Estetika Resepsi Landasan Teori

8

2.2.1 Estetika Resepsi

Dalam estetika resepsi peran pembaca sangat menonjol. Pembaca berperan aktif dalam memberikan tanggapan atau mengiterpretasi sebuah karya sastra. Pradopo 2001:207 mengatakan bahwa setiap orang akan berbeda dalam menanggapi sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori estetika resepsi dalam mengkaji antologi puisi Suara Peri dan Mimpi. Dalam teori estetika resepsi, yang menjadi perhatian utama adalah pembaca karya sastra di antara jalinan segitiga pengarang, karya sastra, dan masyarakat pembaca. Jauss, 1974:12. Hal ini disebabkan bahwa kehidupan historis sebuah karya sastra tidak terpikirkan tanpa partisipasi para pembacanya. Pembaca itu mempunyai peranan aktif, bahkan merupakan kekuatan pembentuk sejarah. Jauss,1974:12. Metode estetika resepsi mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra itu sejak terbitnya selalu mendapat resepsi atau tanggapan para pembacanya. Menurut Jauss 1974:12 apresiasi pembaca pertama terhadap sebuah karya sastra akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan-tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi. Dengan cara ini maka historis karya sastra akan ditentukan dan nilai estetikanya tertungkap. Jauss, 1974:14. Dalam metode estetika resepsi ini diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode, yaitu tanggapan-tanggapan sebuah karya sastra oleh para pembacanya. Dalam meneliti karya sastra berdasarkan metode estetika resepsi, sesungguhnya dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu cara sinkronik dan diakronik. Sinkronik ini ialah cara penelitian resepsi terhadap sebuah karya sastra dalam satu masa atau periode. Jadi, yang diteliti adalah resepsi tanggapan pembaca dalam satu kurun Universitas Sumatera Utara 9 waktu. Namun, harus diingat bahwa dalam satu kurun waktu itu biasanya ada norma-norma yang sama dalam memahami karya sastra. Akan tetapi, karena tiap- tiap orang itu mempunyai cakrawala harapan sendiri, berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, bahkan juga ideologinya, maka mereka akan menanggapi sebuah karya sastra secara berbeda-beda. Misalnya saja, tanggapan pembaca yang berpaham “seni untuk seni” akan berbeda dengan tanggapan pembaca yang berpaham “seni untuk masyarakat”. Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan yang bermacam-macam itu, dapat dikumpulkan tanggapan-tanggapan pembaca yang menulis kritikus ataupun dapat dilakukan dengan mengedarkan angket kepada pembaca-pembaca sekurun waktu. Dari hasil angket yang diedarkan itu, dapat diteliti konkretisasi dari masing-masing pembaca. Dengan demikian dapat disimpulkan bagaimana nilai sebuah karya sastra itu pada suatu kurun waktu. Penelitian secara diakronis ialah penelitian dengan mengumpulkan tanggapan-tanggapan pembaca-pembaca ahli sebagai wakil-wakil pembaca dari tiap-tiap periode. Misalnya saja, bila orang akan meneliti konkretisasi dan nilai sajak Chairil Anwar, maka dapat diteliti bagaimana resepsi pembaca semasa karya itu terbit, kemudian diteliti resepsi-resepsi pada periode-periode selanjutnya, dan resepsi pada periode sekarang ini terhadap karya-karya tersebut. Dengan demikian, dapat diketahui atau dapat disimpulkan bagaimana nilai estetika sebuah karya sastra berdasarkan resepsi-resepsi disetiap periode itu. Penilaian estetika tanggapan resepsi dapat dikenakan pada naskah-naskah tulisan sastra lama maupun sastra modern yang tercetak. Universitas Sumatera Utara 10

2.2.2 Interpretasi Sastra