Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur Infrastructure Leakage IndexILI

Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan Penanganan Data. Komponen Konsumsi Tak Resmi dianggap adanya pemakaian ilegal. Komponen Ketidakakuratan Meter Pelanggan adalah sebesar 2,87 m 3 tahun. Kehilangan Air Fisik terdiri atas Kebocoran pada Pipa Distribusi dan Transmisi, Kebocoran dan Luapan dari Tangki-Tangki Penyimpanan Perusahaan Air Minum diabaikan. Berdasarkan Tabel 4.5, kehilangan air fisik disini merupakan kehilangan yang terjadi di wilayah Kompleks Graha Sunggal hingga sambungan ke pelanggan, yaitu sebesar 3.024,25 m 3 tahun. Umumnya, besar kehilangan air fisik dapat disebabkan oleh infrastruktur yang sudah tua, perpipaan yang kurang baik, dan kurangnya pemeliharaan. Berdasarkan keadaan di lapangan, tidak ditemukan kebocoran semburan yang terlihat di wilayah penelitian. Peluang kehilangan air fisik disini, dapat terjadi oleh adanya kebocoran yang tidak terlapor background leakage. Selain itu, terjadinya faktor-faktor lain, seperti kesalahan penanganan data data handling errors, dan adanya konsumsi tak resmi yang merupakan komponen kehilangan air non-fisik juga mempengaruhi besarnya kehilangan air fisik di wilayah ini.

4.2.3 Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur Infrastructure Leakage IndexILI

