Saran metodologis Aspek Student Engagement Faktor yang Mempengaruhi Student Engagement

46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini dilanjutkan dengan saran-saran yang dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama. A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada SMA Sultan Iskandar Muda Medan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Student engagement siswa SMA Sultan Iskandar Muda Medan secara umum tergolong dalam kategori tinggi. 2. Berdasarkan jenis kelamin, student engagement pada perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki. 3. Berdasarkan kategorisasi tingkat kelas, student engagement tergolong tinggi pada kelas 12, diikuti kelas 11 dan yang terakhir kelas 10.

B. SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, penulis ingin mengemukakan beberapa saran :

1. Saran metodologis

Bagi pihak-pihak yang berminat dengan penelitian sejenis atau untuk mengembangkan penelitian lebih jauh hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: a. Untuk penelitian selanjutnya dengan topik yang sama, diharapkan peneliti memperbanyak jumlah subjek penelitian dan tersebar rata pada Universitas Sumatera Utara masing-masing tingkat kelas, sehingga secara keseluruhan variabel penelitian dapat tergambarkan dalam satu sekolah. Pada penelitian ini jumlah subjek penelitian yang diperoleh terbatas dan tidak merata dalam setiap tingkat kelas dikarenakan adanya keterbatasan di lapangan. b. Untuk penelitian selanjutnya dengan variabel yang sama yaitu student engagement , peneliti bisa mengaitkannya dengan variabel lain seperti tingkat prestasi, karena terdapat salah satu aspek student enagegement yang bisa berkaitan dengan tingkat prestasi yaitu aspek kognitif.

2. Saran praktis

a. Kepada siswa-siswi SMA di sekolah bermuatan pendidikan multikultural Sultan Iskandar Muda, hendaknya mempertahankan dan meningkatkan student engagement sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik dengan cara aktif dalam kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah, memiliki semangat yang tinggi dalam kegiatan belajar, serta mematuhi peraturan yang dibuat oleh sekolah. b. Kepada tenaga profesional di sekolah guru diharapkan ikut turut serta membantu siswai dalam menumbuhkan dan mempertahankan student engagement di sekolah SMA Sultan Iskandar Muda melalui pendekatan-pendekatan kepada setiap siswa, guru dapat bersikap adil artinya memberikan pelayanan yang sama terhadap setiap siswa walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, serta meningkatkan kepedulian terhadap siswa dalam kegiatan belajar Universitas Sumatera Utara mengajar sehingga nantinya bisa membuat siswa merasa nyaman dan engaged terhadap sekolahnya terutama pada siswa kelas 10, karena berdasarkan hasil penelitian ini tingkat student engagement paling rendah berada di kelas 10. Tenaga pengajar diharapkan memberikan perhatian lebih kepada mereka, sehingga kedepannya siswa sudah memiliki tingkat student engagement yang tinggi dari kelas 10. Universitas Sumatera Utara 14

BAB II LANDASAN TEORI

A. STUDENT ENGAGEMENT 1. Definisi Student Engagement

Menurut National Research Council dan Institute of Medicine 2004, dalam ruang lingkup sekolah konsep engagement meliputi beberapa bagian, yang pertama adalah perilaku, yang tediri dari ketekunan, usaha, perhatian, mengikuti kelas yang menantang. Selanjutnya, yang kedua adalah emosi, yang terdiri dari ketertarikan, rasa bangga dalam keberhasilan, dan yang ketiga adalah kognitif yang terdiri dari evaluasi dalam belajar dan regulasi diri siswa. Definisi student engagement terdiri dari komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa memiliki siswa kepada sekolah, penerimaan aturan yang ada di sekolah, dan komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan sekolah Finn, 1993. Banyak defenisi student engagement, diantaranya menurut Kuh dalam Trowler, 2010 yang menyatakan bahwa student engagement adalah berpartisipasi secara efektif dalam praktek pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas yang mengarah ke berbagai hasil yang terukur dan sejauh mana siswa terlibat dalam kegiatan di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa student engagement dihubungkan dengan hasil belajar yang baik Trowler, 2010. Menurut Appleton dalam Trowler, 2010 student engagement adalah sejauh mana siswa termotivasi dan berkomitmen untuk belajar, menunjukkan perilaku dan sikap positif, dan Universitas Sumatera Utara memiliki hubungan baik dengan guru, teman sebaya, serta adanya dukungan orang tua dalam pembelajaran. Siswa yang tinggi dalam student engagement akan beraprtisipasi dalam kegiatan belajar, memiliki emosional yang positif, dan mereka dapat bertahan dalam menghadapi tantangan Connell, 1990 dan Connell Wellborn, 1991. Sebaliknya, siswa yang rendah pada student engagement akan menjadi pasif, tidak berusaha keras, bosan, mudah menyerah, dan menampilkan emosi negatif, seperti marah, menyalahkan, dan penolakan Skinner Belmont, 1993. Fredricks 2004 menyebutkan bahwa student engagement berkaitan dengan hasil akademik yang positif, termasuk prestasi dan ketekunan di sekolah. Hal itu akan meningkat dengan dukungan dari guru serta rekan-rekan di kelas, tantangan sebuah tugas, peluang untuk mengambil pilihan, dan struktur yang memadai. Komponen psikologis affective menekankan pada rasa memiliki siswa atau keterikatan ke sekolah, yang ada hubungannya dengan perasaan diterima dan dihargai oleh rekan-rekan mereka, dan oleh orang lain di sekolah mereka Willms, 2007. Saat ini student engagement telah berperan dalam upaya memperbaiki rendahnya tingkat prestasi akademik, mengatasi tingginya tingkat kebosanan siswa dan ketidakpuasan siswa di sekolah, serta mengatasi angka putus sekolah yang tinggi di daerah perkotaan National Research Council Institute of Medicine, 2004. Berdasarkan uraian di atas, maka defenisi student engagement adalah sejauh mana siswa dapat mengatur dirinya dan memberikan usaha yang efektif dalam belajar sehinngga memiliki evaluasi belajar yang baik, bagaimana siswa Universitas Sumatera Utara dapat mengidentifikasi sekolahnya, merasa terikat, serta memiliki hubungan yang baik dengan guru, teman sebaya, dan ada dukungan orang tua dalam pembelajaran.

