66,7. Hasil penelitian menunjukkan bahwa plafon pada ruangan rumah kelompok kasus sebagian besar langit-langit rumah hanya terdapat disebagian
ruangan dengan jumlah 20 rumah 66,7, sedangkan pada kelompok kontrol pada umumnya rumah responden menggunakan plafonlangit-langit di seluruh
ruangan rumah dengan jumlah 28 rumah 93,3. Terdapat lubang pada dinding rumah kelompok kasus dengan jumlah 8 rumah 26,7, sedangkan pada
kelompok kontrol terdapat 28 rumah yang tidak terdapat lubang 93,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelembaban rumah pada kelompok
kasus sebagian besar tidak baik 60 dengan jumlah 21 rumah terasa lembab
70,0, sedangkan pada kelompok kontrol pada umumnya suhu rumah baik 60 dengan jumlah 27 rumah 90,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pencahayaan rumah kelompok kasus tidak memenuhi syarat dengan jumlah 23 rumah 76,7, sedangkan kelompok kontrol pada umumnya pencahayaan rumah
memenuhi syarat dengan jumlah 26 rumah 86,7. Berdasarkan keberadaan jentik menunjukkan bahwa pada kelompok kasus
terdapat jentik pada tempat penampungan air dengan jumlah 6 rumah 20,0, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat jentik pada tempat penampungan
air dengan jumlah 29 rumah 96,7.
4.4 Analisis Bivariat
Analisis yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji statistik Chi-
Square dengan derajat kepercayaan 95 Ƚ= 5 dan untuk mengetahui kekuatan
antara faktor risiko dengan kejadian demam berdarah dengue. Analisis bivariat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dengan membuat tabel silang crosstab 2 x 2. Berdasarkan hasil uji statistik akan diperoleh nilai p, dimana nilai p 0,05 berarti terdapat hubungan
yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis bivariat karakteristik penderita dan faktor fisik lingkungan rumah
terhadap kejadian demam berdarah dengue DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015 seperti terlihat pada
Tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Hubungan Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa
Baru Kecamatan Medan Perjuangan Tahun 2015
Variabel Kejadian Demam
Berdarah Dengue DBD
Nilai p OR
95 CI
Kasus Kontrol
n n
Pendidikan 1,195
0,371-3,852 Pendidikan
Dasar SD, SMP, SMA
23 76,7 22
73,3 0,766
Perguruan tinggi 7
23,3 8
26,7 Pekerjaan
1,902 0,617-5,863
Tidak Bekerja 23 76,7
19 63,3
0,260 Bekerja
7 23,3
11 36,7
Pengetahuan 5,800
0,635-53,012 Buruk
5 16,7
1 3,3
0,195
Baik 25 83,3
29 96,7
Sikap 2,615
0,917-7,457 Buruk
20 66,7 13
43,3 0,069
Baik 10 33,3
17 56,7
Tindakan 46,000
8,699-243,250 Buruk
23 76,7 2
6,7 0,001
Baik 7
23,3 28
93,3 Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan pendidikan penderita
dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,766 p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
antara umur penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan pekerjaan penderita dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p=
0,260 p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue.
Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan penderita dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square
diperoleh nilai p= 0,195 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan penderita terhadap kejadian Demam
Berdarah Dengue. Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan sikap penderita dengan
kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,069 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
sikap penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue. Berdasarkan tabel 4.12 hasil analisis hubungan tindakan penderita dengan
kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,001 p0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
tindakan penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue dengan nilai OR sebesar 46,000 artinya bahwa responden dengan tindakan buruk pada kasus 46
kali lebih besar dibandingkan pada responden dengan tindakan baik kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.13 Hubungan Faktor Fisik Lingkungan Rumah terhadap Kejadian
Demam berdarah dengue di wilayah kerja puskesmas sentosa baru kecamatan medan perjuangan Tahun 2015
No Lingkungan fisik
rumah
Kejadian Demam Berdarah Dengue
DBD Nilai
p OR
95 CI
Kasus Kontrol
n n
1 Kawat kasa
0,00 1
8,000 2,475-25,860
Memakai kasa ventilasi tetap tidak
seluruh rumah 24
80,0 10
33,3
Memakai kasa ventilasi tetap
seluruh rumah 6
20,0 20
66,7
2 Plafon pada
ruangan 0,00
1 28,000
5,525- 141,912
Langit-langit hanya terdapat disebagian
ruangan 20
66,7 2
6,7
Langit-langit di seluruh ruangan
10 33,3
28 93,3
3 Kerapatan dinding
0,038 5,091
0,981-26,430 Terdapat lubang
pada dinding 8
26,7 2
6,7 Tidak terdapat
lubang pada dinding
22 73,3
28 93,3
4 Kelembaban
0,00 1
21,000 5,047-87,373
Tidak baik 60 21 70,0 3
10,0 Baik
60 9
30,0 27
90,0 5
Pencahayaan 0,00
1 21,357
5,534-82,427 Tidak memenuhi
syarat 23
76,7 4
13,3 Memenuhi syarat
7 23,3
26 86,7
6 Keberadaan jentik
0,103 7,250
0,815-64,457 Ada
6 20,0
1 3,3
Tidak 21
80,0 29
96,7 Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis hubungan ventilasi dengan kejadian
demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,001
Universitas Sumatera Utara
p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kawat kasa pada ventilasi terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru
Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 8,000 artinya bahwa responden yang memakai kasa pada ventilasi tetap tidak diseluruh ruangan rumah
pada kasus 8 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang memakai kasa ventilasi tetap seluruh ruangan rumah pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis hubungan langit- langitplafon diseluruh ruangan atau sebagian ruangan rumah dengan kejadian
demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,001 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara langit-
langitplafon rumah diseluruh ruangan atau sebagian ruangan terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan
tahun 2015. Nilai OR sebesar 28,000 artinya bahwa responden yang memiliki langit-langitplafon hanya terdapat disebagian ruangan rumah pada kasus 28 kali
lebih besar dibandingkan dengan responden yang memiliki langit-langit di seluruh ruangan rumah pada kelompok kontrol.
Hasil analisis hubungan kerapatan dinding dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,038 p 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kerapatan dinding terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan
Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 5,091 artinya bahwa responden yang dinding rumahnya terdapat lubang pada kasus 5,091 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang dinding rumahnya tidak terdapat lubang pada kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis hubungan kelembaban rumah dengan kejadian demam berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,001 p 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelembaban terhadap kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan
Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 21,000 artinya bahwa responden yang kondisi rumahnya lembab pada kasus 21 kali lebih besar dibandingkan dengan
responden yang kondisi rumahnya tidak lembab pada kelompok kontrol. Hasil analisis hubungan pencahayaan rumah dengan kejadian demam
berdarah dengue menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p= 0,001 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan dengan
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 21,357 artinya bahwa responden yang
pencahayaan rumahnya tidak memenuhi syarat pada kasus 21,357 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang pencahayaan rumahnya memenuhi syarat
pada kelompok kontrol. 3. Hasil analisis hubungan keberadaan jentik dengan kejadian demam berdarah
dengue menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh nilai p= 0,103 p 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keberadaan jentik
dengan kejadian demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan tahun 2015. Nilai OR sebesar 7,250
artinya bahwa responden yang memiliki tempat penampungan air terdapat jentik pada kasus 7,250 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
memiliki tempat penampungan air tidak terdapat jentik pada kelompok kontrol.
Universitas Sumatera Utara
71
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Karakteristik Penderita Terhadap Kejadian Demam
Berdarah Dengue DBD
Pengukuran karakteristik penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue DBD diukur berdasarkan pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
dan tindakan. Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pendidikan penderita terhadap
kejadian Demam Berdarah Dengue DBD dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan penderita terhadap kejadian demam berdarah dengue.
Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya peningkatan penyuluhan kepada masyarakat agar masyarakat mau berprilaku hidup bersih dan sehat salah satunya
melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD dengan cara menjaga dan memelihara kebersihan lingkungannya masing-masing.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sitorus 2005 dalam Roose 2008 mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan penderita terhadap
kejadian demam berdarah dengue. Menurut Notoatmodjo 2003 semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah juga bagi orang tersebut
untuk menerima informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara pekerjaan penderita terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue DBD dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan penderita terhadap kejadian demam berdarah dengue.
Universitas Sumatera Utara