18 Temperatur air pendingin setelah penyalaan = T
2
Dimana T
2
T
1
Panas Jenis Bomb Calorimeter = 73529,6 Jouleg
o
C Kenaikan temperatur akibat kawat penyalaan = 0,05
o
C Kenaikan temperatur adalah = T
2
– T
1
– 0,05
o
C Nilai panas HHV = T
2
– T
1
– 0,05 x Cv KJkg HHV =
∑ HHVi kJkg 5
LHV = HHV - 2400 M + 9H
2
kJkg
LHV = Low Heating Value HHV = High Heating Value
∑ HHVi = Jumlah pengukuran nilai kalor sebanyak ulangannya
2.4.4 Kadar Bahan Mudah Terbakar dan Menguap
Besarnya kadar bahan mudah terbakar dan menguap volatile matter mempunyai hubungan terbalik dengan kadar karbon terikat. Semakin tinggi
kandungan volatile matter dalam pelet maka kadar karbon terikat semakin rendah, sehingga menurunkan nilai kalorJamilatun, 2008.
Kadar bahan mudah terbakar dan menguap volatile matter atau sering disebut dengan zat terbang, berpengaruh terhadap pembakaran pelet. Semakin
banyak kandungan kadar bahan mudah terbakar dang menguap pada pelet maka pelet semakin mudah untuk terbakar Jamilatun, 2008.
Perhitungan kadar bahan mudah terbakar dan menguap menggunakan standar ASTM D 1762-84 dengan rumus :
VCm =
−
100......................................................................2.2 =
−
Universitas Sumatera Utara
19 Dimana : VCm = Volatile Combustible Matter
D = Berat sample gr C = Berat zat sisa pembakaran gr
B = Berat crucible kosong gr A = Berat zat sisa pembakaran + berat crucible gr
2.4.5 Kadar Abu
Abu adalah bahan yang tersisa apabila kayu dipanaskan hingga berat konstan. Kadar abu ini sebanding dengan kandungan bahan anorganik didalam
kayu. Abu berperan menurunkan mutu bahan bakar karena menurunkan nilai kalor Onu, 2010.
Abu merupakan bagian yang tersisa dari proses pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah kualitas pelet karena kandungan abu yang
tinggi dapat menurunkan nilai kalor pelet. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan
cara pengabuannya. Kadar abu dapat ditentukan dengan pengoksidasian zat pada suhu yang tinggi. Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum
pengabuan harus dikeringkan dahulu, karena jika kadar air tinggi, maka kadar abunya akan tinggi juga. Bahan yang akan diabukan ditempatkan dalam wadah
khusus yang disebut krus yang terbuat dari porselin, silika, quart, nikel, atau platina. Penggunaan krus porselin sangat luas, karena dapat mencapai berat
konstan yang cepat dan murah tetapi mempunyai kelemahan sebab mudah pecah pada perubahan suhu yang mendadak. Wadah yang terbuat dari nikel
tidak dianjurkan karena dapat bereaksi dengan bahan membentuk nikel- karbonil bila produk banyak mengandung karbon. Pengabuan dilakukan
dengan muffle yang dapat diatur suhunya, tetapi bila tidak tersedia dapat menggunakan pemanas bunsen.pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh
Universitas Sumatera Utara
20 sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan
dengan selang waktu pengabuan 30 menit Sudarmadji, 1989. Perhitungan kadar abu pelet menggunakan standar ASTM D 1762-84
dengan rumus : Kadar Abu =
−
100.................................................................2.3 Dimana : A = bobot crucible + Abu
B = bobot crucible kosong C = bobot pelet
2.4.6 Kadar Karbon Terikat