BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1.Sejarah Dan Gambaran Umum Kota Medan
Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berupa rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi kota ini yang kesemuanya bermuara di selat malaka. Sungai sungai itu antaral lain: Sei Deli, Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei
Badra, Sei Belawan, dan Sei Sulang Saling Sei Kera. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, Lokasinya terletak di
Tanah Deli. Hal ini yang menyebabkan orang sering menyebutnya dengan Medan Deli. Setelah Zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli
secara berangsur angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari sungai Ular Deli Serdang sampai ke sungai
Wampu di Langkat sedangkan kesultanan Deli yang berkuasa pada saat itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup diantara kedua sungai tersebut.
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat, dan tanah merah. Hal
ini merupakan ppenelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang kemudian dilanjutkan oleh penelitian Vrins tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah
seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada era kolonial Belanda bera di tempat yang bernama Bakaran Batu Sekarang
Medan Tenggara atau Menteng Orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata terkenal pada zaman itu adalah Deli Klei.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan atas dua macam, yakni: Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada
bulan-bulan Oktober sd bulan Desember sedangkan Maksima Tambahan antar bulan Januari sd September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000
pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mmjam. Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-
muara sungai sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda
mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak saat itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan
menjadi psat perekonomian di Sumatera Utara
[15
[15] ]
. Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.
John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kmpung ini berpenduduk
200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan sampan
pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada Tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur
serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota penting di luar jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan
perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputera, dan seorang Tionghoa.
http:www.pemkomedan.go.idselayang_sejarah.php.
Universitas Sumatera Utara
Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan etnik Tionghoa dan
Jawa sebagai kuli kontrak di perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan etnik Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusahan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan etnik Jawa sebagai kuli kontrak di
perkebunan. Etnik Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan etnik
Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan
ulama. Tahun ketahun kota Medan telah beberapa kali melakukan perluasan
areal. Mulai dari 1853 Ha di tahun 1950 menjadi 26.510 Ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota
Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat. Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Saat ini walikota Medan
dijabat oleh Dzulmi Eldin dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh. Wilayah kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 kelurahan, yaitu:
TABEL 2.1. TABEL NAMA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MEDAN
SUMBER WEB : HTTP:WWW.ID.WIKIPEDIA.ORGWIKIKOTA_MEDAN
No. Kecamatan
Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
1 Medan Tuntungan
Tanjung Selamat Simalingkar B
Simpang Selayang Kemenangan Tani
Lau Cih Namu Gajah
Sidomulyo Ladang Bambu
Mangga 2
Medan Johor Kwala Bekala
Pangkalan Mansyhur Gedung Johor
Kedai Durian Suka Maju
Titi Kuning 3
Medan Amplas Harjosari I
Harjosari II Timbang Deli
Bangun Mulia Sitirejo II
Sitirejo III Amplas
Universitas Sumatera Utara
4 Medan Denai
Tegal Sari Mandala I Tegal Sari Mandala II
Tegal Sari Mandala III Denai
Binjai Medan Tenggara
