77
dalam kesenian reog tersebut terkandung makna tentang penyebaran agama Islam tersebut, hal ini ditandai pada dhadhak merak ditambah satu tetengger Jawa
dengan seuntai merjan di ujung paruh burung merak yang melambangkan arti sebuah tasbih. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ebdi Irwanto Berikut ini:
― kalo cerita reog ini ya kami cuma neruskan aja sejarah dari leluhur kami. Kalo yang kami tau ini dulunya untuk menyiarkan
agama Islam. Tujuannya kan baik sebagai dakwah. Tapi yang tau sejarah itu sekarang cumak orang-orang yang ngertilah sama reog
ini. Kalo orang lain mungkin cuma hiburan aja sama mereka. Lambang-lambangnya kana ada maknyanya itu. dhadhak meraknya
itu punya makna melambangkan tasbih.
‖
3.2.2 Reog Juga Berfungsi Sebagai Sarana Ritual Ruwatan dan Hiburan
Kesenian reogdi Bangko Lestari yang merupakan kesenian yang di setiappertunjukannya tidak hanya untuk ritual sebagai pengusir mahluk halus
tetapi juga digunakan sebagai hiburan yang dipentaskan pada saat mengayunkan memberi nama pada bayi, upacara perkawinan, dan perayaan ulang tahun yang
lebih sering diadakan di desa Bangko Lestari. Masyarakat yang ada di desa Bangko Lestari masih mempercayai bahwa kesenian reog ini juga akan
memberikan keselamatan bagi mereka yang ―menanggapnya.‖
Ruwat atau ngeruwat merupakan ungkapan rasa syukur atas keberhasilan
pertanian, upaya tolak bala dan sebagai media penghormatan pada leluhur yang telah berjasa memberikan keselamatan hidup. Ruwatandesaadalah salah satu
upacara adat masyarakat agraris yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat di desa Bangko Lestari. Ruwatan berasal dari kata rawat atau merawa
artinya mengumpulkan atau merawat yaitu mengumpulkan seluruh masyarakat kampung yang tujuannya sebagai tolak bala serta ungkapan penghormatan
terhadap nenek moyang mereka yang telah berjasa. Dalam hal ini, kesenian reog
Universitas Sumatera Utara
78
juga dapat berfungsi sebagai ritual ngeruwat desa atau yang dikenal dengan sebutan bersih desa. Masyarakat percaya bahwa ritual pertunjukan reogini dapat
memberi ketentraman hidup, jauh dari mara bahaya dan segala gangguan penyakit yang kemungkinan dapat terjadi.
3.2.3 Pendukung Pertunjukan Seni Reog 3.2.3.1 Kelompok PemainPenari
Pemain atau penarireogyang ada di Jawa Timur memainkan 5 penari, yaitu:jathilan,
warok, bujangganong,
barongan, dan
prabu Klono
Sewandono Fauzannafi, 2005. Sedangkan reog di desa Bangko Lestari sudah
berbeda dan digabung dengan kesenian lainnya. Para penarinya terdiri dari 4 penari yaitu: kuda kepang, hanoman kera putih, bujangganong, dan barongan.
Hal ini dilakukan agar penonton tidak bosan sehingga dipadukan dengan seni lainnya.
3.2.3.2 Kelompok Pemukul Gamelan
Kelompok ini berada di belakang kelompok penari. Jumlah anggotanya terdiri dari: satu orang penggendang, dua orang penyaron, satu orang pemukul
kethuk kenong , satu orang pemukul gong, satu orang pemukul demung, dua orang
pemukul bonang, dan satu orang pemuku kempulatau gong.
3.2.3.3 Kostum dan riasan
Dalam buku ―Reyog Ponorogo‖ tulisan Hartono, 1980 dikatakan bahwa Ponorogo mempunyai ciri khas pakaian daerahnya yang digunakan oleh semua
Universitas Sumatera Utara
79
peserta kesenian reog, baik pemain, maupun pemain gamelan mengenakan pakaian daerah tersebut. Diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Ikat kepala udheng, iket, blangkon.
b. Baju hitam potong gulon tak berleher. Cara memakainya: buah baju tidak
dikancingkan sehingga dadanya tampak jelas. Hal ini adalah lambang adanya sifat keterbukaan. Pakaian ini digunakan oleh pemain warok dalam
kesenian reog. c.
Celana panjang gombyok sampai tumit, berwarna hitam, bergombyok merah dan kuning dengan potongan ukuran besar.Atau celana hitam
dengan ukuran tanggung, sampai dibawah lutut yang dipakai oleh pembarong
, bujangganong dan pemain gamelan. Gombyok terbuat dari benang songket.
d. Koloran, yaitu celana yang dilengkapi dengan ikat pinggang yang
berwarna putih. Kedua ujungnya panjang dan menjulai yang digunakan oleh semua pemain dalam kesenian reog.
Sedangkan di desa Bangko Lestari,pakaian kostumyang digunakan para pemainseperti ciri khas dari pakaian daerah Ponorogo hanya sebahagian saja yang
memakainya. Kemudian para pemain gamelannya sudah tidak menggunakan pakaian khas daerah Ponorogo melainkan hanya menggunakan pakaian bebas
saja. Pakaian yang digunakan para pemain tersebut diantaranya sebagai berikut: a.
Ikat kepala b.
Celana panjang gombyok sampai tumit, berwarna hitam, bergombyok merah dan kuning dengan potongan ukuran tidak begitu besar yang
hanya dipakai oleh pembarong danBujangganong saja.
