a Kondisi eksisting Data kondisi eksisting merupakan data kondisi instalasi PDAM Tirtanadi Sunggal seperti
operasi pengolahan, kapasitas debit, sistem perpipaan dan distribusi serta data pendukung lainnya.
b Panjang pipa Data panjang pipa yang diperlukan berupa panjang pipa utama dan panjang pipa pelanggan
pipa dinas. Data ini digunakan untuk menghitung nilai Minimum Achievable Annual Physical Losses Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara MinimalMAAPL pada
perhitungan ILI. c Jumlah sambungan pelanggan
Data jumlah sambungan pelanggan diperlukan untuk menghitung nilai Minimum Achievable Annual Physical Losses Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara MinimalMAAPL
pada perhitungan ILI. d Jumlah air yang didistribusi
Data jumlah air yang didistribusi digunakan untuk menghitung persen kehilangan air. e Jumlah air di rekening tagihan
Data jumlah air di rekening tagihan jumlah air yang terjual digunakan untuk menghitung persen kehilangan air.
3.5 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis kemudian dilakukan pembahasan sesuai dengan studi literatur. Adapun pengolahan dan analisis data pada penelitian ini yaitu
sebagai berikut. 1. Perhitungan Kehilangan Air
Perhitungan ini dilakukan untuk melihat nilai persen kehilangan air yang terjadi apakah melebihi batas minimum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2006
yaitu 20. Selanjutnya jika melebihi batas minimum dapat diberikan rekomendasi upaya pengendalian air. Analisis nilai kehilangan air berdasarkan meter pelanggan dengan
Universitas Sumatera Utara
menghitung persen akurasi meter pelanggan dari data pengukuran akurasi meter. Setelah mendapat nilai kehilangan air akan dihitung pula besar kehilangan air dalam rupiah.
2. Penyusunan Neraca Air Neraca air merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai kehilangan air. Dengan
penyusunan neraca air dapat dihitung kerugian yang dialami PDAM. Data yang diperlukan untuk menghitung neraca air seperti, volume input, konsumsi resmi, ketidakakuratan meter
pelanggan, kehilangan air, kehilangan fisik dan non-fisik. Neraca air dapat dilihat pada Tabel 2.2 di Bab II. Langkah-langkah menyusun neraca air, yaitu:
a Langkah 1 : Menentukan volume input sistem Volume Input Sistem Merupakan volume input sistem penyediaan air bersih.
b Langkah 2 : Menentukan konsumsi resmi Konsumsi Resmi Merupakan jumlah air yang terjual jumlah air di rekening tagihan.
c Langkah 4 : Menghitung kehilangan air Kehilangan Air Merupakan selisih antara Volume Input Sistem dan Konsumsi Resmi.
d Langkah 3 : Menaksir kehilangan non-fisik Ketidakakuratan Meter Pelanggan Persen kehilangan air dari meter pelanggan dikalikan dengan besar kehilangan air.
e Langkah 5 : Menghitung komponen-komponen kehilangan fisik Kehilangan Fisik Merupakan selisih antara Kehilangan Air dan Kehilangan Non-Fisik.
f Langkah 6 : Penyusunan neraca air Setiap komponen disusun ke dalam tabel neraca air.
3. Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur Infrastructure Leakage IndexILI
ILI merupakan salah satu indikator untuk menganalisis kehilangan air. Dengan mendapatkan nilai ILI akan diketahui masuk di kategori apakah kebocoran yang terjadi sehingga dapat
diberikan rekomendasi penurunan kehilangan air di wilayah tersebut. Perhitungan nilai ILI dapat dilihat pada Bab II. Adapun langkah-langkah menghitung nilai ILI, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a Langkah 1 : Menghitung MAAPL MAAPL atau Minimum Achievable Annual Physical Losses merupakan besar kehilangan
fisik yang dapat dicapai secara minimal. b Langkah 2 : Menghitung CAPL
CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan volume tahunan kehilangan fisik yang telah didapat dari penyusunan neraca air.
c Langkah 3 : Menghitung ILI ILI atau Infrastructure Leakage Index indeks kebocoran infrastrukur digunakan sebagai
indikator kinerja perusahaan penyedia air bersih. Rumus menghitung ILI dapat dilihat Persamaan 2.5 di Bab II.
d Langkah 4 : Penyesuaian untuk intermittent supply Jika distribusi pelayanan tidak 24 jam, maka bentuk penyesuaian untuk intermittent supply
dengan membagi MAAPL dengan angka rata-rata jam pelayanan per hari. Misal, didapatkan MAAPL 600.000 m
3
tahun, sedangkan jam operasi hanya 18 jam, maka MAAPL sebenarnya adalah : 1824 x 600.000 m
3
tahun = 450.000 m
3
tahun. e Langkah 5 : Membandingkan ILI dengan matriks target kehilangan fisik Tabel 2.3 di Bab
II Dengan membandingkan nilai ILI pada matriks target kehilangan fisik selanjutnya bisa dilihat
seberapa jauh kondisi kehilangan air berdasarkan tekanan rata-rata dan angka kehilangan air dalam litersambunganhari.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sistem Distribusi Kompleks Graha Sunggal
Pendistribusian air di Kompleks Graha Sunggal termasuk ke dalam aliran distribusi Q6 yang merupakan pelayanan yang dialirkan langsung ke rumah pelanggan. Debit distribusi yang
diterima wilayah ini rata-rata sebesar 163,8 m
3
Pengukuran akurasi meter bertujuan untuk melihat ketelitian meter air pelanggan di Kompleks Graha Sunggal. Adapun proses pengambilan sampel akurasi meter yang sudah dilakukan
dijelaskan pada Gambar 4.1. hari. Air yang dialirkan ke wilayah ini diambil
dari reservoir 3 dengan menggunakan pompa distribusi FWP sebanyak 3 unit yaitu pompa nomor 17, 18, dan 19. Pipa transmisi yang digunakan yaitu pipa Ø 600 mm dengan jenis pipa
PVC. Adapun denah distribusi di Kompleks Graha Sunggal dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Data Primer
4.2.1.1 Akurasi Meter
Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Akurasi Meter
1. Siapkan serangkaian alat uji akurasi meter ke keran
pelanggan wadah penampung yang sudah dikalibrasi.
2. Pasang alat lalu isi air sebanyak 100 liter ke wadah
penampung. Setelah volume sesuai, tutup keran.
3. Lihat angka yang muncul pada meter air dan catat
selisih volume air yang tertera di meter pelanggan
dan wadah penampung.
Universitas Sumatera Utara