5 Medan Area
Pandau Hulu II Sei Rengas II
Sei Rengas Permata Kota Matsum I
Kota Matsum II Kota Matsum IV
Sukaramai I Sukaramai II
Tegal Sari I Tegal Sari II
Tegal Sari III Pasar Merah Timur
6 Medan Kota
Pandau Hulu I Pasar Baru
Pusat Pasar Mesjid
Universitas Sumatera Utara
Sei Rengas I Kota Matsum III
Pasar Merah Barat Teladan Barat
Teladan Timur Sudi Rejo I
Sudi Rejo II Siti Rejo I
7 Medan Maimun
Aur Hamdan
Jati Kampung Baru
Sei Mati Suka Raja
8 Medan Polonia
Anggrung Madras Hulu
Polonia Sari Rejo
Suka Damai 9
Medan Baru Darat
Petisah Hulu Babura
Universitas Sumatera Utara
Merdeka Padang Bulan
Titi RantaiRante 10
Medan Selayang Beringin
Padang Bulan Selayang I Padang Bulan Selayang II
Sempakata Tanjung Sari
Asam Kumbang
11 Medan Sunggal
Babura Sunggal Sei Sikambing B
Simpang Tanjung Tanjung Rejo
Lalang Sunggal
12 Medan Helvetia
D
wi Kora Sei Sikambing C II
Helvetia Helvetia Tengah
Helvetia Timur Tanjung Gusta
Cinta Damai
Universitas Sumatera Utara
13 Medan Petisah
Petisah Tengah Sekip
Sei Putih Barat Sei Putih Tengah
Sei Putih Timur I Sei Putih Timur II
Sei Sikambing D 14
Medan Barat Kesawan
Silalas Glugur Kota
Pulo Brayan Kota Karang Berombak
Sei Agul 15
Medan Timur Gang Buntu
Perintis Sidodadi
Durian Gaharu
Glugur Darat I Glugur Darat II
Pulo Brayan Bengkel Pulo Brayan Bengkel Baru
Universitas Sumatera Utara
Pulo Brayan Darat I Pulo Brayan Darat II
16 Medan Perjuangan
Pandau Hilir Pahlawan
Sei Kera Hulu Sei Kerah Hilir I
Sei Kerah Hilir II Sidorame Barat I
Sidorame Barat II Sidorame Timur
Tegal Rejo 17
Medan Tembung Indra Kasih
Sidorejo Sidorejo Hilir
Bandar Selamat Bantan
Bantan Timur Tembung
18 Medan Deli
Tanjung Mulia Tanjung Mulia Hilir
Mabar Mabar Hilir
Universitas Sumatera Utara
Kota Bangun Titi Papan
19 Medan Labuhan
Besar Martubung
Sei Mati Pekan Labuhan
Nelayan Indah Tangkahan
20 Medan Marelan
Tanah Enam Ratus Paya Pasir
Labuhan Deli Rengas Pulau
Desa Terjun 21
Medan Belawan Belawan I
Belawan II Belawan Sicanang
Bagan Deli Belawan Bahari
Belawan Bahagia Adapun nama-nama Walikota yang pernah menjabat di kota Medan dari
masa berdirinya sampai sekarang adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
TABEL.2.2 TABEL NAMA WALIKOTA MEDAN SERTA PERIODE MENJABAT
SUMBER WEB : HTTP:WWW.ID.WIKIPEDIA.ORGWIKIKOTA_MEDAN
No. Nama Masa Jabatan
1 Daniel Mackay
1918-1931 2
J.M. Wesselink 1931-1935
3 G. Pitlo
1935-1938 4
C.E.E Kuntze 1938-1942
5 Shinichi Hayasaki
1942-1945 6
Luat Siregar 3 Oktober - 10 November 1945
7 M. Yusuf
10 November 1945 - Agustus 1947 8
Djaidin Purba 1 November 1947 - 12 Juli 1952
9 A.M Jalaluddin
12 Juli 1952 - 1 Desember 1954 10
Hadji Muda Siregar 6 Desember 1954 - 14 Juni 1958
11 Madja Purba
3 Juli 1958 - 28 Februari 1961 12
Basyrah Lubis 28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964
13 P.R Telaumbanua
30 Oktober 1964 - 28 Februari 1965
Universitas Sumatera Utara
14 Aminurrasyid
28 Agustus 1965 - 26 September 1966 15
Sjoerkani 26 September 1966 - 3 juli 1974
16 M. Saleh Arifin
3 Juli 1974 - 31 Maret 1980 17
Agus Salim Rangkuti 1 April 1980 - 31 maret 1990
18 Bachtiar Djafar
1 April 1990 - 31 maret 2000 19
Abdillah 1 April 2000 - 20 Agustus 2008
20 Afifudin Lubis Penjabat
20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009 21
Rahudman Harahap Penjabat 23 Juli 2009 - 16 Februari 2010 22
Syamsul Arifin penjabat 16 Februari 2010 - 25 Juli 2010
23 Rahudman Harahap
26 Juli 2010 - 14 Mei 2013 24
Dzulmi EldinPenjabat 15 Mei 2013 – 2014
25 Dzulmi Eldin
2014 – Sekarang Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera
Utara, kedudukan,fungsi dan peranan kota Medan cukup enting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, kota Medan
sering dijadikan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis
sebab berbatasan langsung dengan selat malaka dibagian utara, sehingga relatif
Universitas Sumatera Utara
dekat dengan kota-kota negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura, dan lain-lain.Demikian juga secara demografis kota Medan
diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini tidak lepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana pada tahun 2007
diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, kota Medan sangat potensial
berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional.
