Re a ksi te rha da p tinda ka n pe le c e ha n se ksua l

127 masyarakat yang dijadikan panutan bukan menjadi penyebab terjadinya pelecehan seksual di Kabupaten Klaten. Berarti, ada atau tidaknya tokoh agamamasyarakat dalam sebuah sistem masyarakat tidak bisa dijadikan ukuran bagi sebuah lingkungan, sebagai tempat yang potensial terjadinya kekerasan seksual. Pernyataan diatas, bisa dijadikan sebuah renungan bahwa dimanapun, termasuk di Kabupaten Klaten, peran-peran tokohagama sudah banyak mengalami degradasi dalam membangun sistem yang baik bagi ummat dan ataupun masyarakatnya. Implikasinya, masyarakat bergerak sendiri-sendiri. Maka wajar jika informan banyak yang menyatakan peran-peran tokoh agamamasyarakat tidak menjadi salah satu penyebab yang bersifat tidak langsung dalam kasus-kasus kekerasan seksual di Kabupaten Klaten.

4. Re a ksi te rha da p tinda ka n pe le c e ha n se ksua l

Selama ini masalah pelecehan seksual terhadap perempuan ibarat gunung es. Hanya sedikit yang tampak sementara sebagian terbesar tersembunyi. Perempuan korban pelecehan seksual cenderung diam membisu dan menanggung deritanya seorang diri. Adanya non reporting ini disebabkan oleh berbagai alasan antara lain: 1. Si ko rb a n m a lu ka re na p e ristiw a ini te la h m e nc e m a rka n d irinya , b a ik se c a ra fisik, p siko lo g i m a up un so sio lo g i. 2. Ko rb a n m e ra sa b e rke w a jib a n m e nja g a na m a b a ik ke lua rg a nnya , te ruta m a jika p e la ku a d a la h a ng g o ta ke lua rg a se nd iri. 3. Ko rb a n m e ra sa p ro se s p e ra d ila n p id a na te rha d a p ka sus ini b e lum te ntu d a p a t m e m b ua t d ip id a na nya p e la ku. 128 4. Ko rb a n kha w a tir d e ng a n d ip ro se snya ka sus ini a ka n m e m b a w a c e m a r ya ng le b ih ting g i la g i p a d a d irinya m isa lnya m e la lu p ub lika si m e d ia m a ssa a ta u c a ra p e m e riksa a n a p a ra t hukum ya ng d ira sa nya m e m b ua tnya se m a kin te rluka . 5. Ko rb a n kha w a tir a ka n p e m b a la sa n d a ri p e la ku te ruta m a a p a b ila p e la ku a d a la h o ra ng ya ng d e ka t d e ng a n d irinya . 6. Ke ya kina n ko rb a n b a hw a w a la up un ia m e la p o r ia tid a k a ka n m e nd a p a t p e rlind ung a n khusus d a ri p e ne g a k. 7. Ke tid a kta hua n ko rb a n b a hw a ya ng d ila kuka n te rha d a p d irinya m e rup a ka n b e ntuk tind a ka n p e le c e ha n se ksua l m a up un b e ntuk- b e ntuk ke ja ha ta n te rha d a p p e re m p ua n. Reaksi atau respon dari wanita yang menjadi korban tindak pelecehan seksual menurut hasil penelitian secara berturutan berupa penghindaran avoidance, kebingungan diffusion, negosiasi, dan konfrontasi. Kebanyakan remaja perempuan yang menjadi korban tidak melaporkan pengalaman buruk berupa tindak pelecehan seksual yang mereka alami, mereka lebih memilih untuk mengabaikannya, menanggapinya dengan gurauan, serta menghindari pelaku tindak pelecehan tersebut. Alasan mengapa mereka tidak melaporkannya cukup bervariasi, antara lain rasa takut terhadap pembalasan dendam dari si pelaku jika mereka melaporkan perihal pelecehan tersebut, rasa takut tidak ada yang percaya, rasa takut kehilangan pekerjaan, serta rasa takut membuat situasi menjadi lebih buruk lagi. Reaksi dari remaja perempuan ketika mendapatkan perlakuan pelecehan seksual ternyata cukup bervariasi, mulai dari hanya diam saja sampai menolak secara tegas atau 129 melaporkannya kepada orang tua. Alasan yang mendasari untuk tidak melaporkan tindakan pelecehan seksual yang dialami informan ternyata lebih bersifat” alasan sosial” dibandingkan dengan “alasan fisik”. Para korban pelecehan seksual memilih tidak melapor karena takut tercemar namanya jika berita pelecehan seksual yang dialaminya tersebar dan takut dikucilkan dari lingkungan pergaulannya. Sedangkan dalam teori interaksionisme simbolik simbolic interactionism menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling menerjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar reaksi belaka dari tindakan seseorang terhadap orang lain. Tanggapan seseorang tidak didasarkan atas ”makna” yang diberikan terhadap tindakan orang lain itu. Interaksi antar individu, diantarai oleh penggunaan simbol-simbol, interpretasi atau dengan saling berusaha untuk saling memahami maksud dari tindakan masing-masing. Jadi dalam proses interaksi manusia itu bukan suatu proses di mana adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respon. Tetapi antara stimulus yang diterima dan respon yang terjadi sesudahnya, diantarai oleh proses interpretasi oleh si aktor. Jelas proses interpretasi ini adalah proses berpikir yang merupakan kemampuan yang khas dimiliki manusia.

5. Da m pa k pe le c e ha n se ksua l