melalui rentenir ini relatif tanpa prosedur dan pencairannya juga sangat cepat, jauh berbeda dengan kredit melalui perbankan. Selain itu urusan administrasi
dalam pencairan modal di Kecamatan Medan Selayang juga masih banyak ditemukan kendala seperti deskiriminasi pemberian modal sehingga banyak
pelaku usaha kecil sulit berkembang. Tidak hanya itu aparatur pemerintah juga kurang memperhatikan dan memberikan pembinaan pemberdayaan kepada
masyarakat Medan Selayang terhadap usaha kecil dan menengah. Namun kenyataanya banyak masyarakat sebagai pelaku usaha di
Kecamatan Medan Selayang minim sumber daya manusia, kurangya kreatifitas terhadap pengembangan ide – ide untuk menciptakan suatu produk yang berdaya
saing. Tidak hanya itu perkembangan teknologi juga menghambat perkembangan usaha kecil dan menengah. Pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan
Medan Selayang juga kalah saing dengan pelaku industri besar yang sudah memakai teknologi canggih dalam arus produksinya. Tidak hanya itu daya saing
produk impor juga mempengaruhi usaha kecil dan menengah di Kecamatan Medan Selayang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Medan Selayang.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka penulis
merumuskan masalah penelitian ini adalah“Bagaimanakah Pemberdayaan UKM di Kecamatan Medan Selayang?”
Universitas Sumatera Utara
I.3 Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
“Bagaimanakah Pemberdayaan UKM di Kecamatan Medan Selayang”
1. 4 Manfaat Penelitian
Disamping tujuan yang hendak dicapai maka suatu penelitian harus mempunyai manfaat yang jelas. Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh dari
penelitian ini antara lain : 1.
Secara subjektif adalah suatu tahap sebagai suatu tahap untuk melatih dan mengembangkan kemampuan kemampuan berfikir secara sistematis dan
teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui suatu karya ilmiah sehingga diperoleh sutu kesimpulan yang
bersifat teruji dan berguna. 2.
Secara teoritis, penelitian diharapkan mampu menambah pengetahuan ataupun informasi tentang program pemberdayaan kelembagaan UKM,
khususnya pengembangan jaringan pemasaran UKM dan masalah yang dihadapi.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan agar dapat memberikan
kontribusi empirik terhadap studi kebijakan konsentrasi kebijakan di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara mengenai studi evaluasi.
Universitas Sumatera Utara
1.5. Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.
Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah dari sudut tersebutu disoroti.
Menurut Masri Singarimbun 1989: 37, teori adalah serangkaian konsep, defenisi dan preposisi yang saling berkaitan dan bertujuan memberikan gambaran
yang sistematis tentang suatu fenomena sosial. Bedasarkan rumusan diatas maka dalam bab ini penulis akann
mengemukakan teori, pendapat, ataupun gagasan yang akan dijadikan dalam penelitian ini.
1.5.1. Usaha Kecil dan Menengah 1.5.1.1. Pengertian Usaha Kecil Menengah UKM
Definisi yang berkaitan dengan UKM Usaha Kecil Menengah tersebut adalah:
Ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan kemudian dilaksanakan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44
Tahun 1997 tentang Kemitraan, di mana pengertian UKM adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 sebagai berikut:
1. Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
Universitas Sumatera Utara
2. Usaha Menengah dan Usaha Besar adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai
kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan usaha kecil.
Biro Pusat Statistik BPS Indonesia Tahun 2003, menggambarkan bahwa perusahaan dengan:
a. Jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan
dan rumah tangga. b.
Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil c.
Perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau menengah.
d. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri
besar. Menurut Badan Pusat Statistik BPS tahun 2003, yang mendefenisikan
UKM menurut dua kategori, yaitu: a.
Menurut omset. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki aset tetap kurang dari Rp 200 juta dan omset per tahun kurang Rp 1 milyar.
b. Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki
tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang. Industri rumah tangga adalah industri yang memperkerjakan kurang dari lima orang.
Pengertian UKM Usaha Kecil Menengah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 261UKK Tanggal 29 Mei 1993 adalah:
1. Usaha Kecil adalah yang memiliki total aset maksimum Rp 600 juta, tidak
termasuk tanah dan rumah yang ditempati.
