METODE PENELITIAN KINERJA Jurnal Bisnis dan Ekonomi.

66 Volume 15, No.1 Maret 2011 Pengangguran di Indonesia tampaknya juga tidak menunjukkan gejala yang mengikuti mekanisme menuju kesetimbangan antarwilayah interregional equilibrating mechanism. Artinya, teori yang meramalkan adanya konvergensi tingkat pengangguran antarwilayah, yakni berkurangnya senjang pengangguran antarwilayah di sepanjang waktu, tidak tampak secara empirik pada data pengangguran di Indonesia. Yang terjadi justru sebaliknya, keragaman tingkat pengangguran antarprovinsi makin membesar. Pada tahun 984 tingkat pengangguran tertinggi terjadi di Jakarta 6.74, sedangkan yang terendah adalah Nusa Tenggara Timur 0.21. Pada tahun 2008 provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah Jawa Barat 3.08, sedangkan yang terendah adalah Bali 3.31. Ilustrasi sederhana ini menunjukkan adanya gejala kisaran selisih antara maksimum dan minimum yang semakin melebar, yakni dari 6.53 pada tahun 1984 menjadi 9.77 pada tahun 2008. Artikel ini juga bermaksud melaporkan hasil analisis atas variabel-variabel penting yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Secara umum hasil analisis ini memperkuat temuan- temuan studi sejenis terdahulu tentang variabel-variabel tersebut. Novelty yang bisa disumbangkan dari studi ini terutama terletak pada cakupan rentang waktu data yang dianalisis, yakni tahun 984-2008.

2. METODE PENELITIAN

Data utama yang digunakan dalam studi ini adalah data tingkat pengangguran unemployment rate provinsi- provinsi di Indonesia dalam kurun 984-2008. Dengan demikian, kerangka data ini mengikuti kerangka analisis data panel. Demi konsistensi perwilayahan, jumlah provinsi dipertahankan tetap sebanyak 26 dua puluh enam, sesuai dengan jumlahnya sebelum Indonesia mengalami apa yang dikenal sebagai “pemekaran wilayah”. Adapun data yang untuk variabel-variabel independen sebagian besar berupa data pangsa share yang diukur dengan persentase, yakni proporsi tenaga kerja usia muda 15-24 tahun terhadap total angkatan kerja, proporsi tenaga kerja pria, proporsi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan tinggi atau rendah, nisbah ketergantungan dependency ratio, sumbangan sektor-sektor ekonomi pertanian, manufaktur, atau jasa terhadap produk domestik regional bruto, dan persentase rumah tangga yang memiliki rumah sendiri. Variabel- variabel lainnya yang tidak diukur dengan pangsa , yakni upah minimum provinsi, produk regional bruto per kapita PDRBKapita, dan angkatan kerja. Untuk penyelarasan, variabel angkatan kerja dan upah minimum provinsi diukur berdasarkan nilai logaritmanya. Seperti halnya dengan variabel dependen tingkat pengangguran, kerangka data untuk variabel-variabel independen ini mengikuti kerangka data panel. Sumber data dan deinisi variabel-variabel ini mengikuti standar Badan Pusat Statistik BPS. Metode statistika untuk analisis persistensi pengangguran didasarkan pada konsep stasionaritas. Perilaku data dianggap mengikuti proses dinamis regresi diri autoregression berordo-p seperti yang dapat diperiksa pada Persamaan 1. Mengikuti Bianchi 1993, ukuran persistensi ditunjukkan oleh jumlah nilai koeisien-koeisien pada persamaan tersebut, atau ρ = Σ ρ z , dengan nilai z bergerak dari hingga p. Metode Im-Pesaran-Smith IPS digunakan untuk menetapkan kriteria apakah nilai ρ yang diperoleh tersebut mengindikasikan adanya gejala pengangguran yang persisten ataukah tidak Im et al, 2002. ¦ i p j t i j t i ij t i i t i u u u 1 , , 1 , , e g r ......................................................................................... keterangan: Δu i,t adalah Beda Difference Tingkat Pengangguran di Provinsi-i pada Tahun-t. Adapun untuk menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengangguran, dan dengan demikian berpengaruh juga terhadap persistensi pengangguran digunakan teknik analisis data panel Baltagi, Mengapa Tingkat Pengangguran di Indonesia Tinggi dan Persisten? D. S. Priyarsono, Djoni Hartono dan Nilam Anggar Sari 67 2007. Penerapan teknik ini terhadap berbagai set data menghasilkan model-model persamaan regresi. Di antara model-model tersebut dipilih yang paling baik menurut kriteria teori ekonomi, yakni kemampuannya untuk dapat ditafsirkan secara logis menurut Ilmu Ekonomi, serta menurut kriteria ekonometrika statistika, yakni terutama kemampuannya menjelaskan keragaman variasi nilai variabel dependen khususnya yang diwakili oleh koeisien determinasi atau R-squared dan statistik-statistik t dan F. 3. hASIL DAN PEMBAhASAN 3.1. Gambaran Umum Pengangguran di Indonesia 1984-2008