2.2.Kota Medan Secara Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar 265,10 km² atau 3.6dari keseluruhan wilaayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kotakabupaen lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara Geografis Kota Medan terletak pada
3º 30´- 3º 43´Lintang Utara dan 98º 35´-98º 44´ Bujur timur untuk itu Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5
meter diatas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut :
TABEL 2.3 TABEL BATAS WILAYAH KOTA MEDAN
SUMBER WEB : HTTP:WWW.ID.WIKIPEDIA.ORGWIKIKOTA_MEDAN
Sebelah Utara Selat Malaka
Sebelah Selatan Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Barat Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang
Secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli
Utara Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dn lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbabagi
kerjasama dan keitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Disamping itu sebagai daerah pinggir jalur pelayaran Selat malaka, Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan
perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri ekspor-impor . Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan
kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja perkembangan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis, 3 faktor sosial
ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkit satu dengan lainnya, yang secara stimulan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk
pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal Sepetember 1951, yang menentapkan luas Kota Medan menjadi 5.130
Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas
menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1973 Kota Medan kmudin mengalami pemekaran wilayah menjadi
26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam
Negeri Nmor 1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembngan terakhir erdasarkan
Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Suamtera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7
Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Perturan Pememrintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembal, dibagi atas 21 Kecamatan yang
mencakup 151 Kelurahan. Berdasarakan perkembangan administratif ini, Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis, dan secara ssial-
ekonomis akibat penanaman modal investasi . Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten
Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang Wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan
salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan
Sumber Daya Alam SDA , khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Kaenanya secara geografis Kota Medn didukung oleh daerah-daerah yang kaya
Universitas Sumatera Utara
Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi
ini menjadikan Kota Medan secara Ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkn, saling memperkuat
dengan daerahdaerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang terletak pada pinggiran jalur
pelayaran Selat Malaka maka Kota Medan memiliki posisi yang sangat strategis sebagai gerbang pintu masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik
perdagangan domestik maupun luar negeri ekpor-impor . Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub
pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota saat ini.
2.3.Kota Medan Secara Demografis
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar
dari pria, 1.010.174 jiwa 995.968 jiwa 0 jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedagkn penduduk tidak tetap diperkirakan
mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Kota medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk
terbesar. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan
berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Disisang hari jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah komuter. Sebagian besar penduduk Kota Medan
berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun masing-masing 41 dan 37 dari total penduduk .
Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, 15-59 tahun . Selanjutnya dilihat dari tingkat
pendidikan, rata-rata lama sekolah pnduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja
pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah
0,09 dan menjadi 0,63 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan
Tembung. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk teringgi ada
di kecamatan Medan Perjuangan , Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 9 tahun sedangkan bagi wanita
adalah 71 tahun.
TABEL 2.4 TABEL SENSUS JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN
SUMBER WEB : HTTP:WWW.ID.WIKIPEDIA.ORGWIKIKOTA_MEDAN
Tahun Jumlah Penduduk
Universitas Sumatera Utara
2001 1.926.052
2002 1.963.086
2003 1.993.060
2004 2.006.014
2005 2.036.018
2007 2.083.156
2008 2.102.105
2009 2.121.053
2010 2.109.339
2012 2.122.804
Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan suku- suku dari Tapanuli Batak, Mandailing, Karo . Di Kota Medan banyak pula
orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu Kota di Indonesia yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.
Keanekaragaman Etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah Mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di
sekitar Jl.Zainul arifin dikenal sebagai Kampung keling, yang merupakan daerah pemukiman org keturunan India.
Universitas Sumatera Utara
Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan
Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya bersal dari ras Timur lainnya.