Universitas Sumatera Utara
2. Usaha menengah adalah usaha ekonomi yang dikembangkan dengan
perhitungan asset di luar tanah dan bangunan mulai dari 200 juta sampai kurang dari 600 juta dengan jumlah tenaga kerja mulai 20 orang sampai dengan
99 orang. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan definisi UKM adalah
kegiatan usaha berskala kecil yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan tenaga kerja kurang dari 100 orang, memiliki kekayaan bersih 200 juta di
luar tanah dan bangunan dengan pendapatan 100 juta-200 juta.
1.5.1.2 Karakteristik UKM
Dalam ketentuan UU No. 9 Tahun Tentang Usaha Kecil, yang menjadi kriteria usaha kecil adalah:
1. Memiliki kekayaan paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha 2.
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- 3.
Milik warga negara Indonesia. 4.
Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar. 5.
Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.3 Jenis-Jenis UKM
Secara umum UKM bergerak dalam 2 dua bidang , yaitu bidang perindustrian dan bidang barang dan jasa. Menurut Keppres No. 127 Tahun 2001 ,
adapun bidang jenis usaha terbuka bagi usaha kecil dan menengah di bidang industri dan perdagangan adalah:
1. Industri makanan dan minuman olahan yang melakukan pengawetan
dengan proses pengasinan, penggaraman, pemanisan, pengasapan, pengeringan, perebusan,
penggorengan, dan fermentasi dengan cara-cara tradisional. 2.
Industri penyempurnaan benang dari serat buatan menjadi benang bermotifcelup, ikat dengan menggunakan alat yang digunakan oleh
tangan. 3.
Industri tekstil meliputi pertenunan, perajutan, pembatikan, dan pembordiran yang memiliki ciri dikerjakan dengan ATB , atau alat yang
digerakkan tangan termasuk batik, peci, kopiah, dsb.
4. Pengolahan hasil hutan dan kebun golongan non pangan :
a. Bahan bangunan atau rumah tangga, bambu, nipah, sirap, arang,
sabut. b.
Bahan industri : getah-getahan, kulit kayu, sutra alam, gambir. 5.
Industri perkakas tangan yang diproses secara manual atau semi mekanik untuk pertukangan dan pemotongan.
Universitas Sumatera Utara
6. Industri perkakas tangan untuk pertanian yang diperlukan untuk persiapan
lahan, proses produksi, pemanenan, pasca panen, dan pengolahan, kecuali cangkul dan sekop.
7. Industri barang dari tanah liat, baik yang diglasir, maupun tidak diglasir
untuk keperluan rumah tangga. 8.
Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan yang meliputi otomotif, kapal dibawah 30 GT, elektronik dan peralatan rumah tangga yang dikerjakan
secara manual atau semi otomatis. 9.
Industri kerajinan yang memiliki kekayaan khasanah budaya daerah, nilai seni yang menggunakan bahan baku alamiah maupun imitasi.
10. Perdagangan dengan skala kecil dan imformasi.
1.5.1.4 Masalah – masalah yang dihadapi UKM
Terdapat delapan masalah – masalah utama yang dihadapi oleh para pengusaha kecil dan menengah ISEI,1998 yaitu :
1. Permasalahan Modal
a. Suku bunga kredit perbankan yang masih tinggi sehingga kredit
menjai mahal. b.
Informasi sumber pembiayaan dari lembaga keuangan nonbank masih kurang.
c. Sistem dan prosedur kredit dari lembaga keuangan bank dan
nonbank terlalu rumit dan memakan waktu yang cukup lama.
Universitas Sumatera Utara
d. Perbankan kurang menginformasikan standar proposal untuk
pengajuan kredit, sehingga pengusaha kecil belum mampu membuat proposal yang sesuai dengan krteria perbankan.
e. Perbankan kurang memahami kriteria usaha kecil dalam
menilai kelayakan usaha, sehingga jumlah kredit yang disetujui sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.
2. Permasalahan pemasaran a.
Posisi tawar pengusaha kecil ketika berhadapan dengan pengusaha besar selalu lemah, terutama berkaitan dengan
penentuan harga dan sistem. b.
Asosiasi pengusaha atau profesi belum berperan dalam mengkoordinasi persaingan yang tidak sehat antara usaha yang
sejenis. c.
Infornasi untuk memasarkan produk masih kurang, misalnya produk yang dinginkan, potensi pasar, tata cara memasarkan
produk dan lain-lain. 3. Permasalahan bahan baku
a. Suplai bahan baku untuk usaha kecil kurang memadai dan
berfluktuasi. Ini disebabkan karena adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku.
b. Harga bahan baku masih terlalu tinggi
c. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi
dan adanya manipulasi kualitas bahan baku.