Universitas Sumatera Utara
80
c. Kostum tokoh hanoman berwarna putih dan memakai gelung supit
urang yang bermakna identitas hanoman kesatria.
3.2.3.4 Ilmu Mistik dalam Kesenian Reog
Bagi pemain-pemain kesenian reog, barongan adalah satu-satunya instrumen yang mendapatkan tempat utama. Ia dianggap sebagai benda keramat.
Sehingga pada hari-hari tertentu, dan pada setiap akan dipakai, sering membakar dupa kemenyan di hadapannya Fauzannafi, 2005.
Setiap Jumat Legi dan Jumat Wage,
2
reog ini wajib diberi sajen yang
berupa bunga mawar, kenanga, dan melati kemudian membakar kemenyan, rokok diselipkan ditelinga topeng dhadhak merak yang dipercaya agar nantinya
pembarong ketika menarikan tarian ini dapat menyatu dengan Reog. Semua
sesajen diletakkan didepan topeng dhadhak merak dan sajen tersebut disampingmemiliki sifat mistis juga memiliki makna simbolik yang syarat dengan
berbagai ajaran berharga warisan leluhur dan juga berfungsi sebagai sarana penghubung antara manusia dan dunia gaib.
Reog yang ada pada grup Sri Karya Manunggal diberi nama dengan
Gembong Bawono yang artinya raja harimau atau preman alaspenguasa hutan.
Nama Gembong Bawono tersebut berasal dari si pembuat Reogyang ada di
2
Istilah hari-hari dalam sistem kelander masyarakat Jawa berdasar kepada kalender Jawa, yang memiliki persamaan dengan kalender Islam. Keduanya berakar pada sistem kalender
perputaran bulan lunar. Adapun bulan-bulan dalam kalender Jawa dan padanannya dalam kalender Islam adalah: 1 Sura Muharram; 2 Sapar Shafar; 3 Mulud Rabiul Awal; 4
Bakda Mulud Rabiul Akhir; 5 Jumadil Awal Jumadil Ula; 6 Jumadil Akhir Jumadil Tsaniah; 7 Re
jeb Rajab; 8 Ruwah Sya’ban; 9 Pasa Ramadhan; 10 Sawal Syawal; 11 Dulkangidah Dzulqa’idah; dan 12 Besar Dzulhijjah. Siklus nama-nama hari adalah hari:
Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu. Namun ada lagi ditambahi di belakangnya berdasarkan siklus lima, yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing.
Universitas Sumatera Utara
81
Kisaran ibukota Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara. Grup Sri Karya Manunggal dulunya membeli reog di Kisaran karena harganya terjangkau yang
waktu itu mereka beli dengan harga Rp 3.000.000. Pertama kali dibeli topeng dhadhak merak
tersebut beratnya mencapai sekitar 45 kg namun lama kelamaan sudah semakin susut sehingga sekarang beratnya hanya sekitar 38 kg.
ReogGembong Bawono tersebut mempunyai makna yang sakral dan dipercaya
sebagai nama reogyang tingkatnya tertinggi. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Tukijo Mbah Bolong berikut ini:
Reog ini yang ngasih nama ya dari yang pembuat Reognya yang di Kisaran. Ini Reog tempahan dari Kisaran karena kalo beli di Jawa
ya nggak sanggup. Sebelum dibuat kepala harimau, yang buat Reog ini udah dijumpai dulu sama arwah yang pingin masuk ke
Reog ini supaya reognya diberi nama Gembong Bawono. Jadi yang buat reog bilang nama Gembong Bawono ini jangan diganti.
Tukijo, 63 tahun, pemimpin Reog di Desa Bangko Lestari
Gambar 3.2:Topeng Seni Reog Gembong Bawono
Universitas Sumatera Utara
82
3.2.3.5 ReogMemiliki Lagu-lagu Khusus
Pada mulanya dahulu kesenian reog memiliki lagu-lagu khusus Panoragan
, misalnya:Ijo-ijo, Potrojayan, Sampak, Iring-iring, dan sebagainya. Grup reog Sri Karya Manunggal setiap kali tampil, membawakan lagi khusus
seperti untuk penari jathilan menggunakan lagu Dawet Ayu, penari anoman menggunakan lagu GelangsaranatauSampak Songo, dan Reog menggunakan lagu
Ponoragan.
3.3Tokoh-tokoh dalam Seni Reog
Ada beberapa
tokoh yang
dimainkan dalam
setiap pertunjukanReogPonorogo danmasing-masing tokoh mempunyai sifat yang
berbeda-beda sesuai dengan karakternya. Namun tokoh-tokoh dalam seni reog yang ada pada grup Sri Karya Manunggal sudah ditambah dengan tokoh
hanoman . Adapun tokoh-tokoh yang terdapat dalam pertunjukan reog pada grup
tersebut adalah sebagai berikut:
3.3.1 Jathil
Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni
reog . Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit
berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan.
Ketangkasan dan kepiawaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari.
Universitas Sumatera Utara
83
Jathilan ini mulanya ditarikan oleh laki-laki yang berprofesi sebagai seorang gemblak yang dipelihara oleh warok yang berparas ganteng atau mirip
dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminim. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog Ponorogo lebih cenderung pada
halus, lincah. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku lugu dan irama ngracik.
Gambar 3.3:Penari Jathil Laki-laki
3.3.2 Barongan dan Dhadhak Merak