14
BAB II LANDASAN TEORI
A.   STUDENT ENGAGEMENT 1.  Definisi Student Engagement
Menurut  National  Research  Council  dan  Institute  of  Medicine  2004, dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang
pertama  adalah  perilaku,  yang  tediri  dari  ketekunan,  usaha,  perhatian,  mengikuti kelas  yang  menantang.  Selanjutnya,  yang  kedua  adalah  emosi,  yang  terdiri  dari
ketertarikan,  rasa  bangga  dalam  keberhasilan,  dan  yang  ketiga  adalah  kognitif yang  terdiri  dari    evaluasi  dalam  belajar dan  regulasi  diri  siswa.  Definisi  student
engagement terdiri  dari  komponen  psikologis  yang  berkaitan  dengan  rasa
memiliki  siswa  kepada  sekolah,  penerimaan  aturan  yang  ada  di  sekolah,  dan komponen  perilaku  yang  berkaitan  dengan  partisipasi  dalam  kegiatan  sekolah
Finn, 1993. Banyak  defenisi  student  engagement,  diantaranya  menurut  Kuh  dalam
Trowler, 2010 yang menyatakan bahwa student engagement adalah berpartisipasi secara efektif dalam praktek pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas yang
mengarah  ke  berbagai  hasil  yang  terukur    dan  sejauh  mana  siswa  terlibat  dalam kegiatan  di  sekolah.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  student  engagement
dihubungkan  dengan  hasil  belajar  yang  baik  Trowler,  2010.  Menurut  Appleton dalam Trowler, 2010 student engagement adalah sejauh mana siswa termotivasi
dan  berkomitmen  untuk  belajar,  menunjukkan  perilaku  dan  sikap  positif,  dan
Universitas Sumatera Utara
memiliki  hubungan  baik  dengan  guru,  teman  sebaya,  serta  adanya  dukungan orang tua dalam pembelajaran.
Siswa  yang  tinggi  dalam  student  engagement  akan  beraprtisipasi  dalam kegiatan  belajar,  memiliki  emosional  yang  positif,  dan  mereka  dapat  bertahan
dalam  menghadapi  tantangan  Connell,  1990  dan  Connell    Wellborn,  1991. Sebaliknya, siswa yang rendah pada student engagement akan menjadi pasif, tidak
berusaha keras, bosan, mudah menyerah, dan menampilkan emosi negatif, seperti marah, menyalahkan, dan penolakan Skinner  Belmont, 1993.
Fredricks    2004  menyebutkan  bahwa  student  engagement  berkaitan dengan hasil akademik yang positif,  termasuk prestasi dan ketekunan di sekolah.
Hal  itu  akan  meningkat  dengan  dukungan  dari  guru  serta  rekan-rekan  di  kelas, tantangan  sebuah  tugas,  peluang  untuk  mengambil  pilihan,  dan  struktur  yang
memadai. Komponen psikologis affective menekankan pada rasa memiliki siswa atau keterikatan ke sekolah, yang ada hubungannya dengan perasaan diterima dan
dihargai oleh rekan-rekan mereka, dan oleh orang lain di sekolah mereka Willms, 2007.  Saat  ini  student  engagement  telah  berperan  dalam  upaya  memperbaiki
rendahnya  tingkat  prestasi  akademik,  mengatasi  tingginya  tingkat  kebosanan siswa  dan  ketidakpuasan  siswa  di  sekolah,  serta  mengatasi  angka  putus  sekolah
yang  tinggi  di  daerah  perkotaan  National  Research  Council    Institute  of Medicine, 2004.
Berdasarkan  uraian  di  atas,  maka  defenisi  student  engagement  adalah sejauh  mana  siswa  dapat  mengatur  dirinya  dan  memberikan  usaha  yang  efektif
dalam  belajar  sehinngga  memiliki  evaluasi  belajar  yang  baik,  bagaimana  siswa
Universitas Sumatera Utara
dapat mengidentifikasi sekolahnya, merasa terikat, serta memiliki hubungan yang baik  dengan  guru,  teman  sebaya,  dan  ada  dukungan  orang  tua  dalam
pembelajaran.
2.  Aspek Student Engagement