap bahwa jika kesenian tersebut digabungkan maka
Universitas Sumatera Utara
99
penontonnya pasti tidak jenuh karena tariannya bermacam-macam dan juga semenjak adanya penggabungan seni tersebut, maka banyak juga orang yang
berminat untuk menanggap kesenian tersebut karena sangat unik dan tidak terlalu mahal biaya untuk tanggapannya.
4.2.2 Menjadikan Kesenian Sebagai Hobi dan Tidak Untuk Mencari Keuntungan
Kesenian Reog yang ada di Bangko Lestari mampu bertahan hingga sekarang karena salah satu upaya untuk melestarikannya yaitu dengan menjadikan
kesenian tersebut sebagai hobi dan tidak untuk mencari keuntungan semata. Dulunya kesenian ini digunakan sebagai pekerjaan yang mereka geluti untuk
mencari nafkah karena susahnya untuk mencari pekerjaan, namun sekarang kesenian ini tidak lagi digunakan untuk mencari uang semata tapi sudah menjadi
hobi bagi mereka karena mereka juga mempunyai jiwa seni dan juga kebanyakan keturunan seniman. Hal ini dikarenakan pendapatan yang mereka peroleh dari
setiap kali tampil terkadang tidak cukup untuk membayar para pemain. Seperti yang diungkapkan oleh Bang Beni selaku ketua dalam Grup Sri Karya
Manunggal: ―Kesenian kami ini bisa bertahan sampe sekarang itu karena kami
gak buat patokan harga yang terlalu mahal. Ya kalo soal harga bisa dinegosiasi. Tapi keputusannya itu sama Mbah Bolong. Dia bilang
iya ya iya. Tapi dia jarang bilang enggak. Dia gak sampe hatian orangnya. Yang penting sama dia kesenian ini tetap jalan. Ya kami
ikut aja sebagai anggota grup ini. Mbah Bolong pun gak maksakan anggotanya untuk ikut main karna kadang job dari tanggapan gak
cukup buat bayar pemain. Tapi kami ya tetap main karna ini udah jadi bagian dari hobi kami yang
gak bisa kami tinggalkan.”
Universitas Sumatera Utara
100
4.2.3 Merekrut Anggota Baru