2. Aspek Student Engagement

Appleton dalam Doll, 2010 menyatakan bahwa aspek dari student engagement adalah kognitif dan afektif, yaitu : a. Cognitive Engagement Aspek ini merujuk pada keadaan yang lebih internal, seperti regulasi diri siswa, usaha yang dilakukan dalam mengerjakan pekerjaan sekolah, hasil yang diperoleh dalam belajar, serta tujuan pribadi dan otonomi. Aspek kognitif ini terdiri dari 3 sub indikator, yaitu kontrol dan relevansi tugas sekolah, harapan dan tujuan siswa di masa mendatang, dan motivasi intrinsik siswa Doll, 2010. b. Affective Engagement Aspek ini merujuk pada sejauh mana siswa berinteraksi dengan guru dan teman-temannya dalam lingkungan sekolah, serta siswa memiliki rasa memiliki dengan sekolah dan menjadi bagian dari sekolah. Aspek afektif ini terdiri dari 3 sub indikator, yaitu hubungan antara guru-siswa, dukungan teman sebaya dalam belajar, dan dukungan keluarga dalam belajar Doll, 2010.

3. Faktor yang Mempengaruhi Student Engagement

Fredricks 2004, membagi faktor-faktor yang mempengaruhi student engagement menjadi 2 faktor besar yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Faktor eksternal lingkungan Faktor eksternal atau faktor lingkungan mencakup tingkat sekolah dan konteks kelas. Tingkat sekolah menggambarkan apa dasar siswa memilih sekolah tersebut, siswa memiliki tujuan yang jelas, ukuran sekolah, partisipasi siswa dalam kebijakan dan manajemen sekolah, kesempatan bagi staf dan mahasiswa untuk terlibat dalam upaya yang kooperatif, serta tugas akademik yang memungkinkan untuk pengembangan diri. Dalam faktor konteks kelas mencakup dukungan dari guru di dalam kelas, teman-teman, struktur kelas, tingkatan kelas, dan karakteristik tugas yang diberikan. b. Faktor internal Faktor internal mencakup kebutuhan individu yang berisi tentang kebutuhan untuk keterkaitan, kebutuhan untuk otonomi, kebutuhan untuk berkompetensi.

B. PENDIDIKAN MULTIKULTURAL 1. Defenisi Pendidikan Multikultural

Menurut Banks 2010 Pendidikan multikultural mencakup tiga hal yaitu ide atau konsep, gerakan pembaharuan pendidikan, dan proses. Pendidikan multikultural mengandung ide bahwa semua siswa terlepas dari perbedaan jenis kelamin, kelas sosial, karakteristik etnis, ras, atau budaya dan harus memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah. Sedangkan menurut Gollnick Chinn 2013, pendidikan multikultural merupakan suatu konsep yang mengakui pentingya perbedaan di dalam kehidupan peserta didik serta mendorong kesetaraan dan keadilan dalam pendidikan. Budaya Universitas Sumatera Utara dari setiap individu mempengaruhi keseluruhan hidup individu tersebut. Budaya mendefenisikan siapa manusia. Menurut Gumono 2011 budaya mempengaruhi bagaimana individu makan, berpakaian, berbicara, berpikir, dan lain sebagainya. Di dalam konteks pendidikan, siswa berasal dari budaya yang berbeda-beda. Tidak semua siswa dapat diajari dengan cara yang sama. Guru perlu menyadari bahwa budaya dari setiap siswa akan mempengaruhi bagaimana mereka belajar, dan setiap siswa memiliki perbedaan kebutuhan, kemampuan dan pengalaman.

2. Dimensi Pendidikan Multikultural