72
Volume 15, No.1 Maret 2011
yang kurang membutuhkan tenaga kerja terdidik. Akibat dari kemungkinan yang terakhir ini antara lain adalah terjadinya gejala over educated pendidikan terlalu tinggi pada beberapa tenaga kerja di sektor-sektor tertentu.
Misalnya, sebagai ilustrasi, kualiikasi tenaga teller dalam dunia perbankan semestinya cukup lulusan program diploma saja, namun dalam kenyataannya banyak di antara para teller yang berpendidikan sarjana. Gejala ini
dapat disebut sebagai downskilling phenomenon. Koeisien regresi pada variabel nisbah ketergantungan dependency ratio bernilai negatif dan sangat
signiikan. Maknanya, provinsi-provinsi yang mempunyai nisbah ketergantungan tinggi cenderung mempunyai tingkat pengangguran yang rendah. Hal ini masuk akal belaka; semakin tinggi nisbah ketergantungan semakin
tinggi pula hasrat mereka yang dalam angkatan kerja untuk memperoleh kesempatan kerja. Sebaliknya, semakin rendah nisbah ketergantungan jumlah tanggungan mengecil semakin rendah tekanan untuk mencari kerja, yakni
tenaga kerja makin bersedia menunda memperoleh pekerjaan untuk menghindari pekerjaan yang kurang baik demi memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
Variabel besarnya angkatan kerja ternyata tidak berpengaruh signiikan terhadap tingkat pengangguran. Temuan ini cukup mengejutkan bila dikaitkan dengan konsep penghematan akibat ukuran dan keberkumpulan tenaga
kerja pada suatu wilayah economies of scale and economies of agglomeration. Menurut teori mikroekonomi dan ekonomi regional, berkumpulnya banyak kegiatan ekonomi yang ditandai dengan besarnya angkatan kerja pada
suatu wilayah semestinya melahirkan penghematan-penghematan atau meningkatkan produktivitas perekonomian wilayah yang pada gilirannya menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi baru yang akhirnya menyerap tenaga kerja
yang lebih banyak lagi atau dengan kata lain menurunkan tingkat pengangguran lihat misalnya Capello, 2008. Temuan ini menunjukkan perlunya studi yang secara lebih spesiik menelaah masalah tersebut.
4. PENUTUP
Studi ini mengkonirmasi adanya gejala persistensi dalam masalah pengangguran di Indonesia. Selanjutnya, studi ini mengidentiikasi faktor-faktor yang berkontribusi pada tingginya tingkat pengangguran di provinsi-provinsi
di Indonesia dalam kurun waktu 1984-2008, yakni antara lain pangsa tenaga kerja muda usia, upah minimum provinsi, PDRBKapita, struktur perekonomian distribusi sumbangan sektor-sektor pertanian, manufaktur, dan
jasa, dan pendidikan. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan perlunya menguji hipotesis bahwa pertumbuhan sektor jasa yang
semakin penting sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ternyata kurang signiikan berperanan sebagai penyedia kesempatan kerja. Hipotesis lain yang secara spesiik perlu diuji dalam penelitian lebih lanjut adalah
sumbangan pendidikan terhadap pemenuhan kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor perekonomian Indonesia.
DAFTAR PUSTAkA
Baltagi, B.H., 2007, Econometric Analysis of Panel Data, John Wiley Sons, New York. Blanchard, O.J. and Summers, L.H.,1986, “Hysteresis and the European Unemployment Problem”, Working
Paper No. 1950, The National Bureau of Economic Research NBER. Capello, R., 2008. Regional Economics.
Routledge, London, United Kingdom. Im, S.K., M.H. Pesaran, dan Y. Shin, 2002, “Testing for Unit Roots in Heterogeneous Panel”, DAE Working Paper
No. 9526 , University of Cambridge, United Kingdom.
Sugema, I., 2009, “Regional Persistent Unemployment in Indonesia”. Proceedings of the Second International Institute, The Indonesian Regional Science Association IRSA, Bogor 2-23 Juli 2009.
Niat Konsumen dalam Pembelian Makanan Organik Heru Irianto dan Budhi Haryanto
73
NIAT kONSUMEN DALAM PEMBELIAN MAkANAN ORGANIk
Heru Irianto
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Email : irian_heryahoo.com Budhi Haryanto
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Email : budhiharyantoyahoo.com
Abstract
The objective of research is to determine the organic food purchasing intention model, with the variables studied consisting of awareness of health, awareness of environment, organic food availability, attitude, subjective
norm, and organic food purchasing intention, as well age and consumption pattern variables. The research method used was survey technique with 200 respondents as the consumer sample who intend to purchase food
organic in order to be consistent with the analysis method used, structural equation model SEM. The result of study shows that the awareness of health and awareness of environment are the determinant of
someone’s positive attitude creator to organic food. The inding about the moderating role of age group and consumption pattern variables on the relationship between attitude and behavior of organic food purchasing
intention affects the organic food purchasing intention. The implication of study is that the marketers in the future should convince the consumers that the organic food product is safe for health and environmental friendly, as
well as there should be market segmentation based on the age group and consumer’s consumption pattern.
Keywords: intention, attitude, organic food.
1. PENDAhULUAN