BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Identitas merupakan suatu hal yang merepresentasikan pola prilaku, pola sikap, dan sifat seseorang. Melalui hal ini pula nantinya dapat terlihat asal usul
etnik orang tersebut, tergolong dalam kelompok etnik mana orang tersebut. Akan tetapi identitas ini sendiri hanya dapat terlihat jika adanya sebuah bentuk
interaksi. Bahkan tidak jarang banyaknya identitas yang saling berinteraksi dan berhubungan menjadi pemicu munculnya beragam proses sosial, salah satunya
asimilasi yang menghasilkan sebuah identitas baru. Dalam hal Tionghoa peranakan yang menyebabkan munculnya kelompok peranakan dikalangan etnik
Tionghoa disebabkan adanya interaksi yang dilakukan oleh Etnik Tionghoa itu sendiri. Wujud interaksi tersebut terjadi demi memenuhi kebutuhannya baik
secara fisiologis, psikologis, ataupun sosiologis. Hal ini yang kemudian menjadi faktor utama yang mendorong mereka untuk melakukan asimilasi. Asimilasi
inilah yang kemudian menghasilkan berbagai macam dampak sosial kultur, salah satunya ialah identitas. Hal ini pula yang kemudian menjadikan Tionghoa
peranakan itu muncul. Identitas baru ini yang kemudian didalamnya terdapat banyak
permasalahan. Permasalahan – permasalahan dapat terjadi dikarenakan pengakuan akan identitas baru tersebut tidak diperoleh, hal ini disebabkan
adanya anggapan bahwa identitas baru sebagai sebuah aib dan kegagalan dari satuan terkecil masyarakat yang tidak mampu menjaga apa yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
batasan – batasan sosialnya. Batas – batas sosial ini yang kemudian memunculkan dilema tersendiri bagi mereka yang merupakan perwujudan dari
asimilasi itu sendiri. Sebab ketidak jelasan batas – batas sosial ini yang menyebabkan individu yang merupakan bentukan dari asimilasi sulit untuk
menentukan batas – batas sosialnya sebab tidak jarang terdapat batasan batasan yang bertolak belakang jika keduanya disatukan. hal ini yang membuat individu
tersebut cenderung melakukan tindakan preventif guna menghindari efek yang akan timbul jika terjadi gesekan antara dua kelompok sosial. Tindakan preventif
yang dapat dilakukan individu tersebut ada dua macam, yakni melakukan pengkaburan identitasnya sebagai bentukan asimilasi, atau memanfaatkan
keuntungan dua identitas yang bisa dimilikinya. Dua tindakan preventif yang jadi pilihan inilah yang menjadi penyebab
munculnya dilema identitas dari dalam diri individu tersebut. Posisinya yang berada di tengah- tengah ketidak jelasan pagar pembatas dua identitas
menyebabkan ia akan lebih sering mengalami berbagai bentuk tindakan diskriminatif jika dua kelompok identitas ini saling bergesekan. Tindakan
diskriminatif itu sendiri merupakan buah dari etnisitas yang mengakar kuat di tiap – tiap anggota kelompok tersebut, atau lebih dikenal dengan istilah
etnosentrisme. Etnosentrisme inilah yang mendorong individu yang berbeda secara sosial kultur untuk cenderung bersikap antipati bahkan cenderung
menegasikan individu yang berada diluar kelompoknya. Sikap antipati dan penegasian ini yang kemudian memunculkan prasangka dan stereotipe tertentu
bagi kelompoknya dan terhadap kelompok orang lain yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
munculnya berbagai tindakan saling mendiskriminasi antara satu dengan yang lain.
Akan tetapi posisi tengah yang dimiliki oleh individu yang merupakan bentukan asimilasi juga kan memberikan keuntungan tersendiri. Sebab secara
sosial posisinya yang berada ditengah tengah akan memberikan ia ruang tersendiri guna melihat dua aspek dan nilai dari masing masing kelompok.
Sehingga nantinya ia memiliki peran sebagai seorang mediator yang dapat menengahi dua kelompok tersebut sebab dirinya merupakan representatif dari
masing masing kelompok. Khusus untuk fenomena Tionghoa peranakan yang muncul sebagai
perwujudan dari interaksi sosial etnik Tionghoa dalam memenuhi kebutuhannya. Ternyata posisi tengah tidak memberikan pilihan peran apapun pada mereka,
sebab etnisitas yang dimiliki etnik Tionghoa cukup kuat sehingga etnosentrisme menyebabkan identitas yang dimiliki Tionghoa peranakan dianggap sebagai
sebuah aib dan kegagalan dari satuan terkecil masyarakat keluarga Tionghoa yang tidak mampu menjaga apa yang menjadi batasan – batasan sosialnya.
