Konsep Metodologi Penelitian Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian .1 Sejarah Perusahaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Konsep Metodologi Penelitian

Langkah penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada Gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Studi Literatur Pengumpulan Data Penyusunan Neraca Air Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur Infrastructure Leakage Index ILI Pengolahan Data Analisis dan Pembahasan Simpulan dan Saran Selesai Data Sekunder : a Kondisi eksisting b Panjang pipa c Jumlah sambungan pelanggan d Jumlah air yang didistribusi e Jumlah air di rekening tagihan Pelaksanaan Penelitian Data Primer : a Akurasi meter : Pengukuran bertujuan untuk melihat ketelitian meter pelanggan b Tekanan : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat manometer Mulai Perhitungan Kehilangan Air Fisik Universitas Sumatera Utara

3.2 Metode Penelitian

Penelitian mengenai analisis kehilangan air fisik ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan tujuan memperoleh data berupa angka. Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara pada narasumber PDAM Tirtanadi Sunggal, studi literatur, perhitungan kehilangan air fisik, dan penyusunan neraca air serta perhitungan nilai ILI. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Sejarah Perusahaan PDAM Tirtanadi dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 8 September 1905 yang sebelumnya bernama NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih. Pembangunan dilakukan oleh Hendrik Cornelius Van Den Honert selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen Maatschappij, dan Charles Marie Hernkenrath selaku Direktur Deli Spoorweg Maatschappij. Dulunya kantor pusat dari perusahaan air bersih ini berada di Amsterdam, Belanda. Saat itu sumber air utama adalah mata air Rumah Sumbul di Sibolangit dengan kapasitas 3000 m 3 hari. Air tersebut ditransmisikan ke reservoir menara yang memiliki kapasitas 1200 m 3 yang berada di Jalan Kapitan, yang sekarang merupakan Kantor Pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Reservoir ini memiliki ketinggian 42 m dari permukaan tanah. Reservoir ini dibangun dari besi dengan diameter 14 m. Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Pemerintah Indonesia. Berdasarkan pada Perda Sumatera Utara No. 11 tahun 1979, nama perusahaan diubah menjadi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1991, PDAM Tirtanadi ditunjuk sebagai operator sistem pengelolaan air limbah Kota Medan. Instalasi Pengolahan Air IPA Sunggal adalah suatu instalasi Pemerintah Daerah Pemda yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan air. IPA Sunggal didirikan di tas tanah seluas 8 hektar yang berlokasi di desa Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 1 April 1969, dilakukan pencangkulan pertama IPA Sunggal oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu Bapak Marah Halim Harahap dan Ketua DPRGR Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, H. Hutauruk. Unit instalasi Sunggal ini memproses air permukaan yaitu dari Sungai Belawan, sebagai pelaksana yang mengerjakan adalah PT. Pembangunan Niaga, yang dilaksanakan secara bertahap dengan kapasitas 300 ldetik. Tahun 1977, di unit produksi Sunggal dibangun secara bertahap clarifier nomor 2, 3, 4, dan 5. Pada tahun yang sama juga di daerah Mabar dibangun reservoirbooster pump dengan kapasitas 1000 m 3 . Mulai tahun 2013, total kapasitas produksi yang digunakan naik menjadi 2500 ldetik. Adapun proses produksi air bersih di IPA Sunggal saat ini, yaitu: 1. Bendungan Sumber air baku IPA Sunggal ialah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui bendungan dengan panjang 25 m dan tinggi 4 m. Bagian sisi kanan bendungan dibuat sekat channel berupa saluran penyadap dengan lebar 2 m dan dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air yang masuk ke intake. 2. Intake Intake merupakan sebuah bangunan berupa saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen saringan kasar dan fine screen saringan halus yang berguna untuk mencegah masuknya kotoran atau sampah yang sebelumnya terbawa arus sungai. Setiap saluran dilengkapi dengan pintu sluice sluice gate. Sluice gate juga dikenal dengan sebutan pintu sorong merupakan bangunan hidrolik yang umumnya digunakan sebagai pengatur debit air. Pada bangunan intake dilakukan pemeriksaan dan pembersihan saringan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air yang masuk. 3. Raw Water Tank RWT Bangunan RWT bak pengendap dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit 4 sel dengan masing-masing unit berdimensi 23,3 m x 20 m; tinggi 5 m dilengkapi dengan 2 buah inlet gate; 2 buah outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur dan pasir yang bersifat sedimen. Universitas Sumatera Utara 4. Raw Water Pump RWP Raw Water Pump pompa air baku berfungsi untuk memompakan air dari bangunan RWT menuju clarifier. Terdapat 18 unit pompa pada RWP dengan kapasitas rata-rata pompa sebesar 110 ldetik. 5. Clarifier Bangunan clarifier bangunan untuk proses penjernihan air di IPA Sunggal terdiri dari 6 unit. Clarifier dengan proses agitasi sebanyak 4 unit kapasitas 500 ldetik dan clarifier dengan proses pulsator sebanyak 2 unit kapasitas 350 ldetik. Clarifier berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang bersifat sedimen dan menghasilkan air olahan dengan bantuan pengaduk yang selanjutnya akan dialirkan ke filter. 6. Filter Air yang dialirkan dari clarifier akan masuk ke proses filtrasi. Pada proses ini terjadi penyaringan berupa flok-fok halus yang sebelumnya lolos dari clarifier dengan menggunakan media filter. Flok tersebut nantinya akan melekat pada media filter dan mengurangi kadar kekeruhan turbidity pada air. Terdapat 38 unit filter yang ada di IPA Sunggal dengan lebar filter 4 m; panjang 8,25 m; tinggi 6,25 m dengan tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan ketebalan total lapisan media filter 114 cm. 7. Reservoir Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang sudah diolah dari proses filtrasi. Bangunan ini terbuat dari beton dengan dimensi panjang 50 m, lebar 40 m, dan tinggi 7 m dengan kapasitas 12.000 m 3 . Terdapat 3 unit bangunan reservoir di IPA Sunggal yaitu reservoir 1 dan reservoir 2 dengan kapasitas masing-masing 6.000 m 3 dan reservoir 3 dengan kapasitas 13.000 m 3 . 8. Finish Water Pump FWP Finish Water Pump pompa distribusi di IPA Sunggal berjumlah 19 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang melalui pipa transmisi. Universitas Sumatera Utara 9. Lagoon Proses produksi air bersih di IPA Sunggal akan menghasilkan buangan berupa lumpur yang bila tidak diolah dengan tepat dapat mencemari lingkungan. Dalam hal ini IPA Sunggal melakukan konsep daur ulang untuk mengatasi buangan yang dihasilkan dari instalasi. Sejak tahun 2002, IPA Sunggal membangun unit lagoon atau pengolahan lumpur dengan kapasitas 10.800 m 3 a. Q1 ke booster sejarah dan booster gaperta, untuk daerah Diski dan Gaperta dari 2 FWP nomor 3 dan 4. Dari booster ini air akan dialirkan langsung ke pelanggan. . Lagoon ini berfungsi sebagai tempat penampung air buangan bekas pengolahan dan selanjutnya air olahan tersebut akan disalurkan kembali ke RWT untuk diolah kembali. 10. Sistem Distribusi Sistem pengaliran pada jaringan transmisidistribusi di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari IPA Sunggal maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah di sekitar IPA Sunggal ini merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah pelayanan. Umumnya, sistem pemompaan memang alternatif terbaik jika lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah pelayanan. PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memiliki 6 unit saluran pendistribusian air Q, yaitu Q1 sampai Q7. Pendistribusian air ada yang dialirkan langsung ke pelanggan namun ada pula yang dialirkan ke booster terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jarak yang lumayan jauh yang mengakibatkan tekanan air berkurang. Adapun distribusi aliran tersebut antara lain: b. Q2 dialirkan langsung ke pelanggan daerah Sei Agul dari 3 FWP nomor 5, 6 dan 7. c. Q3 langsung ke jalur pelanggan untuk daerah Putri Hijau. Q3 berasal dari 3 FWP nomor 8, 9 dan 10. d. Q4 ke booster pasar 4 Padang Bulan dan dari booster akan dialirkan ke pelanggan daerah Padang Bulan. Q4 berasal dari 3 FWP nomor 11, 12, dan 13. e. Q5 langsung ke daerah pelanggan Setia Budi. Q5 berasal dari 3 FWP nomor 14, 15 dan 16. f. Q6 dan Q7 dialirkan masing-masing sama seperti Q2 dan Q4 untuk menambah persediaan air di daerah Sei Agul dan Padang Bulan. Q6 dan Q7 ini berasal dari 3 FWP nomor 17, 18, 19. Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Lokasi