Indeks Kebocoran Infrastruktur ILI bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kategori kehilangan air fisik di suatu wilayah. Saat ini ILI semakin banyak digunakan oleh perusahaan di seluruh dunia sebagai salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air fisik. Adapun perhitungan nilai ILI di Kompleks Graha Sunggal adalah sebagai berikut. a Langkah 1 : Menghitung MAAPL MAAPL merupakan besar kehilangan fisik tahunan minimal yang diestimasi dapat dicapai ketika infrastruktur dalam keadaan baik dan pengendalian kebocoran dilakukan. MAAPL literhari = [18 x Lm + 0,8 x Nc + 25 x Lp] x P Dimana : MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal literhari Lm = panjang pipa utama km = 2590 m = 2,590 km Nc = jumlah sambungan pelanggan = 267 SR Universitas Sumatera Utara Lp = panjang rata-rata pipa dinas km = 4 m = 0,004 km x 267 SR = 1,068 km P = tekanan rata-rata m = 1,24 atm = 12,4 m Maka, MAAPL literhari = [18 x 2,590 + 0,8 x 267 + 25 x 1,068] x 12,4 = 3.557,80 lhari = 106.734,24 lbulan = 1.280.810,9 ltahun b Langkah 2 : Menghitung CAPL CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan Volume Tahunan Kehilangan Fisik dalam litertahun dari neraca air. CAPL litertahun = Kehilangan Fisik = 3.024,25 m 3 tahun = 3.024.250 ltahun c Langkah 3 : Menghitung ILI ILI = Dimana : ILI = Infrastructure Leakage Index Indeks Kebocoran Infrastruktur CAPL = Current Annual of Physical Losses Volume Tahunan Kehilangan Fisik litertahun = 3.024.250 ltahun MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal literhari = 3.557,80 lhari = 1.280.810,9 ltahun Maka, ILI = = 2,36 Nilai ILI yang didapat adalah sebesar 2,36. Selanjutnya bandingkan nilai ILI yang sudah didapat dengan menyesuaikan pada kategori kinerja teknis dan tekanan rata-rata yang sebelumnya sudah dihitung pada tabel matriks target kehilangan fisik pada Tabel 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.6 Penyesuaian Nilai ILI Terhadap Matriks Target Kehilangan Fisik Kategori Kinerja Teknis ILI Kehilangan Fisik litersambunganhari keadaan sistem bertekanan pada tekanan rata-rata 10 m 20 m 30 m 40 m 50 m N ega ra - ne ga ra m aj u A 1-2 50 75 100 125 B 2-4 50-100 75-150 100-200 125-250 C 4-8 100-200 150-300 200-400 250-500 D 8 200 300 400 500 N ega ra - ne ga ra be rke m ba ng A 1-4 50 100 150 200 250 B 4-8 50-100 100-200 150-300 200-400 250-500 C 8-16 100-200 200-400 300-600 400-800 500-1000 D 16 200 400 600 800 Sumber : Perhitungan, 2017 Berdasarkan nilai ILI yang didapat, yaitu 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m, maka Kompleks Graha Sunggal tergolong ke dalam kategori A dengan tingkat kebocoran yang dapat terjadi 50 litersambunganhari. Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga jika dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim. Oleh karena itu, melakukan analisa terhadap perbaikan komponen jaringan pada wilayah ini dianggap lebih diperlukan karena lebih efektif dari sisi finansial bagi PDAM Tirtanadi Sunggal serta meningkatkan kualitas pelayanan air bersih. Indikator ILI merupakan salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air fisik di suatu wilayah dan sudah digunakan oleh banyak perusahaan air minum di seluruh dunia. Indikator ini menghitung besar kehilangan fisik minimum yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dinyatakan sebagai MAAPL. Rasio antara CAPL dengan MAAPL dapat digunakan sebagai ukuran seberapa baik fungsi infrastruktur, perbaikan, dan jaringan perpipaan air minum. Melihat nilai ILI yang sudah dihitung sebelumnya, dapat diartikan bahwa kinerja teknis infrastruktur di Kompleks Graha Sunggal tergolong baik. Jam distribusi di Kompleks Graha Sunggal adalah 24 jam. Dengan jam operasional yang terus menerus dapat menghindari terjadinya tekanan air yang rendah. Jam operasional distribusi pada suatu pelayanan dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan air. Sebagian besar perusahaan air minum di Indonesia beroperasi secara intermittent supply terputus-putus Universitas Sumatera Utara artinya tidak beroperasi secara penuh 24 jam. Hal ini dapat menyebabkan pada saat malam hari, tekanan air menjadi rendah sehingga mempengaruhi aliran udara dalam pipa. Adanya aliran udara di dalam pipa dapat menyebabkan aliran air menjadi terganggu. Udara yang terperangkap dapat menyebabkan kerja pompa menjadi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan pipa menjadi rusak bahkan pecah sebab menerima tekanan yang lebih tinggi. Pecahnya pipa dapat menyebabkan masuknya tanah, mikroorganisme, atau kotoran dari luar pipa sehingga mempengaruhi kualitas air yang didistribusi. Berdasarkan data tahun 2016, produksi air di PDAM Tirtanadi Sunggal adalah sebesar 75.864.236 m 3 tahun dengan persen kehilangan air sebesar 30. Tingkat kehilangan air ini cukup tinggi, karena sudah melebihi standar kehilangan air nasional. Selain itu, IPA Sunggal merupakan instalasi terbesar yang dimiliki PDAM Tirtanadi Sumatera Utara, yang melayani sekitar 50 wilayah di Kota Medan. Terlaksananya penyediaan air bersih yang paling penting adalah peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air bersih. Kehilangan air nyatanya menurunkan pendapatan bagi perusahaan air minum. Melakukan pengembangan jaringan baru yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, tidak akan efektif jika tingkat kehilangan air masih tinggi. Kehilangan air fisik jelas lebih sulit untuk dilakukan penanggulangannya jika dibandingkan dengan kehilangan air non-fisik. Hal ini dikarenakan kehilangan air fisik dipengaruhi oleh berbagai sebab seperti kebocoran pada perlengkapan pipa atau sambungan pipa hingga keakuratan dari meter air yang terpasang. Tindakan seperti melakukan penggantian meter air yang sudah rusak atau berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan sehingga dapat lebih dini mencegah peluang terjadinya kehilangan fisik. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan, didapatkan beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 3.024,25 m 3 2. Nilai neraca air yang didapatkan, yaitu: Volume Input Sistem = 58.959,6 m tahun dengan persen kehilangan air sebesar 5,13, serta kerugian finansial sebesar Rp 14.984.244,- tahun. 3 tahun; Konsumsi Resmi = 55.932,48 m 3 tahun; Konsumsi Resmi Berekening = 55.932,48 m 3 tahun; Kehilangan Air = 3.027,12 m 3 tahun; Kehilangan Air Non-Fisik = Ketidakakuratan Meter Pelanggan = 2,87 m 3 tahun; Kehilangan Air Fisik = 3.024,25 m 3 tahun; Konsumsi Bermeter Berekening = 55.932,48 m 3 3. Nilai ILI yang didapatkan sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m dan tergolong kategori A baik. Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga jika dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim. tahun. Komponen Konsumsi Tak Bermeter Berekening diestimasikan meter pelanggan rusak; Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening dianggap pemakaian pada instansi tertentu; Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening dianggap adanya pencucian pipa; Konsumsi Tak Resmi diestimasi sebagai pemakaian illegal. 4. Tingkat kehilangan fisik di Kompleks Graha Sunggal masih tergolong rendah namun kehilangan fisik tahunan cenderung akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur meter dan jaringan distribusi. Oleh sebab itu, tindakan seperti melakukan penggantian meter air yang sudah berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan agar mencegah terjadinya tingkat kehilangan fisik di wilayah ini. Universitas Sumatera Utara