Tabel 2.5. Tabel Persentase Penduduk Kota medan berdasarkan etnik
Sumber : 1930 dan 1980 : Usman Pelly; 1983, 2000: BPS SUMUT
Perbandingan etnik di kota Medan pada tahun 1930, 1980, 2000 Etnik
Tahun 1930 Tahun 1980
Tahun 2000
Jawa 24,89
29,41 30,03
Batak 2,93
14,11 20,93
Tionghoa 35,63
12,8 10,65
Mandailing 6,12
11,91 9,36
Minangkabau 7,29
10,93 8,6
Melayu 7,06
8,57 6,59
Karo 0,19
3,99 4,10
Aceh --
2,19 2,78
Sunda 1,58
1,90 --
Universitas Sumatera Utara
Lain-lain 14,31
4,13 3,95
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan “Batak” sebagai suku bangsa, total Simalungun 0,69, TapanuliToba 0,34, dan Nias 0,69 adalah
20,93
Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4 tahun sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148100
jiwa
[16
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mangacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
]
. Penduduk kota medan memiliki ciri majemuk meliputi unsur agama,
etnik, adat istiadat, dan keanekaragamandiversitas budaya. Hal ini memmunculkan karakter sebagian besar penduduk kota medan bersifat terbuka.
Secara demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu
keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor
perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingka kematian.
[16]
http:www.id.wikipedia.orgwikikota_medan
Universitas Sumatera Utara
rendah. Penurunan pada tingkkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola pikir akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga
disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan
pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah
tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung tidak mengalami banyak perubahan, kecuali adanya faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas, meingkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik Commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun
kematian sudah tidak banyak mengalami perubahan, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak berubah banyak, kecuali disebabkan faktor migrasi
dan urbanisasi.
2.4.Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal kota Medan telah memiliki keragaman suku etnik , dan agama . oleh
karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat beragam yang berdampak pada beragamnya nilai-nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan,
sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan
Universitas Sumatera Utara
moderenisasi , dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan.
Keragaman suku, tarian, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan
industi pariwisata di Kota Medan. Adanya keberagaman diversitas menuntut adanya pluralisme, pluralisme ini juga yang nantinya akan menjadi peredam
munculnya isu-isu primordialisme yang dapat menggangu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan kota
Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
2.5.Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan, dan ketertiban, agama, dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan, kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital
bagi masyarakat untuk medapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya
kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,
gender dan lokasi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan
Universitas Sumatera Utara
perbedaan perlakuan bagi seorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
2.5.1.Pekerjaan
Sebagai kota terbesar dipulau Sumatera dan di Selat Malaka, Penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha
Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan sektor perdagangan secara konsisten didominasi etnik Tionghoa
dan Minangkabau. Di bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang- orang Mandailing, sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan
tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.
TABEL 2.6. TABEL PERSENTASE KLASIFIKASI ETNIK BERDASARKAN BIDANG PEKERJAAN
SUMBER WEB : HTTP:WWW.ID.WIKIPEDIA.ORGWIKIKOTA_MEDAN
Komposisi Etnik Berdasarkan Okupasi Profesional Etnik
Pengacara Dokter
Notaris Wartawan
Aceh 2,6
3,9 --
3,7 Batak
13,2 15,9
18,5 8,5
Jawa 5,3
15,9 11,1
10,4 Karo
5,3 10
7,4 0,6
Universitas Sumatera Utara
Mandailing 23,6
14,1 14,8
18,3 Minang
36,8 20,6
29,7 37,7
Melayu 5,3
5,9 3,7
17,7 Sunda
-- --
3,7 10,4
Tionghoa --
14,7 7,4
1,2
2.5.2.Pola Pemukiman
Perluasan Kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok - kelompok etnik. Etnik Melayu yang merupakan penduduk asli kota,
banyak yang tinggal dipinggiran kota. Etnik Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup dibidang perdagangan, 75 dari mereka tinggal di sekitar
pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang
Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk
menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati[
17 ]
[17]
http:id.wikipedia.orgwikikota_medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN