4.5. Efektivitas EM4 dan MOD Sebagai Aktivator pada Proses Pengomposan Sludge Limbah Cair Domestik
Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan ANOVA melalui uji Tukey uji beda nyata jujur untuk mengetahui perbedaan efektivitas berdasarkan nilai rata-rata suhu
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Tabel Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji-t Berdasarkan Nilai Rata-rata Suhu
Aktivator Beda Rerata
I-J Probabilitas
Metode I Metode J
EM4 MOD
1,000 0,937
Kontrol 9,333
0,008 MOD
EM4 -1,000
0,937 Kontrol
8,333 0,019
Kontrol EM4
-9,333 0,008
MOD -8,333
0,019
= Beda rerata signifikan pada taraf 0,05 Tabel di atas menunjukkan bahwa dari uji perbedaan berdasarkan nilai
rata-rata suhu pada sludge limbah cair domestik kelompok aktivator EM4, MOD, dan kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan antara aktivator EM4
dan MOD dalam proses pengomposan sludge limbah cair domestik, sedangkan kelompok kontrol ada perbedaan. Nilai signifikan untuk aktivator EM4 dan MOD
sebesar 0,937 0,05, nilai signifikan untuk aktivator EM4 dan kontrol sebesar 0,0080,05. Nilai signifikan untuk aktivator MOD dan EM4 sebesar 0,937 0,05,
nilai signifikan untuk aktivator MOD dan kontrol sebesar 0,0190,05. Nilai signifikan untuk kontrol dan EM4 sebesar 0,008 0,05, nilai signifikan untuk
kontrol dan MOD sebesar 0,0190,05. Selanjutnya, hasil uji statistik menggunakan
ANOVA melalui uji Tukey uji beda nyata jujur
untuk mengetahui perbedaan efektivitas berdasarkan nilai rata- rata pH power of hydrogen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
41
Tabel 4.6. Tabel Hasil Uji Statistik Menggunakan Uji-t Berdasarkan Nilai Rata-rata pH
Aktivator Beda Rerata
I-J Probabilitas
Metode I Metode J
EM4 MOD
0,316 0,220
Kontrol 0,850
0,001 MOD
EM4 -0,316
0,220 Kontrol
0,533 0,019
Kontrol EM4
-8,500 0,001
MOD -0,533
0,019 = Beda rerata signifikan pada taraf 0,05
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari uji perbedaan berdasarkan nilai rata-rata pH pada sludge limbah cair domestik kelompok aktivator EM4, MOD,
dan kelompok kontrol menunjukkan tidak ada perbedaan antara aktivator EM4 dan MOD dalam proses pengomposan sludge limbah cair domestik, sedangkan
kelompok kontrol ada perbedaan. Nilai signifikan untuk aktivator EM4 dan MOD sebesar 0,220 0,05, nilai signifikan untuk aktivator EM4 dan kontrol sebesar
0,0010,05. Nilai signifikan untuk aktivator MOD dan EM4 sebesar 0,220 0,05, nilai signifikan untuk aktivator MOD dan kontrol sebesar 0,0190,05. Nilai
signifikan untuk kontrol dan EM4 sebesar 0,001 0,05, nilai signifikan untuk kontrol dan MOD sebesar 0,0190,05.
42
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Suhu
Berdasarkan hasil penelitian terhadap sludge limbah cair domestik yang dijadikan kompos setelah dilakukan pengukuran menunjukkan bahwa sludge
limbah cair domestik dengan aktivator EM4 pada hari ke-0 suhu rata-rata sebesar 49,5°C, selanjutnya menurun pada hari ke-10 dengan suhu rata-rata sebesar
33,3°C. Pada pengukuran hari ke-20 juga terjadi penurunan suhu rata-rata menjadi 30,0°C. Penurunan suhu rata-rata terus berlanjut pada pengukuran hari ke-30
menjadi 25,2°C. Besaran suhu pada akhir pengukuran tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai suhu standar kualitas kompos berdasarkan SNI: 19-
7030-2004 yaitu sebesar 30°C. Terjadinya peningkatan suhu pada pengukuran hari ke-0 dan hari ke-10, hal ini disebabkan aktivitas mikroorganisme yang
menghasilkan panas. Faktor yang mempengaruhi suhu tumpukan kompos bukan hanya pada tinggi tumpukan tetapi juga pada aktivitas mikroorganisme yang
menghasilkan panas. Hasil pengukuran sludge limbah cair domestik dengan aktivator MOD
pada hari ke-0 suhu rata-rata sebesar 45,5°C, selanjutnya menurun pada hari ke-10 dengan suhu rata-rata sebesar 33,0°C. Pada pengukuran hari ke-20 juga terjadi
penurunan suhu rata-rata menjadi 30,0°C. Penurunan suhu rata-rata terus berlanjut pada pengukuran hari ke-30 menjadi 25,5°C. Besaran suhu pada akhir pengukuran
tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai suhu standar kualitas kompos berdasarkan SNI: 19-7030-2004 yaitu sebesar 30°C. Sama seperti aktivator EM4
43
tingginya suhu pada pengukuran awal dan hari ke-10 disebabkan aktivitas mikroorganisme MOD yang menghasilkan panas.