Lokasi penelitian sebagai pengumpulan data primer adalah Kompleks Graha Sunggal. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Lokasi Kompleks Graha Sunggal Sumber : Google Map, 2017 Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang berada di Jalan Sunggal, Medan Sunggal, Kota Medan. Berdasarkan koordinat, lokasi Kompleks Graha Sunggal berada pada latittute 3,576404 dan longitute 98,618122. Batas wilayah Kompleks Graha Sunggal, yaitu sebelah utara Kecamatan Medan Helvetia, sebelah selatan Kecamatan Medan Selayang, sebelah barat Kecamatan Deli Serdang, dan sebelah timur Kecamatan Medan Baru. Kompleks Graha Sunggal selesai dibangun sekitar tahun 2003. Rata-rata rumah yang berada di Kompleks Graha Sunggal merupakan tipe 70 dengan dua lantai. Kompleks Graha Sunggal termasuk perumahan mewah yang sebagian besar pemiliknya beretnis Tionghoa. Kompleks Graha Sunggal terdiri dari beberapa blok rumah seperti blok A, blok B, blok C, dan blok D. Universitas Sumatera Utara

3.3.3 Waktu

Pengumpulan data primer yaitu berupa data akurasi meter dan tekanan. Pengukuran akurasi meter dilakukan pada meter air pelanggan selama 1 minggu. Sedangkan pengukuran tekanan dilakukan selama 3 hari.

3.4 Pengumpulan Data