Universitas Sumatera Utara
d. Sistem pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan
pengusaha kecil, sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai.
4. Permasalahan teknologi a.
Tenaga kerja terampil sulit diperoleh dan dipertahankan karena lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada kurang dapat
menghasilkan tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil.
b. Asas dan informasi sumber teknologi masih kurang dan tidak
merata. c.
Spesifikasi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan usaha kecil sukar diperoleh.
d. Lembaga independen belum ada belum berperan, khususnya
lembaga pengkajian teknologi yang ditawarkan pasar kepada pengusaha kecil sehingga teknologi tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal. e.
Peran instansi pemerintah, nonpemerintah dan perguruan tinggi dalam mengidentifikasi, menemukan, menyebarluaskan dan
melakukan pembinaan teknis tentang teknologi baru atau teknologi tepat guna bagi uasah kecil masih kurang intensif.
5. Permasalahan manajemen a.
Pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan usaha sulit ditemukan karena pengetahuan
pengusaha relatif rendah.
Universitas Sumatera Utara
b. Pemisahan antara manajemen keuangan perusahaan
perusahaan dan keluarga belum dilakukan sehungga pengusaha kecil mengalami kesulitan dalam mengontrol atau
mengatur cash flow serta dalam membuat perenacaan dan laporan keuangan.
c. Kemampuan pengusaha kecil dalam mengoganisasikan diri
dan karyawan masih lemah sehingga terjadi pembagian kerja yang tidak jelas.
d. Pelatihan tentang manajemen dari berbagai instansi kurang
efektif karena materi yang terlalu banyak tetapi tidak sesuai dengan kebutuhan.
e. Produktivitas karyawan masih sehingga pengusaha kecil
sulit memenuhi ketentuan UMR . 6. Permasalahan sistem birokrasi
a. Perizinan yang tidak transparan, mahal, berbelit-
belit,diskriminatif, lama, b.
Penegakan dan pelaksanaan hukum dan berbagai ketentuan masih kurang serta cenderung kurang tegas.
c. Penguaha kecil dn asosiasi usaha kecil kurang dilibatkan
dalam perumusan kebijakan tentang usaha kecil. d.
Pungutan atau biaya tambahan dalam pengurusan perolehan modal dari dana penyisihan laba BUMN dan sumber modal
lainnya cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
e. Banyak pungutan yang sering kali tidak disertai pelayanan
yang memadai. 7. Ketersediaan infrastruktur
a. Listri, air,dan telepon berarti mahal dn sering kali
mengalami gangguan di samping pelayanan petugas yang kurang baik.
8. Pola kemitraan a.
Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar
dalam pemasaran dan sistem pembayaran baik produk maupun bahan baku dirasakan belum bermanfaat.
b. Kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah dan
besar dalam transfer teknologi masih kurang.
1.5.1.5 Landasan Hukum UKM
Adapun yang menjadi landasan hukum UKM adalah sebagai berikut : 1.
Kegiatan usaha industri ataupun perdagangan di Indonesia diatur oleh UU No. 1 Tahun 1985.
2. Untuk usaha kecil industri diatur oleh UU No. 9 Tahun 1995.
3. Bentuk badan Hukum Usaha Industri dan perdagangan diatur dalam
UU No. 1 Tahun 1985 tentang Perseroan Terbatas. 4.
Perijinan usaha kecil dan menengah dan besar khusus industri tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan dan tanda daftar industri.
Universitas Sumatera Utara
5. Tata cara perijinan usaha perdagangan SIUP diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 591MPPKep99 tentang tata cara pemberian surat izin usaha
perdagangan.
1.5.2 Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah 1.5.2.1 Pengertian Pemberdayaan
Istilah pemberdayaan diambil dari bahasa asing yaitu empowerment, yang juga dapat bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekedar daya,
tetapi juga kekuasaan sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa Wrihatnolo 2007: 1.
