antara pengkuan dengan realita ciri yang dimiliki oleh kelompok yang diakuinya. Begitu pula seterusnya akan terlihat suatu perbedaan dengan adanya
pengakuan yang terjadi dari setiap anggota kelompok yang mengakui etniknya berbeda dengan etnik yang lain. Dengan demikian maka letak batasan antara
satu etnik dan etnik lainnya merupakan suatu hal yang askriptif yang muncul antara anggota dari tiap-tiap etnik. Hal ini pula yang menyebabkan sering
terjadinya pergeseran batas sehingga banyak potensi masalah yang akan terus muncul seiring dengan semakin dinamisnya batasan yang ada antar tiap etnik.
3.3.1. Batas Etnik
Batas etnik sendiri bukanlah suatu hal yang sifatnya teritorial melainkan hal yang lebih luas maknanya. Batas etnik merupakan tapal batas yang dimiliki
oleh setiap kelompok etnik yang memisahkan wilayah etniknya dengan dunia luar. Batas etnik juga merupakan pagar pembatas yang memberikan proteksi dan
penegasan atas eksistensi etnik tersebut terhadap pengaruh dari dunia diluar etniknya. Adapun bentuk proteksi itu sendiri bergantung pada eksistensi dari
masing – masing anggota kelompok etnik tersebut dalam mempertahankan segala sesuatu yang ada di dalam wilayah yang dibatasi. Sedangkan penegasan
sendiri akan terlihat dari bagaimana proses pencitraan yang dilakukan oleh anggota kelompok etnik tersebut dalam mencitrakan diri dan kelompok
etniknya. Hal ini selaras dengan pendapat Fredrik barth dalam bukunya “kelompok etnik dan batasannya” , barth yang menyatakan bahwasanya batas
etnik bukanlah suatu hal yang hanya mengacu pada sifat demografi melainkan sifat-sifat budaya yang ada di dalamnya. Batas-batas itu adalah batas-batas
Universitas Sumatera Utara
kelompok etnik yang ditekankan kepada batas-batas yang sifatnya sosial, walaupun tidak menutup pula untuk mengkaitkannya dengan batas wilayah
[26
Batas ini muncul ketika dalam interaksi sebuah kelompok etnik ingin mempertahankan identitasnya, sehingga memerlukan batas-batas dimana batas-
batas tersebut berfungsi untuk membuat kriteria bagi penentuan keanggotaan seseorang atau kelompok dalam kelompok etniknya. Jadi kelompok etnik bukan
semata-mata ditentukan oleh wilayah yang menjadi posisinya, tetapi oleh berbagai macam cara yang digunakan untuk mempertahankannya, dan dilakukan
dengan cara pengungkapan dan pengukuhan yang sifatnya terus-menerus, dan dapat dipelajari, berbentuk semacam nilai atau norma yang menjadi aturan
kesepakatan yang diakui dan dilaksanakan bersama anggota kelompok etnik tersebut. Usaha pelestarian batas etnik ada dalam situasi kontak sosial diantara
orang-orang yang mempunyai budaya yang berbeda karena kelompok etnik yang dikenal sebagai unit kebudayaan memperlihatkan perilaku yang berbeda
sehingga menimbulkan suatu perbedaan budaya. Dalam situasi kontak sosial tersebut, diharapkan perbedaan-perbedaan budaya itu dapat dikurangi karena
interaksi memerlukan kesatuan tanda dan nilai, atau budaya umum yang menjadi kesepakatan bersama diantara mereka. Sehingga kemudian selain kelompok-
kelompok etnik tersebut menetapkan kriteria untuk mengidentifikasikan batas- batas etnik, dalam interaksi terbentuk suatu struktur yang juga menetapkan
perbedaan-perbedaan budaya. Menurut Barth, sifat tatanan struktur ini haruslah bersifat umum bagi semua hubungan etnik, dan merupakan seperangkat aturan
yang sistematis untuk mengatur kontak sosial antar etnik. Pada akhirnya struktur
]
.
[26]
.
Prasetijo,Adi.Kelompok Etnik dan Batasannya: Tatanan Sosial dari Perbedaan Kebudayaan,Ethnic Group and Boundaries,ed.Fredrik Barth.Jakarta:UI – Press,1988
Universitas Sumatera Utara
interaksi yang ada dalam hubungan etnik akan menghasilkan suatu pola hubungan antar etnik yang bersifat mapan atau stabil. Struktur interaksi diartikan
Barth sebagai perangkat ketentuan yang mengatur cara berhubungan dan memungkinkan adanya hubungan di beberapa bidang kegiatan, serta perangkat
ketentuan tentang situasi sosial yang melarang adanya interaksi antar etnik di sektor lain. Semua kondisi ini akan mencegah terjadinya konfrontasi dan
modifikasi budaya yang telah ada.
3.3.2. Identitas Etnik