Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Demam Berdarah Dengue

2.2 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Demam Berdarah Dengue

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue, antara lain: 1. Faktor Fisik Lingkungan Rumah Adapun faktor fisik lingkungan rumah berkaitan sekali dengan kejadian DBD adalah: 1. Kawat kasa pada ventilasi Ventilasi yang di pasang kawat kasa akan mengurangi jalan bagi nyamuk Aedes aegypti untuk masuk kedalam rumah dan kontak langsung dengan penghuni di dalamnya. 2. Pencahayaan Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di tempat-tempat yang agak gelap, oleh karena itu cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah terutama cahaya matahari haruslah cukup. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya jendela luasnya sekurang-kurangnya 10 sampai 20 dari luas lantai yang terdapat didalam ruangan rumah. Perlu diperhatikan didalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Disamping sebagai ventilasi, jendela juga berfungsi sebagai jalan masuk cahaya Notoatmodjo, 2011. Universitas Sumatera Utara 3. Kelembaban Nyamuk Aedes aegypti menyukai tempat hinggap dan beristirahat di dalam ruang relatif lembab dengan intensitas cahaya yang rendah agak gelap. Pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya kadar gas CO 2 , adanya bau pengap, suhu udara ruang naik dan kelembaban udara ruang bertambah. 4. Langit-langitPlafon Langit-langitPlafon rumah adalah area yang membatasi antara lantai dan atap. Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan. Tinggi dari lantai minimal 2,5 meter. Ketinggian langit-langit rumah harus perlu diperhatikan jika terlalu pendek dapat menyebabkan ruangan terasa panas sehingga mengurangi kenyamanan. 5. Kerapatan dinding. Pembatas rumah yang terbuat dari pasangan batu bata atau papan. Kokoh dan kuat sehingga tidak mudah runtuh. Apabila sebagian dinding menggunakan papan maka susunannya harus rapat agar nyamuk tidak mudah masuk kedalam rumah. Dinding harus tegak lurus, dinding harus terpisah dari pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih. 6. Keberadaan jentik dan tempat penampungan air. Keadaan tempat penampungan air bersih yang tidak memenuhi syarat mendukung terjadinya penyakit DBD, dimana tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak menutup rapat, merupakan tempat yang potensial untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti karena nyamuk bebas keluar masuk Universitas Sumatera Utara untuk hidup dan menetes telur-telur di dalam air. Agar tidak menjadi media pertumbuhan nyamuk, maka tempat penyimpanan air hendaknya berupa wadah yang tertutup, mudah dibersihkan minimal seminggu sekali dan diberikan bubuk abate minimal 2-3 bulan. Sistem penyimpanan air merupakan metoda dasar dalam mengendalikan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti. Wadah-wadah penyimpanan air di tong, bak mandi, dan pada tempat cadangan air harus diberi penutup yang rapat karena dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes. 2. Karakteristik Penderita 1. Pendidikan Kelompok masyarakat yang berpendidikan tinggi cenderung lebih mengetahui cara-cara mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue, misalnya dengan melakukan PSN, program 3M, dan pemberian bubuk abate. 2.Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit diantaranya pekerjaan yang banyak terdapat di luar rumah pada pagi maupun sore hari akan beresiko terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sebaliknya jenis pekerjaan yang banyak terdapat di dalam rumah akan mengurangi risiko terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti. 3. Perilaku Upaya pencegahan penyakit DBD salah satunya adalah melalui pendidikan kesehatan masyarakat, dan tujuan akhir dari pendidikan kesehatan masyarakat adalah perubahan perilaku yang belum sehat menjadi perilaku sehat, artinya perilaku yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan. Pendidikan Universitas Sumatera Utara yang diberikan kepada masyarakat harus direncanakan dengan menggunakan strategi yang tepat disesuaikan dengan kelompok sasaran dan permasalahan kesehatan masyarakat yang ada. Strategi tersebut mencakup metodecara, pendekatan dan tekhnik yang mungkin digunakan untuk mempengaruhi faktor predisposisi, pemungkin dan penguat yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku. Strategi yang tepat agar masyarakat mudah dan cepat menerima pesan diperlukan alat bantu yang disebut peraga. Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan semakin banyak dan jelas pula pengetahuan yang diperoleh. Praktik atau perilaku keluarga terhadap upaya mengurangi gigitan nyamuk DBD adalah: a. Kebiasaan menggunakan kelambu Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menggunakan kelambu secara teratur dapat mengurangi kejadian DBD. b. Kebiasaan menghindari gigitan nyamuk Untuk menghindari gigitan nyamuk digunakan obat semprot, obat poles atau obat nyamuk bakar sehingga memperkecil kontak dengan nyamuk. Menggunakan pakaian pelindung dari gigitan nyamuk dengan menggunakan pakaian cukup tebal atau longgar, baju lengan panjang dan celana panjang, dengan kaus kaki, dapat melindungi tangan dan dan kaki dari gigitan nyamuk Anis, 2006. Perilaku hidup sehat yang mencakup faktor internal dan eksternal akan mempengaruhi standar hidup. Ada empat faktor yang mempengaruhi hidup sehat yaitu motivasi, kemampuan, persepsi dan kepribadian. Motivasi adalah suatu Universitas Sumatera Utara kekuatan yang mendorong orang berperilaku tertentu, kemampuan menunjukkan kapasitas seseorang, persepsi adalah bagaimana seseorang menafsirkan informasi secara seksama, sehingga perilakunya sesuai dengan yanga diinginkan, sedangkan kepribadian adalah karakteristik seseorang yang meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemauan Chiras, 1990. Menurut Bloom 1908 yang dikutip dari Notoatmodjo 2011 membagi perilaku dalam tiga faktor yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mengukur hasil dari pengukuran pendidikan maka ketiga faktor tersebut diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan. a. Pengetahuan Knowledge Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, maka ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang akan melakukan pemberantasan sarang nyamuk PSN untuk mencegah DBD apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya dan apa bahayanya bila tidak melakukan PSN tersebut. b. Sikap Attitude Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang atau objek lain. Universitas Sumatera Utara Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Banyak alasan seseorang untuk berperilaku. Oleh sebab itu perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat disebabkan oleh sebab atau latar belakang yang berbeda-beda. Misalnya seseorang melakukan gerakan 3M karena ada salah satu anggota keluarganya yang sakit karena DBD. Di lain pihak, seseorang ikut melakukan gerakan 3M karena mengetahui temankerabatnya pernah mempunyai pengalaman dengan DBD dan melakukan pencegahan DBD dengan keinginan agar tidak terkena penyakit tersebut. c. Tindakan Practice Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Misalnya dengan adanya fasilitas kesehatan. Selain itu juga diperlukan faktor pendukungnya dari pihak lain. Misalnya dari orang tua, teman, guru, petugas kesehatan, media cetak, media elektronik dan lain-lain.

2.3 Perumahan

Dokumen yang terkait

Hubungan Kondisi Perumahan dengan Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Keritang Kabupaten Inderagiri Hilir Riau Tahun 2012

1 59 132

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang dirawat Inap di RSUD Lubuk Pakam Tahun 2011

3 72 90

Pengaruh Sanitasi Lingkungan Permukiman Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Aliran Sungai Deli Kota Medan Tahun 2011

11 97 145

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Yang Dirawat Inap di RSU Tembakau Deli Medan Tahun 2001-2005

0 38 85

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap di RSUD Dr, Pirngadi Medan Tahun 2002-2003

0 30 113

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2004

0 64 92

Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Dan Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007

1 40 88

Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

1 3 33

Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

0 2 3

Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah dan Karakteristik Penderita terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan

0 1 36