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat termasuk individu-individu
yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang dicapai oleh sebuah perubahan sosial
yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki percaya diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Menurut Siahaan, Rambe dan Mahidin 2006: 11 Pemberdayaan dapat
diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok sehingga mampu melaksanakan tugas dan kewenangannya
sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut. Pemberdayaan merupakan proses
Universitas Sumatera Utara
yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemberian wewenang, meningkatkan partisipasi, memberikan kepercayaan sehingga setiap orang atau
kelompok dapat memahami apa yang akan dikerjakannya, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Dalam Siahaan, Rambe dan Mahidin, 2006:13. Selajutnya menurut Gunawan sumodiningrat, pemberdayaan berarti meningkatkan kemampuan atau
kemandirian 1999: 134
1.5.2.2 Prinsip Pemberdayaan
Didalam melakukan pemberdayaan keterlibatan pihak yang diberdayakan yang akan diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan
dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat, memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai
dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan empowering pihak yang diberdayakan dengan
pengalaman merancang, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi Kartasasmita, 1996 : 249.
Dalam kaitannya dengan UKM sebagai pihak yang diberdayakan, untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip
pemberdayaan yaitu adanya pertama, pihak yang memberdayakan Community Worker dan kedua, pihak yang diberdayakan masyarakat. Antara kedua pihak
harus saling mendukung sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan hanya dijadikan objek, tapi lebih diarahakan sebagai subjek
pelaksanaan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2.3 Proses Pemberdayaan
Pemberdayaan sebagai suatu prose perlu adanya penmgembangan dari keadaan yang tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai
kehidupan yang lebih baik. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar mampu mentransfer daya adalah dengan strategi peningkatan pendidikan dan
kesadaran. Dalam penerapannya dilapangan Adi 2001: 160 menyatakan ada 2 dua
pilihan pendekatan yang dapat dilakukan. Pendekatan direktif yang dilakukan berdasarkan asumsi bahwa community worker tahu apa yang dibutuhkan dan yang
baik bagi masyarakat, sedangkan pendekatan non direktuf dilakukan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan dan baik
bagi mereka. Sesuai uraian di atas, dapat dukatakan proses pemberdayaan sebaiknya
mampu mentransfer daya dengan upaya peningkatan kapasitas masyarakatnya secara berkelanjutan dalam meningkatkan daya dan kemampuan yang ada baik
secara individu, organisasi dan komunitas, yang merupakan upaya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Kartasasmita 1995 menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga proses yaitu : Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang
memungkinkan potensi masyarakat berkembang enabling.Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak
ada sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan, dengan
mendorong encourage dan membangkitkan awareness akan potensi yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat empo-powering, sehingga diperlukan
langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurang berdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
1.5.3. Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
Menurut UU No.20 Tahun 2008 pasal 3 Usaha Mikro dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan. Dengan itu maka pemberdayaan UMKM sangatlah pening untuk
dilaksanakan.
Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan UKM adalah
upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh UKM itu sendiri. Jadi pendekatan peberdayaan UKM titik beratnya adalah penekanan
dari pentingnya UKM yang mandiri dari suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan UKM yang demikian yang diharapkan
dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan
UKM secara umum. Sebagaimana proses pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan
UKM juga tidak jauh berbeda dari pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan UKM sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih
Universitas Sumatera Utara
memfokuskan pada upaya-upayayang membuat pelaku-pelaku UKM agar dapat lebih pandai dan mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga
pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi ketika agen pengubah, baik yang berasal dari
lembaga pemerintah atau nonpemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan UKM tersebut, pemberdayaan UKM sebagai suatu proses dapat
terus berlangsung. Dengan persfektif peran seperti itu, sasaran umum pemberdayaan UKM
dalam lima tahun mendatang adalah RPJM 2006 – 2010 Pemko Medan Program Kerja Urusan Koperasi dan UKM:
1. Meningkatnya produktivitas UKM dengan laju pertumbuhan lebih
tinggi dari laju pertumbuhan produtivitas nasional. 2.
Meningkatnya proporsi usaha kecil formal. 3.
Meningkatnya nilai ekspor produk UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya;
4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkembangkan wirausaha baru
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 5.
Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi UKM. Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan UKM akan
dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut RPJM 2006 – 2010 Pemko Medan Program Kerja Urusan Koperasi dan UKM:
1. Mengembangkan UKM yang dirahkan untuk memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing; sedangkan pemberdayaan usaha
Universitas Sumatera Utara
skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah. 2.
Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan
yang baik good governance dan berwawasan gender terutama untuk : a.
Memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;
b. Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur
perijinan; c.
Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa
pengembangan usaha, teknologi, manajemen, pemasaran, dan informasi.
3. Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan
wirausaha baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja terutama dengan
: a.
