14 Dari 77 puisi yang terdapat dalam antologi puisi Suara Peri dan Mimpi tersebut
diambil lima puisi yang mampu mewakili puisi lainnya.
3.4 Responden
Data yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini diperoleh dari responden. Responden adalah orang yang memberikan reaksi, tanggapan atau
penilaian. Dalam hal ini penelitian terhadap antologi puisi Suara Peri dan Mimpi melibatkan dua puluh responden dan masing-masing responden akan memberikan
interpretasi terhadap puisi tersebut. Responden dalam penelitian ini yaitu mahasiswa stambuk 2011 Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan mengedarkan angket kepada para responden yaitu mahasiswa Departemen Sastra
Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Data yang diperoleh melalui responden akan diolah oleh peneliti untuk
mendapatkan interpretasi terhadap struktur dan nilai estetika antologi puisi Suara Peri dan Mimpi.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bagaimana nilai karya sastra tersebut dalam suatu kurun waktu.
Universitas Sumatera Utara
15 Teks puisi memiliki dua struktur yaitu struktur fisik dan struktur batin.
Dalam pertanyaan yang akan dibagikan kepada responden, peneliti akan menanyakan tentang kedua struktur puisi tersebut.
1.Struktur Fisik
Struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Struktur fisik atau kebahasaan ini
dapat dibagi menjadi beberapa unsur, antara lain: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif majas, verifikasi, dan tatawajah puisi. Waluyo, 1987:71.
Diksi adalah pemilihan kata. Penyair sangat cermat dalam memilih kata- kata sebab kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, komposisi
bunyi dalam rima dan irama, kedudukan kata di dalam konteks lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu. Waluyo, 1987:72.
Pengimajian adalah kata-kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan
perasaan. Bait atau baris puisi itu seolah mengandung gema suara, benda yang tampak, atau sesuatu yang dapat kita rasakan, raba atau sentuh. Waluyo,
1987:78. Kata konkret maksudnya adalah bahwa kata-kata itu dapat mengacu
kepada arti yang menyeluruh. Jika penyair mahir memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan apa yang dilukiskan
oleh penyair. Waluyo, 1987:81.
Universitas Sumatera Utara
16 Bahasa figuratif atau majas disebut juga sebagai bahasa kiasan. Majas
dapat diartikan bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna
Waluyo, 1987:83. Verifikasi
berhubungan dengan unsur bunyi dalam puisi. Bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima dapat diartikan pula pengulangan bunyi
secara langsung dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Mengenai ritma, akan sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan
dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Waluyo, 1987:90. Tatawajah merupakan unsur fisik sebuah puisi yang dapat kita lihat
langsung bahkan tanpa perlu dibaca terlebih dahulu apalagi menafsirkannya lebih dulu. Waluyo, 1987:103.
2. Struktur Batin
Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Waluyo, 1987: 102. Struktur
batin puisi disebut juga dengan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur struktur batin puisi, yakni tema sense, perasaan penyair feeling, nada dan suasana, dan
amanat pesan. Tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan
oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Waluyo,
1987:106.
Universitas Sumatera Utara
17 Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan
harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga
hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Waluyo, 1987:121.
“Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek,
menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Jika nada
merupakan sikap penyair terhadap pembaca, maka suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis yang
ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Waluyo, 1987:125.
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata- kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Waluyo,
1987:130.
3.6 Teknik Analisis Data