Hasil pengukuran sludge limbah cair domestik tanpa aktivator kontrol pada hari ke-0 suhu rata-rata sebesar 25,5°C, selanjutnya menurun pada hari ke-10
dengan suhu rata-rata sebesar 25,2°C. Pada pengukuran hari ke-20 juga terjadi penurunan suhu rata-rata menjadi 25,0°C. Penurunan suhu rata-rata terus berlanjut
pada pengukuran hari ke-30 menjadi 25,0°C. Besaran suhu pada akhir pengukuran tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai suhu standar kualitas kompos
berdasarkan SNI: 19-7030-2004 yaitu sebesar 30°C. Sludge limbah cair domestik tanpa aktivator kontrol memiliki suhu rata-rata relatif stabil dari pengukuran
awal sampai dengan pengukuran hari ke-30, hal ini disebabkan pada proses pengomposan semua kontrol tidak mengalami fase termofilik. Hal ini disebabkan
karena tumpukan kompos yang tidak tinggi. Hasil penelitian Yanqoritha 2013 menunjukkan bahwa temperatur proses
yang paling tinggi terjadi pada hari ke-28 yaitu 54.88°C untuk aktivator EM4, 53.85°C untuk MOD 71, dan 48.22°C untuk kotoran domba. Sedangkan kompos
tanpa aktivator, temperatur tertingginya terjadi pada hari ke-35. Hal ini menunjukkan bahwa kompos tanpa aktivator lambat dalam mendekomposisi
limbah menjadi kompos. Perubahan suhu atau temperatur dalam pembuatan kompos merupakan
indikator apakah proses penguraian bahan organik berjalan dengan baik atau tidak. Pada hari ketiga temperatur akan naik pada fase termofilik. Kisaran
temperatur tersebut merupakan yang terbaik bagi pertumbuhan mikroorganisme termofolik Djuarnani dkk, 2005.
44
Komarayati 2007 dalam penelitiannya, yang menyatakan bahwa tumpukan yang terlalu pendek menyebabkan panas cepat menguap yang
disebabkan karena tidak ada bahan material yang digunakan untuk menahan panas dan menghindari pelepasan panas.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian
besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan humus. Temperatur kamar pada hari ke-56 adalah 28°C, dan kompos yang temperaturnya sudah sama dengan suhu kamar adalah EM4.
Berdasarkan analisa temperatur ini diperoleh bahwa EM4 yang memiliki mikroba paling efektif di banding aktivator lainnya Yanqoritha, 2013.
5.2. pH
Pemantauan pH pada kompos dilakukan setiap 10 hari dengan menggunakan pH meter dengan ketelitian 0,01. Cara pengukurannya yakni
dengan menancapkan sensor pH ke dalam bahan kompos yang sudah dilarutkan ke dalam aquades dan dapat langsung dilakukan pembacaan nilai pH pada alat.
Berdasarkan hasil penelitian pada parameter pH terlihat bahwa dari sludge limbah cair domestik dengan aktivator EM4, MOD maupun pada kontrol pada
pengukuran akhir hari ke-30 menunjukkan nilai pH memenuhi syarat standar kualitas kompos berdasarkan SNI: 19-7030-2004 yaitu antara 6,8-7,49. Hasil
pengukuran sludge limbah cair domestik dengan aktivator EM4 pada pengukuran hari ke-0, nilai rata-rata pH yaitu 6,9, kemudian meningkat pada pengukuran hari-
45