Meningkatkan perpaduan antar tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi penerapan teknologi;
b. Mengembangkan UKM melalui pendekatan klaster di sektor
agribisnis dan agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas
Universitas Sumatera Utara
kelembagaan UKM sebagai wadah organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif;
4. Meningkatkan peran UKM sebagai penyedia barang dan jasa pada
pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
5. Membangun UKM yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-
upaya untuk : a.
Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang kondusif bagi
kemajuan UKM serta kepastian hukum yang menjamin terlindunginya dan atau anggotanya dari praktek-praktek
persaingan usaha yang tidak sehat; b.
Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan stakeholders kepada UKM; dan
c. Meningkatkan kemandirian UKM.
1.5.3.1 Pengembangan Akses Pemasaran UKM, Permodalan, dan Produksi
Dalam Pasal 14 UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dirumuskan bahwa Pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melakukan pembinaan dan
pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran dan distribusi, sumber daya manusia, dan teknologi.
1. Bidang pemasaran Dirumuskan langkah pembinaan dan pengembangan, baik di dalam
maupun di luar negeri. Langkah tersebut dicapai lewat pelaksanaan penelitian dan
Universitas Sumatera Utara
pengkajian pemasaran, menyediakan sarana serta dukungan promosi dan uji pasar bagi UKM. Selain itu juga dimaksudkan untuk mengembangkan lembaga
pemasaran dan jaringan distribusi, serta memasarkan produk usaha kecil. Pemasaran oleh banyak pengusaha kecil dan menengah dianggap sebagai
aspek yang paling penting. Pendapat yang sering muncul adalah bahwa “kemampuan menghasilakan produk tetapi tidak disertai kemampuan memsarkan
produk tersebut adalah kehancuran“. Oleh karena itu permasalahan di bidang pemasaran pada UKM sering ditempatkan sebagai masalah utama diantara
masalah-masalah lainnya. Permasalahan UKM pada bidang pemasaran terfokus pada tiga hal, yaitu
1 permasalalahan persaingan pasar produk, 2 permasalahan akses terhadap informasi pasar dan 3 permasalahan kelembagaan pendukung UKM. Munculnya
permasalahan- permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kekurangmampuan pengusaha kecil untuk membaca dan
mengakses peluang-peluang pasar yang potensial dan yang memiliki prospek cerah, yang akibatnya adalah pemasaran produk cenderung statis dan monoton,
baik dilihat dari segi diversifikasi produk, kualitas ,maupun pasar. Hal ini terjadi karena pengetahuan dan keterampilan pengusaha masih lemah ditambah lagi akses
terhadap informasi pasar yang kurang serta kelembagaan pendukung yang belum berperan khususnya dalam hal membantu pemasaran. Lembaga pendukung
tersebut misalnya asosiasi atau instansi yang seharusnya mampu menjembatani dalam pemasaran produk UKM.
Universitas Sumatera Utara
2. Bidang Permodalan Permodalan menjadi masalah klasik UKM bagi sejumlah pelaku UKM,
umumnya mereka mengeluhkan tentang terbatasnya modal, yang menyebabkan usaha mereka dari tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih besar. Tapi
untuk beberapa kasus, tim penulis menemukan contoh ada pelaku usaha yang memulai usahanya dengan modal hanya 2 juta rupiah dan itupun pinjaman dari
bank gelap alias rentenir, tapi setelah 5 tahun, kini memiliki omzet penjualan mencapai sekitar 150 juta per-bulan. Pelaku usaha ini bahkan mampu menampung
tenaga kerja sekitar 50 orang. Contoh di atas menunjukkan pada kita betapa seandainya saja para pelaku
UKM bisa mendapatkan akses modal yang lebih baik dari perbankan dan dengan bunga yang sesuai, bisa kita bayangkan tingkat kemajuan yang akan dicapai oleh
UKM dalam mengembangkan usahanya tersebut. Bila tanpa dibantu permodalan saja mereka bisa tumbuh dan berkembang, apalagi bila mereka mendapat
dukungan permodalan. Ini menggambarkan betapa akses UKM terhadap permodalan sangat kecil.
Di lain pihak, kebijakan perbankan juga masih berorientasi pada kredit konsumtif kredit perumahan, kredit mobil, dll. Alokasi kredit yang dikucurkan oleh
perbankan untuk konsumtif jauh lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan dan investasi. Alasannya, dengan bunga mencapai 40 persen per tahun, kredit
komsumtif lebih menguntungkan. Sedangkan kredit pembiayaan dan investasi hanya sekitar 20 persen.
Kecilnya jatah kredit untuk sektor pembiayaan rupanya menjadi perhatian pemerintah. Bank Indonesia menetapkan pada tahun 2003 kucuran kredit untuk
Universitas Sumatera Utara
UKM sebesar 42,3 trilyun rupiah. Dana kredit tersebut berasal dari perbankan nasional, termasuk Bank Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Selanjutnya pada tahun 2004 meningkat secara signifikan menjadi 72,1 trilyun rupiah. Pada tahun 2005 Bank Indonesia BI menargetkan dan menyalurkan
kredit kepada sektor UKM sebesar 60,4 trilyun rupiah. Peningkatan ini juga menunjukkan keyakinan perbankan bahwa pasar di sector masih luas.
Namun sebuah fakta lain menyebutkan, restrukturisasi pembangunan kembali kredit UKM bukan tidak mungkin terjadi penyimpangan di lapangan,
apalagi melibatkan dana yang sangat besar. Dikhawatirkan, UKM skala kecil tidak mendapatkan kredit ini. Dan ini terungkap dalam sebuah rapat dengar
pendapat dengan DPRD Sumut. Data dari pihak perbankan menyebutkan kalau usaha menengah-lah yang lebih banyak memperoleh fasilitas kredit perbankan.
. Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk lebih intensif melakukan
upaya-upaya guna meningkatkan akses usaha kecil menengah pada lembaga jasa keuangan, baik perbankan maupun keuangan nonbank seperti modal ventura,
koperasi, dan lembaga keuangan mikro lainnya Wahyuni, dkk, 2005:2-6. 3. Bidang Produksi
Dalam usaha kecil menengah yang merupakan kegiatan ekonomi rakyat tidak terlepas dari produksi. Yang sering menjadi permasalahan produksi UKM
kita saat ini adalah ketersediaan bahan baku. Dimana suplai bahan baku untuk usaha kecil menengah ini kurang memadai dan berfluktuasi.
Hal ini disebabkan oleh : a.
Adanya pembeli besar yang menguasai bahan baku b.
Harga bahan baku masih terlalu tinggi
Universitas Sumatera Utara
c. Kualitas bahan baku rendah karena tidak adanya standarisasi dan
adanya manipulasi kualitas bahan baku. d.
Sistem pembelian bahan baku secara tunai menyulitkan pengusaha kecil, sementara pembayaran penjualan produk umumnya tidak tunai.
1.6. Defenisi Konsep
Konsep adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi
perhatian ilmu sosial. Singarimbun , 1989. Untuk menetapkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-
variabel yang akan diteliti maka defenisi konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pemberdayaan merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai
upaya, seperti pemberian wewenang, meningkatkan partisipasi, memberikan kepercayaan sehingga setiap orang atau kelompok dapat memahami apa yang
akan dikerjakannya, yang pada akhirnya akan berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
2. Usaha kecil menengah dapat dilihat dalam dua kategori, yaitu:
a. Menurut omset. Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki aset tetap kurang
dari Rp 200 juta dan omset per tahun kurang Rp 1 milyar. b.
Menurut jumlah tenaga kerja. Usaha kecil adalah usaha yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5 sampai 9 orang. Industri rumah tangga adalah
industri yang memperkerjakan kurang dari lima orang.
Universitas Sumatera Utara
3. Pemberdayaan usaha kecil menengah adalah upaya untuk mengaktualisasikan
potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh usaha kecil menengah itu sendiri. Jadi pendekatan peberdayaan usaha kecil menengah titik beratnya adalah
penekanan dari pentingnya usaha kecil menengah yang mandiri dari suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan
usaha kecil menengah yang demikian yang diharapkan dapat memberi peranan kepada individu bukan sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku
pembangunan yang ikut menentukan masa depan dan kehidupan usaha kecil menegah secara umum.
Universitas Sumatera Utara
BAB II METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif dengan analisis data kualitatif, makna dari deskriptif adalah penelitian
yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang pada saat penelitian dilakukan saat sekarang atau masalah-masalah yang bersifat aktual. Suyanto
2005:17 Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan intervensi yang rasional dan akurat.
Jadi pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara menggambarkan suatu keadaan dan status fenomena berdasarkan fakta-fakta yang tampak
sebagaimana adanya.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Camat Medan Selayang Jln Bunga Cempaka No 54A Pasar 3 Padang Bulan Medan.
2.3 Informan Penelitian
Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk
membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja.
Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian
ini meliputi informan kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah mereka
Universitas Sumatera Utara