Anggapan mengenai hal ini pula yang mengakibatkan timbulnya gap ruang yang didalamnya diisi dengan berbagai prasangka dan stereotipe sehingga gap
tersebut berujung pada pengelompokan antara Totok dengan peranakan. Pengelompokan yang terjadi ini mengakibatkan munculnya tindakan
diskriminatif yang dilakukan oleh Tionghoa totok terhadap Tionghoa peranakan. Muncul, kemudian berkelompok karena adanya penolakan dan beragam
tindakan diskriminatif dari trah yang semestinya dimiliki memberikan tekanan
Universitas Sumatera Utara
psikologis yang berujung pada traumatik secara sosial. Traumatik ini yang kemudian mengakibatkan munculnya sebuah rasa takut ketika harus
memberikan pengakuan akan asal usul identitasnya. Keengganan ini memaksa peranakan untuk cenderung memilih tindakan preventif dengan cara
pengkaburan identitas atau mengalienasikan diri agar terhindar dari tindakan diskriminatif kelompok Tionghoa totok. Bentuk pengkaburan dan alienasi yang
dilakukan dengan cara pemanfaatan trah lain yang dimilikinya. Pengakuan akan trah diluar ketionghoaanya ternyata juga tidak berjalan sesuai dengan
pengharapan sebab tidak sedikit bagi mereka yang secara fisik tidak dapat melakukan pengkaburan identitas ketionghoaanya. Namun bagi mereka yang
bisa melakukan pengkaburan identitas ketionghoaanya ternyata memunculkan dilema dikalangannya sebab mereka harus menutupi identitasnya dengan resiko
jika ada yang mengetahui identitas ketionghoaanya maka tindakan diskriminatif pun tak akan mampu dielakkan. Tindakan diskriminatif yang diterima hanya
sebab asal usul ketionghoaanya ini langsung menegasikan trah yang dimilikinya sebagai bagian dari kelompok.
Oleh karena itu Proses identifikasi bagi keturunan Tionghoa peranakan akan cenderung mengarah pada trah diluar aspek ketionghoaanya, sehingga hal
ini yang menyebabkan tidak sedikit dari mereka akan menanggalkan identitas ketionghoaanya serta menanggalkan segala bentuk aspek nilai dan aspek budaya
Tionghoa. Hal ini cukup merugikan sebab jika pelestarian dapat dilakukan melalui toleransi antara dua trah terhadap golongan peranakan tentunya akan
menguntungkan bagi mereka sebab potensi untuk memperluas kelompok mereka terbuka luas dengan peran peranakan yang menjadi mediator antar keduanya.
Universitas Sumatera Utara
5.2.Saran
Pihak pemangku kebijakan khususnya pihak yang berkaitan langsung aspek sosial hendaknya menciptakan ruang - ruang yang menjadi tempat
berinteraksi bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali, memanfaatkan setiap organisasi kemasyarakatan yang bersifat primordial untuk ikut dalam
proses tersebut. Menghapuskan segala bentuk kebijakan yang bersifat rasial dan diskriminatif terhadap salah satu kelompok etnik. Sehingga ruang – ruang
tersebut nantinya akan menjadi wadah untuk menghilangkan stigma - stigma negatif serta menghapuskan segala bentuk klasifikasi mayarakat yang pada
dasarnya hanya merupakan peninggalan era kolonial yang harusnya tidak lagi dipergunakan, sebab hanya memberikan efek yang akan merugikan. Serta
memberikan porsi yang sama kepada semua etnik ketika berurusan dengan birokrasi terkait dengan status kependudukannya.
Pihak penyelenggara pendidikan hendaknya memberikan pengajaran dan wadah yang mampu menumbuhkan rasa nasionalisme dan kebangasaan dalam
setiap prosesnya kepada generasi muda yang kelak menjadi penerus kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga hal ini akan menumbuhkan sikap toleransi
antar etnik dalam kehidupannya. Sikap inilah yang akan memberikan keuntungan dengan semakin meluasnya hubungan yang terbangun maka
semakin berkembang pula budaya yang akan mendorong maju aspek kehidupan lainnya.
Selain itu diperlukannya tindakan tegas dari para pemangku kebijakan khususnya dibidang hukam dan keamanan. Penegak hukum dituntut tidak tebang
Universitas Sumatera Utara
pilih dan bersikap netral dalam menyikapi setiap permasalahan yang terjadi khususnya permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan antar etnik. Hal ini
berguna dalam menjaga stabilitas keamanan, karena dengan begitu setiap tindakan yang berbau rasisme akan berkurang sehingga dapat memperoleh
kehidupan yang aman dan nyaman. Naskah – naskah akademik baik itu skripsi, artikel atau tulisan mengenai
studi kasus identitas etnik Tionghoa peranakan agar bisa dijadikan sebagai alat untuk menampah input dalam mengatasi permasalahan kependudukan
khususnya masalah kehidupan antar etnik dan identitas etnik itu sendiri. sehingga semua penelitian yang terkait dengan hal tersebut dapat dijadikan
referensi oleh pihak terkait yang memiliki kepentingan dan berwenang dalam mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN