16 Kadar air pelet diharapkan serendah mungkin agar nilai kalornya tinggi
dan mudah dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas pelet yang dihasilkan. Semakin rendah kadar air maka semakin tinggi nilai kalor dan daya
pembakarannya. Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabkan nilai kalor yang dihasilkan akan menurun, karena energi yang dihasilkan banyak terserap
untuk menguapkan air Jamilatun, 2008. Perhitungan kadar air menggunakan standar ASTM D 1762-84 dengan
rumus : Kadar Air =
�1−�2 �1
100.............................................................2.1 Dimana : W1 = Berat mula-mula gr
W2 = Berat setelah dikeringkan gr
2.4.3 Nilai Kalor
Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan saat bahan menjalani pembakaran sempurna atau dikenal sebagai kalor pembakaran. Nilai kalor
ditentukan melalui rasio komponen dan jenisnya serta rasio unsur didalam biomassa itu sendiri Jamilatun, 2008.
Nilai kalor sangat menentukan kualitas pelet. Semakin tinggi nilai kalor maka semakin baik kualitas pelet yang dihasilkan. Kadar air, kadar abu,
volatile matter yang rendah dapat meningkatkan nilai kalor. Kandungan kadar karbon yang tinggi dapat meningkatkan nilai kalor. Pengujian terhadap nilai
kalor bertujuan untuk mengetahui sejauh mana nilai panas pembakaran yang dihasilkan pelet.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gandhi 2010, yaitu semakin banyak komposisi perekat, nilai kalornya semakin rendah. Ini
dikarenakan bahan perekat memiliki sifat termoplastik serta sulit terbakar dan membawa lebih banyak air, sehingga panas yang dihasilkan terlebih dahulu
digunakan menguapkan air dalam pelet. Semakin tinggi nilai kalor, semakin
Universitas Sumatera Utara
17 baik kualitas pelet yang dihasilkan. Semakin besar nilai kalor maka kecepatan
pembakaran semakin lambat. Penelitian ini menggunakan Oxygen Bomb Calorimeter yang
dilakukan di Laboratorium Motor Bakar, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,USU. Setelah diketahui besar kadar air lalu diukur kualitas nilai bakar
dari pelet tersebut dengan Oxygen Bomb Calorimeter. Cara pengujian kualitas nilai bakar dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tabung bomb dibersihkan terlebih dahulu sebelum dan sesudah
pengujian dilakukan. 2.
Pelet biomassa ditimbang sebesar 0,20 gram. 3.
Siapkan kawat untuk penyala dengan menggulungnya dan memasangnya pada tangkai penyala yang terpasang pada penutup bomb.
4. Lalu tempatkan cawan berisi bahan bakar pada ujung tangkai penyala.
5. Kemudian tutup bomb dengan kuat, setelah dipasang ring-o dengan
memutar penutup tersebut. 6.
Lalu oksigen diisikan ke dalam bomb dengan tekanan 30 bar. 7.
Kemudian tempatkan bomb yang telah terpasang didalam kalorimeter. 8.
Setelah itu masukkan air pendingin sebanyak 1250 mL. 9.
Kemudian tutup kalorimeter dengan alat penutupnya. 10.
Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 menit sebelum penyalaan dilakukan, baca dan catat temperatur air pendingin.
11. Kemudian hidupkan penyalaan gunakan tombol yang kanan, air
pendingin terus diaduk selama 5 menit setelah penyalaan berlangsung. 12.
Kemudian baca dan catat kembali temperatur akhir air pendingin, lalu matikan pengaduk.
13. Pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali berturut-turut untuk suatu bahan
bakar yang diuji dan diukur, dimana hasil pengujiannya adalah harga rata-rata dari hasil ketiga pengukuran yang dilakukan.
Perhitungan : Temperatur air pendingin sebelum penyalaan = T
1
Universitas Sumatera Utara
18 Temperatur air pendingin setelah penyalaan = T
2
Dimana T
2
T
1
Panas Jenis Bomb Calorimeter = 73529,6 Jouleg
o
C Kenaikan temperatur akibat kawat penyalaan = 0,05
o
C Kenaikan temperatur adalah = T
2
– T
1
– 0,05
o
C Nilai panas HHV = T
2
– T
1
– 0,05 x Cv KJkg HHV =
∑ HHVi kJkg 5
LHV = HHV - 2400 M + 9H
2
kJkg
LHV = Low Heating Value HHV = High Heating Value
∑ HHVi = Jumlah pengukuran nilai kalor sebanyak ulangannya
2.4.4 Kadar Bahan Mudah Terbakar dan Menguap