Analisis Statistik METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 1983 – 2008 Y. Sri Susilo dan Lincolin Arsyad 59

4.1.3.3. Koeisien Determinasi R

2 Koeisien determinasi R 2 digunakan untuk melihat seberapa besar variasi perubahan variabel independen dalam menjelaskan variasi perubahan variabel dependen serta dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa tepat garis regresi yang diperoleh. Berdasarkan hasil output pada Tabel 4, diketahui nilai R 2 = 0.879260, artinya variasi perubahan variabel independen [variabel perubahan hutang pemerintah DX, perubahan ekspor D2X2, perubahan tingkat pengangguran DX3, perubahan rata–rata upah riil DX4, lag hutang pemerintah LX, lag ekspor DLX2, lag tingkat pengangguran LX3, lag rata–rata upah riil LX4, dan error correction term ECT] dalam model yang dapat menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi DY adalah sebesar 87,9 persen dan sisanya sebesar 12,1 persen dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model.

4.2. Analisis Statistik

Model ECM mampu menjelaskan perilaku dinamis jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek dapat dilihat dari nilai estimator ฀ D , ฀ 1 D , ฀ 2 D , ฀ 3 D , dan ฀ 4 D , sebagai berikut: Pertama, nilai konstanta ฀ D adalah sebesar 19,61316 signiikan pada level of signiicant : 5, yang secara statistik ditunjukkan dari nilai t - statistiknya sebesar ,873 lebih besar dari nilai t–tabelnya sebesar ,753. Artinya, nilai konstanta dalam model penelitian tersebut atau nilai variabel dependen perubahan pertumbuhan ekonomi DY tanpa adanya variabel independen adalah sebesar 19,61 persen, ceteris paribus. Kedua , nilai koeisien perubahan hutang pemerintah ฀ 1 D adalah sebesar -0,0000499, signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 3,867139 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek perubahan hutang pemerintah berpengaruh secara negatif dan signiikan terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila perubahan hutang pemerintah naik sebesar miliar rupiah, maka perubahan pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,0000499, begitu pula sebaliknya apabila perubahan hutang pemerintah turun sebesar miliar rupiah, maka perubahan pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,0000499, ceteris paribus. Ketiga, nilai koeisien perubahan ekspor ฀ 2 D adalah sebesar 0,000597, signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 2,937665 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek perubahan ekspor berpengaruh secara positif dan signiikan terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila perubahan ekspor naik sebesar 1 juta US Dollar, maka perubahan pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,000597, begitu pula sebaliknya apabila perubahan hutang pemerintah turun sebesar 1 juta US Dollar, maka perubahan pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,000597, ceteris paribus. Keempat , nilai koeisien perubahan tingkat pengangguran ฀ 3 D adalah sebesar -,04790, tidak signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 0,793238 lebih kecil dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek perubahan tingkat pengangguran tidak berpengaruh secara signiikan terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi. Kelima , nilai koeisien perubahan rata–rata upah riil ฀ 4 D adalah sebesar 0,0000218, tidak signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 0,84737 lebih kecil dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka pendek perubahan rata–rata upah riil tidak berpengaruh secara signiikan terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi. Keenam , kecepatan penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang adalah sebesar nilai koeisien ECT-nya ฀ 9 D . Nilai koeisien ECT ฀ 9 D adalah sebesar 1,025706, signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 6,099220 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Nilai koeisien ECT bukan merupakan nilai jangka panjang tetapi dapat digunakan untuk meng- cover jangka panjang, hal ini sering disebut sebagai speed of adjustment. Nilai koeisien penyesuaian coeficient of adjustment , yaitu 1,025706, yang berarti bahwa sekitar 102,6 ketidaksesuaian antara pertumbuhan ekonomi aktual dengan yang diinginkan akan dieliminasi atau dihilangkan dalam satu tahun. 60 Volume 15, No.1 Maret 2011 Tabel 10. Analisis Jangka Panjang variabel c LX1 DLX2 LX3 LX4 Rumus ฀ ฀ 9 D D ฀ ฀ ฀ 5 9 9 D D D ฀ ฀ ฀ 6 9 9 D D D ฀ ฀ ฀ 7 9 9 D D D ฀ ฀ ฀ 8 9 9 D D D hasil 19.12161965 0.000005849 0.000463095 -1.95241618 0.00000877 Std. Er. 0.47090 0.168174 0.168087 0.971367 0.168170 t – stat. .873 -6.099047 -6.099414 -3.7577 -6.099290 Sumber : Hasil estimasi tidak dilampirkan. Berdasarkan hasil analisis jangka panjang sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10, interpretasi statistik jangka panjangnya adalah sebagai berikut: Pertama, nilai koeisien hutang pemerintah dalam jangka panjang adalah sebesar 0,000005849, signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 6,099047 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka panjang hutang pemerintah berpengaruh positif dan signiikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila hutang pemerintah naik sebesar miliar rupiah, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,000005849, begitu pula sebaliknya apabila hutang pemerintah turun sebesar miliar rupiah, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,000005849, ceteris paribus. Kedua , nilai koeisien ekspor dalam jangka panjang adalah sebesar 0,000463095, signiikan pada level of signiicant: 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 6,099414 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka panjang nilai ekspor berpengaruh positif dan signiikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila ekspor naik sebesar 1 juta US Dollar, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 0,000463095, begitu pula sebaliknya apabila hutang pemerintah turun sebesar 1 juta US Dollar, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,000463095, ceteris paribus. Ketiga , nilai koeisien tingkat pengangguran dalam jangka panjang adalah sebesar -1,95241618, signiikan pada level of signiicant : 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 3,7577 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka panjang tingkat pengangguran berpengaruh negatif dan signiikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila tingkat pengangguran naik sebesar 1, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 1,95241618, begitu pula sebaliknya apabila tingkat pengangguran turun sebesar 1, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar 1,95241618, ceteris paribus. Keempat , nilai koeisien rata – rata upah riil dalam jangka panjang adalah sebesar 0,00000877, signiikan pada level of signiicant: 5 yang secara statistik juga ditunjukkan dari nilai t-statistiknya sebesar 6,099290 lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1,753. Ini menjelaskan bahwa dalam jangka panjang rata–rata upah riil berpengaruh positif dan signiikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Artinya, apabila rata–rata upah riil naik sebesar satuan rupiah, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar -0,00000877, begitu pula sebaliknya apabila rata–rata upah riil turun sebesar satuan rupiah, maka pertumbuhan ekonomi akan turun sebesar 0,00000877, ceteris paribus.

4.3. Pembahasan