Interaksi Antar Etnik Etnik dan Kelompok Etnik

stereotipe, jarak sosial, dan diskriminasi kepada individu atau kelompok etnik lain. Semakin kuat identitas suatu etnik akan diikuti oleh sikap etnosentrisme yang dapat menyebabkan munculnya prasangka antara etnik yang satu terhadap etnik yang lain. Berdasarkan pembahasan tersebut maka dapat dipahami bahwasanya identitas etnik akan terbentuk apabila adanya persamaan antara satu individu dengan individu lainnya, dimana persamaan – persamaan tersebut tidak akan pernah ada tanpa adanya interaksi antar individu. Sama halnya dengan persamaaan yang memunculkan identitas etnik maka begitu pula dengan hal yang membedakan antar identitas etnik yang juga hanya akan diperoleh melalui interaksi, baik antar individu ataupun interaksi antar etnik.

3.3.3. Interaksi Antar Etnik

Interaksi merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan pada norma dan nilai yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Adanya nilai dan norma yang berlaku, maka interaksi itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilai-nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Namun jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masing-masing, maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam konteks interaksi antar etnik nilai dan norma yang menjadi acuan penting dalam interaksi, diperoleh karena adanya persamaan. Persamaan- persamaan ini yang kemudian memunculkan hal yang dijadikan acuan dalam menilai dan menentukan norma didalam suatu etnik. Akan tetapi nilai dan norma Universitas Sumatera Utara yang muncul karena didasari persamaan maka tidak akan bisa dikatakan sebagai nilai dan norma yang dijadikan acuan dalam menilai lagi jika berada diluar batas etnik tersebut, hal ini disebabkan adanya perbedaan antara hal yang berada dalam wilayah etnik dengan hal yang berada diluar wilayah etnik tersebut. Oleh karena itu perbatasan antara persamaan dan perbedaan ini yang kemudian memunculkan hal yang disebut dengan etnosentrisme. Etnosentrisme sendiri merupakan sisi dalam wilayah etnik sedangkan stereotipe merupakan sisi luar dari wilayah etnik tersebut. Apabila suatu kelompok etnik ataupun individu dari kelompok etnik tersebut melakukan interaksi dengan hal yang berada diluar wilayah etniknya maka hal ini yang kemudian memunculkan suatu konsekuensi logis yang dinamakan prasangka. Prasangka ini yang kemudian dapat memicu terjadinya konflik. Dimana konflik itu sendiri didasari oleh perbedaan antara etnik ataupun individu tersebut dengan etnik ataupun individu lainnya. Oleh karena itu Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial tanpa adanya komunikasi ataupun interaksi maka tidak mungkin ada kehidupan bersama beliau juga menyatakan bahwa interaksi hanya dapat terbentuk apabila memiliki dua syarat, yakni harus ada komunikasi dan kontak sosial. a. Kontak Sosial Kontak sosial secara harfiah berasal dari kata “kontak” Inggris: “contact berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama dan tangere yang artinya menyentuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama Universitas Sumatera Utara menyentuh. Dalam pengertian sosiologi, secara definitif kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi atau hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya bicara melalui telepon, radio, atau surat elektronik. Oleh karena itu, hubungan fisik tidak menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial memiliki sifat-sifat berikut, kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik. Terakhir kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. kontak sosial primer terjadi apabila para peserta interaksi bertemu muka secara langsung. Sementara itu, kontak sekunder terjadi apabila interaksi berlangsung melalui suatu perantara. b. Komunikasi Komunikasi, hal ini merupakan syarat selanjutnya agar terjadinya interaksi. Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku pembicaraan, gerakan-gerakan fisik, atau sikap dan perasaan-perasaan yang disampaikan. Ada lima unsur pokok dalam komunikasi yaitu sebagai berikut: 1. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain. 2. Komunikan, yaitu orang atau sekelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan. Universitas Sumatera Utara 3. Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator. Pesan dapat berupa informasi, instruksi, dan perasaan. 4. Media, yaitu alat untuk menyampaikan pesan. Media komunikasi dapat berupa lisan, tulisan, gambar, dan film. 5. Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan, setelah mendapatkan pesan dari komunikator. Berdasarkan atas lima unsur inilah kemudian terjadilah proses komunikasi, yang didalam setiap prosesnya tedapat tiga tahapan penting. Ketiga tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Encoding, pada tahap ini, gagasan atau program yang akan dikomunikasikan diwujudkan dalam kalimat atau gambar, dan dalam tahap ini pula komunikator harus memilih kata, istilah, kalimat dan gambar yang mudah dipahami oleh komunikan. komunikator juga harus menghindari penggunaan kode-kode yang membingungkan komunikan. 2. Penyampaian, dimana pada tahap ini istilah atau gagasan yang sudah diwujudkan dalam bentuk kalimat dan gambar disampaikan. Penyampaian dapat berupa lisan, tulisan, dan gabungan dari keduanya. 3. Decoding, tahap ini merupakan tahap penting terakhir dalam proses komunikasi, dimana pada tahap ini dilakukanlah proses mencerna dan memahami kalimat serta gambar yang diterima menurut pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu berdasarkan uraian mengenai interaksi dan syarat interaksi, maka secara langsung dapat dipahami bahwa tidak hanya dengan Universitas Sumatera Utara syarat saja interaksi dapat terjadi, namun adanya faktor yang menjadi latar belakang terjadinya interaksi barulah interaksi dapat terjadi. Adapun faktor penyebab terjadinya interaksi adalah: 1. Imitasi atau meniru, imitasi atau meniru adalah suatu proses kognisi untuk melakukan tindakan maupun aksi seperti yang dilakukan oleh model dengan melibatkan alat indera sebagai penerima rangsang dan pemasangan kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik. Proses ini melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi karena tidak hanya melibatkan bahasa namun juga pemahaman terhadap pemikiran orang lain. Imitasi saat ini dipelajari dari berbagai sudut pandang ilmu seperti psikologi, neurologi, kognitif, kecerdasan buatan, bahkan hingga kepada studi mengenai hewan animal study, antropologi, ekonomi, sosiologi dan filsafat. Hal ini berkaitan dengan fungsi imitasi pada pembelajaran terutama pada anak, maupun kemampuan manusia untuk berinteraksi secara sosial sampai dengan penurunan budaya pada generasi selanjutnya. 2. Identifikasi, identifikasi adalah pemberian tanda-tanda pada golongan barang-barang atau sesuatu. Hal ini perlu, oleh karena tugas identifikasi ialah membedakan suatu hal dengan hal lainnya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan. Dengan identifikasi barulah suatu hal itu dapat dikenal dan diketahui masuk dalam golongan mana. Cara pemberian tanda pengenal pada hal, barang atau bahan Universitas Sumatera Utara bermacam-macam antara lain dengan menggantungkan kartu pengenal, seperti halnya orang yang akan pesawat, tasnya akan diberi tanpa pengenal pemilik agar nanti dapat dikenali dengan mudah. 3. Sugesti, sugesti adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional. 4. Motivasi , motivasi merupakan rangsangan pengaruh, stimulus yang diberikan antar masyarakat, sehingga orang yang diberi motivasimenuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab . Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa, misalnya dari seorang ayah kepada anak, seorang guru kepada siswa. 5. Simpati,simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain hingga mampu merasakan perasaan orang lain tersebut. 6. Empati , empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata hanya mengenai permasalahan hati, keinginan dan kondisi perasaan kejiwaan dari orang tersebut saja. Empati juga dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat intensdalam. Interaksi yang terbangun antara suatu individu atau pun kelompok etnik dengan individu ataupun kelompok etnik diluar etniknya maka hal ini menentukan struktur nilai dan norma baru yang muncul, dimana interaksi yang terbangun itu harus berdasarkan atas suatu komunikasi yang terjadi di antara Universitas Sumatera Utara keduanya. interaksi ini pula yang kemudian akan menciptakan dinamika perubahan dan perkembangan suatuetnik. Perubahan itu sendiri merupakan hal mutlak yang menjadi suatu konsekuensi dari sebuah interaksi yang terbangun, akan tetapi perkembangan sendiri masih belum pasti, sebab hal ini masih bergantung pada tahapan ataupun tingkatan dari interaksi yang terbangun. Tingkatan ataupun tahapan ini merupakan kunci penentu dari struktur nilai dan norma yang nantinya akan dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukn batasan antar tiap tiap etnik yang berbeda. Hal ini pula yang nantinya akan menentukan baik buruknya interaksi yang terbangun antara dua etnik yang berbeda.

3.4. Etnik Tionghoa